KALBAR SATU, SAMBAS – Konferensi Cabang (Konfercab) V Kabupaten Sambas bertemakan “Meneguhkan Ideologi, Menguatkan Tradisi dan Kemandirian NU Kabupaten Sambas”, bertempat di Hotel Pantura, Sabtu (24/06/2023), dimeriahkan oleh 178 Peserta, dan dihadiri tamu-tamu istimewa seperti Ketua PWNU Kalbar, Dr. H. Syarif, S.Ag. M.A., Ketua PCNU Sambas, Drs. H. Mujahidin, M.Si., Bupati Sambas, H. Satono. S.Sos., Ketua DPRD Sambas dan anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat.
Saat sesi wawancara, awak media mencecar Tokoh kenamaan Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Sambas, Drs. H. Mujahidin, M.Si., diantaranya terkait pandangan sebagian masyarakat terhadap Nahdlatul Ulama, terutama pasca konflik 1998 – 2000-an, menganggap bahwa organisasi keagamaan tersebut identik dengan suku-suku tertentu, seperti Jawa dan Madura.
Pernyataan itu ditampik oleh Ketua Tanfidziyah PCNU Sambas. Disebutkan NU tidak memandang suku apapun itu, semuanya sama, tinggal bagaimana cara menghilangkan keraguan masyarakat. Lebih lagi, secara kultural masyarakat Sambas sudah sangat kental dengan tradisi maupun amaliyah keagamaan yang notabene tidak memiliki perbedaan dengan NU.
“Sebenarnye pola pikir iye yang harus diubah. Kite tahu secare kultural NU ye sangat kantal dimasyarakat. Dari sisi amaliyahnye pun same juak. Tetapi, hanye saje dibidang struktural ye sangat minim untuk diakui masyarakat,” kata Mujahidin dalam keterangan tertulis yang diterima KALBAR SATU pada Sabtu, 04 Juni 2024.
Artinya, lanjut Mujahidin, terdapat pemahaman yang mesti diubah mengenai dikotomisasi kesukuan itu tidaklah benar adanya.
“Padahal titik kesamaannya sangat banyak. Namun memang dalam konteks struktur organisasi, NU belum terlalu dikenal kepemilikannya untuk seluruh suku bangsa di NKRI bahkan dunia,” jelasnya.
Masih keterangan Mujahidin, Jika membuka data, Sambas dapat dikatakan sebagai kabupaten terbesar di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebab memilik 19 Kecamatan, dan sekitar 80 persen populasi penduduk beragama Islam. Tercatat pada tahun 2021, warga muslim se-kabupaten Sambas mencapai 563.778 jiwa.
“Masyarakat Sambas mayoritas beragama Islam dan secara pribadi memang sudah masuk kedalam NU. Hanya saja secara struktur masih belum banyak yang bergabung dalam NU, tentunya tidak terlepas bicara soal Jam’iyah (organisasi), Pemikiran dan Amaliyah (tradisi). Nah, dalam hal ini yang harus disosialisasikan kepada masyarakat kita”.
“Harus diterangkan kepada masyarakat setempat sehingga lebih mudah diajak dan tentunya menjadi satu komando,” lanjutnya.
Dikatakan Mujahidin, tak dimungkiri fenomena pemisahan kelompok menjadi salahsatu faktor penghambat suatu daerah untuk maju dan berkembang. PR-nya kedepan tak lain ialah membangun narasi baru yang mampu merangkul setiap elemen masyarakat.
“Mindset yang ditanamankan sejak kecil hingga terbentuklah opini publik bahwa NU hanya berlaku bagi Suku Jawa dan Madura, namun realita sesungguhnya jauh sekali. Dalam NU siapapun boleh berkontribusi, tak terkecuali Suku Melayu Sambas”, tutup Tokoh yang juga kerap menjadi Imam di Masjid Babul Jannah.
Secara terpisah, Kasat Korcab Banser Kabupaten Sambas, Muhajir menitipkan harapan kedepan untuk segenap Pengurus PCNU di Bumi Serambi Makkah yang baru nantinya bisa meningkatkan performa badan otonom NU.
“Seperti GP Ansor-Banser, Fatayat, IPNU, IPPNU, PMII dan lainnya melalui berbagai giat perkaderan, sehingga akan semakin banyak Pejuang-pejuang Aswaja dan NKRI di daerah kelahiran kita ini,” tutupnya.