KALBAR SATU ID, BISNIS – Nilai tukar rupiah Indonesia dibuka pada posisi Rp 16.605 per US$ 1, melemah tipis sebesar 3 poin atau sekitar 0,02% dari posisi sebelumnya Rp 16.602 per US$ 1.
Meski demikian, rupiah masih tercatat lebih baik dibandingkan akhir pekan lalu ketika berada di sekitar Rp 16.629 per US$.
Perdagangan siang menunjukkan tekanan yang sedikit meningkat dengan rupiah berada di sekitar Rp 16.630 per US$.
Faktor-penggerak dan prospek ke depan
Sentimen global memainkan peran penting hari ini. Dukungan datang dari berita bahwa pembicaraan dagang antara Xi Jinping (Presiden RRT) dan Donald Trump (Presiden AS) akan digelar pada akhir bulan, yang dapat meningkatkan optimisme pasar.
Sementara itu, data inflasi AS yang lebih moderat dari perkiraan turut memberi harapan bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin bakal mempertimbangkan pelonggaran kebijakan, yang bisa menekan dolar AS dan berdampak positif terhadap rupiah.
Dari sisi domestik, meskipun stabilitas makro ekonomi Indonesia masih terjaga, rupiah tetap dibayangi sentimen negatif seperti potensi arus keluar modal asing. Contohnya, tercatat keluar bersih asing sebesar sekitar Rp 940 miliar dalam periode 20–23 Oktober 2025.
Peluang dan risiko
Peluang: Jika pembicaraan dagang AS–China berjalan mulus dan inflasi AS terus berada di bawah ekspektasi, maka rupiah berpotensi menguat ke kisaran Rp 16.550 – Rp 16.650 per US$.
Risiko: Sebaliknya, jika hasil perundingan mengecewakan atau data ekonomi AS mengejutkan ke arah kuat, maka dolar AS bisa kembali menguat dan menekan rupiah ke zona yang lebih lemah di atas Rp 16.630 per US$.






