KUBU RAYA, KALBARSATU.ID — Pondok Pesantren Mambaul Ulum Simpang kanan kubu Raya Pimpinan Kiai Ahmad Sofiyullah, M.Pd memiliki cara untuk menjawab tantangan ekonomi syariah yang saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah. Cara itu, yaitu dengan membudidayakan sayuran di lingkungan Pesantren.
Sayuran yang ditanam pun beragam, mulai dari kangkung, sawi, seledri, dan jenis sayur lainnya. Rentang waktu panen yang beragam dari 25 hari hingga 40 hari untuk setiap panen yang kemudian hasilnya didistribusikan ke pasar swalayan dan juga masyarakat sekitar pondok pesantren tersebut.
Pendapatan dari hasil panen terbilang cukup untuk membantu pengolahan kembali kebun tersebut. Hal itu disampaikan oleh pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum, panggilan Rashofi.
Ia menjelaskan, setiap sekali panen secara keseluruhan hasil yang didapat bisa mencapai Rp 4 juta. Selain menjalani kegiatan wajibnya di pondok pesantren, dengan adanya Kebun Gizi Hidroponik, para santri pun diajarkan proses mengolah tanaman sejak pembibitan hingga menuai hasil panen.
Ketua Forum Pesantren Kubu raya Mustahar mengagumi budi daya sayuran organik yang dikembangkan para santri di pondok pesantren (ponpes) ini.
Selain mampu memanfaatkan captive market, pola budi daya yang menggunakan green house ini bisa menjadi media pembelajaran sekaligus bekal bagi para santri untuk bisa mandiri.
Bahkan, Mustahar tertarik untuk membantu mempromosikan hasil karsa para santri melalui media sosial (medsos-nya). dan siap mencarikan informasi agar pihak pondok bisa mengembangkan budidaya ini.
“Kalau ada media sosial, tautkan ke medsos saya, nanti akan saya bantu sebar luaskan,” ungkap Wan mustahar saat meninjau Pontren MU Kamis (28/1).
Wan mustahar mengatakan, kehadirannya di Ponpes ini awalnya hanya untuk silaturahim dalam rangka kegiatan FKPP Namun di situ ia mendengar karya para santri dalam budi daya sayuran dengan pola hidroponik itu.
Ia pun kagum dan merasa tertarik mengetahuinya lebih lanjut. Dengan Harapan pondok pesantren yg ad d kubu Raya bisa mengikuti dan menerapkan budidaya Hidroponik ini.
“Satu karena produknya organik dan yang kedua juga sudah punya captive market atau adajaminan dari pasar (supermarket) dan bisa menjadi suplai yang terus-menerus,” lanjutnya.
Pembelajarannya, lanjut Mustahar para santri bisa belajar. Karena teknologinya lumayan canggih, media tanamnya juga tidak biasa dan bahkan cukup luar biasa di bidang pertanian.
Menurut beliau santri tidak hanya bisa membaca kitab kuning tapi mempunyai kelebihan khusus.
Harapan berikutnya di samping nilai ekonomi yang didapat, para santri bisa belajar sehingga nantinya mereka punya bekal mandiri.
“Ini merupakan contoh yang konkret. Sehingga, ini bisa merupakan satu modal bagi pondok pesantren (ponpes) dalam memberikan satu pendidikan keterampilan hidup, khususnya di bidang pertanian,” tambahnya.#