PONTIANAK, KALBAR SATU – Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar hadiri ‘Tasyakuran Hari Santri Nasional dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW’ yang digelar Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Kalimantan Barat secara Virtual, Jumat (22/10) di Pondok Pesantren al-Mujtahid Pontianak.
Turut hadir Ketua PW GP Ansor Kalbar Rajuini, Komisioner Bawaslu Provinsi Kalbar Muhammad, Pengasuh Ponpes al-Mujtahid Qomaruzzaman, serta diikuti oleh kader-kader Ansor se-Kalbar dan warga NU Kalbar melalui Zoom dan Youtube.
Dalam rangka memperingati HSN 2021 serta Maulid Nabi SAW. HSN 2021 yang mengambil tagline “Santri Siaga Jiwa Raga”, Rajuini mengajak menjadikan tagline itu sebagai spirit dan semangat sebagai seorang santri untuk terus cinta kepada NU dan NKRI.
Sementara melalui virtual, dalam Mau’idhoh Hasanahnya, KH Miftachul Akhyar menyampaikan rasa syukurnya dapat hadir bersama kader-kader GP Ansor Kalbar dalam rangka mensukseskan kegiatan HSN 2021 serta peringatan Maulid Nabi SAW.
“Peringatan Maulid Nabi SAW maupun peringatan HSN 2021 betul-betul dapat memberikan semangat dan teladan atas perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabatnya sebagai digambarkan dalam QS al-Hasyr:9 yang artinya” : Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Ansor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin).”
“Dan mereka (Ansor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung,” lanjutnya.
Baca Juga: Jika Maju Pilkada Kalbar, Lasarus Tegaskan Tak Ingin Posisi Cawagub
Baca Juga: Kantor PCNU Kubu Raya Mulai Dibangun
Oleh karena itu, dirinya berharap kader Ansor Kalbar dapat mengambil intisari dan mengimplementasikan semangat ayat tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat-sahabat Ansor atas kaum Muhajirin di masa Nabi SAW.
“Hari santri adalah upaya bagi umat Islam untuk menampilkan keislamannya sebagaimana Islam itu hadir dan diturunkan kepada Rasulullah SAW.”
“Santri jika dilihat dari sisi perilakunya adalah sosok yang berpegang teguh pada tali agama Allah, mengikuti sunnah Rasullah SAW serta tidak condong ke kiri maupun ke kanan (Moderat),” katanya.
Oleh karenanya, jelasnya, kelak Rasulullah SAW akan menjadi saksi atas amal perbuatan para santri dan begitupula sebaliknya para santri akan menjadi saksi atas kebenaran ajaran Rasulullah SAW.
Dirinya juga mengutip perkataan Imam Syafii terkait kriteria seorang santri yakni senantiasa berkutat dengan hal-hal yang berkenaan dengan agama dalam semua aspek kehidupannya.
Kedua, ialah orang yang arif dengan keadaan realitas yang terjadi di masyarakat sekitar sehingga apa yang ia sampaikan sesuai dengan dibutuhkan oleh masyarakat. Kemampuan inilah yang harus termasuk kader Ansor dan warga NU di dalamnya.
“Saat ini kiat sedang menghadapi era bonus demografi dimana saat itu usia produktif sangat dominan. Mereka akan cenderung untuk mengejar kehidupan yang sejahtera. Jika mereka tak diiringi dengan nilai-nilai kesantrian yang dibekalkan pada generasi seperti ini maka kelak akan muncul generasi yang tamak dan berebut kemewahan,” katanya.
Oleh karenanya, sebutnya, kecerdasan spiritual yang termasuk didalamnya nilai-nilai kesantrian harus diimplimentasikan kepada generasi usia produktif ini kelak agar siap menghadapi bonus demografi yang akan datang.
Dirinya juga berpesan bagaimana menghadapi era distrupsi atau era ketidakjelasan sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah SAW di masa lalu. Menurutnya, menghadapi era distrupsi ialah dengan cara memperkuat pemahaman agama serta memperkuat nilai-nilai kesantrian.
“Semoga melalui peringatan Hari Santri ini kita senantiasa dapat menebarkan kebaikan. Walaupun hanya sehari tetapi mudah-mudahan kebaikan itu dapat terus dilakukan di masa yang akan datang,” tutupnya.