Daerah

Menikah di Masa Pandemi, Tak Kehilangan Esensi Walau Sepi

5
PONTIANAK
Ilustrasi menikah - Pixabay

KALBARSATU.ID – Menikah memang menjadi salah satu tujuan hidup bagi seseorang. Namun apa mau dikata? Pada kondisi sekarang ini, menikah bak sesuatu yang menakutkan. Ya, pandemic covid-19 yang menyebabkan acara pernikahan di seluruh penjuru dunia, dilakukan tak seperti biasanya.

Pasangan yang menikah di saat pandemi yakni Sari dan Brian. Di salah satu Gereja, dua pasangan kekasih ini diikat janji suci sehidup semati. Tepat pada 14 November 2020.

Advertiser
Banner Ads

Sari mengisahkan, ia awalnya ingin menunda pernikahan di 2021. Namun, karena sudah kadung mendaftarkan jadwal pernikahan di Gereja, Ia dan Brian mengurungkan niatnya menunda hal yang sakral ini.

“Siapa yang tak sedih. Yang datang 50 oranglah, itu pun keluarga semua. Tapi mau gimana, daripada nanti ketularan semua, kita kan ndak tau ya ada keluarga atau tamu kita yang ada virus di badannya. Mana tau dia OTG kan,” ucapnya.

Brian pun bercerita, jalinan cinta 5 tahun ini diangan-angankan diikat dengan janji yang suci lewat pesta yang semarak. Namun apa daya, rencana yang sudah diatur sejak tahun lalu, harus berubah.

“Kami sudah konsultasi dengan pihak Gereja dan disarankan ditunda. Cuma kami mikir lagi, nanti daftar lagi, dan mengurus ini itu lagi. Ya sudalah, yang penting esensinya nyampe, saya bersama pujaan hati, walau di pandemi,” ucapnya sambil berkelakar.

Pesta sederhana dengan menerapkan protokol kesehatan pun dilakukan oleh pasangan ini. Mereka mewajibkan keluarga yang datang untuk memakai masker, dan menjaga jarak tempat duduk, serta makanan pun tak dibuat prasmanan.

“Kami menggunakan gereja saja sebagai tempat resepsi. Ya mereka wajib pakai masker, dan juga wajib cuci tangan sebelum masuk gereja. Nah di gereja juga mereka makan nasi kotaklah, rata-rata sih dibawa pulang. Takut juga kan kita, kalo mereka lepas masker, dan sedang makan lalu ada droplet bertebaran,” ujar pasangan ini.

Brian dan Sari tak sendiri. Ada pasangan Akbar Ramadhan dan Fadilla dibuat susah makan dan susah tidur jelang hari pernikahannya pada 27 Maret 2020. Pandemi covid-19 yang telah masuk ke Kota Pontianak, membuatnya was-was untuk menggelar hajatan yang mengundang banyak orang. Hingga terpaksa mereka membatalkan pesta pernikahan di detik-detik akhir momen berharga itu akan digelar.

Pasangan ini, harusnya  mempersiapkan pesta pernikahan sejak lima bulan sebelum hajatan dihelat. Saat isu corona mulai menjadi pemberitaan hangat di tanah air, persiapan pesta masih terus dilakukan. Tetapi ketika virus itu terkonfirmasi masuk Pontianak, diikuti dengan adanya ajakan untuk menghindari kerumunan orang, sedikit banyak membuat mereka khawatir, kalau pesta pernikahannya akan sulit untuk digelar.

“Perasaannya deg-degan pasti, serba salah karena takut nanti ada kejadian yang tidak diinginkan,” kata Akbar.

Namun, ia belum memutuskan untuk melakukan pembatalan atau penundaan. Persiapan masih berlanjut. Bahkan satu minggu sebelum acara, semua persiapan telah siap 100 persen. Akad nikah sekaligus resepsi itu ia percayakan kepada vendor dan wedding organizer.

“Bahkan satu minggu sebelum hari H, kita sudah rapat terakhir masih yakin akan bisa berjalan dan terlaksana,” bebernya.

Pihak panitia juga telah mempersiapkan prosedur pencegahan Covid-19 di lingkungan acara yang rencananya digelar di Rumah Adat Melayu itu. Pihaknya sudah menyiapkan disinfektan dan hand sanitizer, sebagai langkah pencegahan. Namun kekhawatirannya semakin tak terbendung ketika ada maklumat larangan resepsi pernikahan. Hingga akhirnya, H-4 acara, keputusan pembatalan resepsi diambil. Keputusan itu berat memang dirasa kedua belah pihak keluarga.

“Saat sebelum keputusan itu dibuat, tiap hari susah makan susah tidur, buat mikirin ini terlaksana atau tidak. Sama calon istri kita saling menguatkan bahwa ini akan terlaksana,” kata dia.

Meski pesta resepsi dibatalkan, namun pasangan ini agak bisa bernapas lega. Hal itu karena akad nikah masih boleh digelar di rumah, meski dengan pembatasan, yang mana hanya diperbolehkan hadir sebanyak 10 orang saja, termasuk pengantin dan penghulu. Momen janji suci itu pun berjalan dengan lancar. Kelegaan dirasakan setelah ijab kabul diucap.

“Awalnya takut, tapi setelah dijalani seru. Persiapannya benar-benar mepet, dua hari saja. Saat itu semua rencana yang sudah disiapkan semua dibatalkan, dan diganti dengan konsep beda. Sederhana tapi hikmat,” ucap dia.

Prosesi pelaksanaan akad nikah juga terbilang unik, karena yang hadir diharuskan menggunakan sarung tangan dan masker. Babhinkamtibmas dari kepolisian juga dihadirkan untuk melihat bahwa prosesi yang dijalani sesuai standar.

“Campur aduk rasanya, senang, haru dan luar biasa tetap hikmat. Ada cerita buat anak-anak nanti,” ungkapnya.

Sebelumnya, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menegaskan, guna memutus mata rantai penyebaran COVID-19 masyarakat kota Pontianak harus selalu menerapkan secara ketat protokol kesehatan di setiap aktivitasnya sehari-hari. Sementara untuk gelar pesta pernikahan, Edi menyebutkan hingga saat ini pihaknya masih mengizinkannya sepanjang jumlah undangan yang hadir dibatasi dan tidak melebihi dari kapasitas tempat acara berlangsung.

“Kami tengah menyusun draf untuk teknis pembatasan gelar resepsi pernikahan dan aktivitas lainnya. Misalnya kapasitas tempat sebanyak 100 undangan, maka jumlahnya tidak melebihi kapasitas tersebut dan yang paling penting adalah tetap menerapkan protokol kesehatan,” kata Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono di Pontianak, Jumat pekan lalu.

Menurut Edi Kamtono hingga saat ini  Tim Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Kota Pontianak kembali melakukan pembatasan aktivitas masyarakat.

Pembatasan tersebut bertujuan supaya masyarakat lebih disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan.

“Pembatasan dilakukan terhadap tempat-tempat umum yang berpotensi terjadinya kerumunan seperti taman-taman, waterfront dan ruang-ruang publik lainnya,” katanya. (dho)

Exit mobile version