Daerah

Pelatihan Guru Kebinekaan: Berbagi Pengalaman Mendidik Anak Memaknai Keragaman

×

Pelatihan Guru Kebinekaan: Berbagi Pengalaman Mendidik Anak Memaknai Keragaman

Sebarkan artikel ini
Pelatihan Guru Kebinekaan: Berbagi Pengalaman Mendidik Anak Memaknai Keragaman
TEKS FT// ISTIMEWA/ SEKOLAH CERLANG Guru PAUD dan SD Kelas 1-3 mengikuti pelatihan online Guru Kebinekaan “Keragaman untuk Masa Depan Anak” sesi 2 pada Jumat (26/3/2021). Pelatihan diselenggarakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sekolah Alam Terpadu Cerlang Pontianak dan Yayasan Suar Asa Khatulistiwa, didukung oleh Yayasan Cahaya Guru.

PONTIANAK, KALBARSATU.ID – Pembahasan seru tentang berbagai pengalaman puluhan guru ketika mengajak anak-anak memahami keragaman di dalam dan luar sekolah, mewarnai jalannya diskusi kelompok para peserta pelatihan online Guru Kebinekaan “Keragaman untuk Masa Depan Anak” sesi 2 pada Jumat (26/3/2021).

Umi Tartilawati, guru SDN 40 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, berbagi cerita tentang upaya guru-guru mengajak semua murid membaru meski beda agama. Kegiatan seni bisa menjadi jembatan bagi penganut agama yang berbeda-beda untuk saling mengenal.

“Sekolah kami mayoritas relijius dan dari suku Madura. Guru-guru mengkolaborasikan seni dan relijius, mempersilakan anak-anak yang beragama selain Islam untuk bergabung di kegiatan kesenian tersebut,” katanya.

Selain melalui kesenian, para guru menurut Umi membiasakan anak-anak bersikap saling menghargai . Dia menanamkan kata-kata bahwa sangat penting bersikap baik kepada siapapun.

“Kalau mau pinjam barang, izin terlebih dahulu. Minta tolong pakai bahasa yang baik. Hargai orang lain. Terlepas dari suku dan agama apapun kalian, kita adalah satu keluarga,” tutur Umi.

Penanaman sikap saling menghargai juga diceritakan Lince Kartikosari, guru SDN 03 Pontianak Kota. Dia mengajak anak saling memahami dan menghargai perbedaan gender.

Sementara itu Ellya Khairunisyah, guru TK Mentari Mekar Gemilang, Kubu Raya, mempresentasikan diskusi di kelompoknya bahwa pendidik memanfaatkan momen hari besar nasional untuk memberi pengetahuan serta pemahaman anak tentang keragaman agama di Indonesia. Selain itu anak-anak digali pengetahuannya tentang makanan khas Kalbar.

Sebelum menggali berbagai pernyataan tentang pengalaman mengajar tersebut, Muhammad Mukhlisin, fasilitator dari Yayasan Cahaya Guru, mengajak para guru bermain kertas kosong dan kertas yang sudah ada bercak-bercaknya.

“Coba bayangkan apa yang ingin digambar di kertas kosong. Lalu apa yang mau digambarkan dengan bercak-bercak yang sudah ada di kertas lain? Apakah lebih mudah menggambar di kertas kosong atau di kertas yang ada bercaknya?” tanya dia.

Mayoritas peserta menjawab bahwa lebih mudah menggambar di kertas yang kosong.

Menurut Mukhlisin, makna permainan tersebut sebenarnya mengingatkan tentang pendapat Ki Hajar Dewantoro, bahwa anak bukanlah kertas kosong, melainkan kertas yang sudah ada bercak-bercak samar.

“Artinya anak ketika ke sekolah sudah memiliki keunikan masing-masing. Sudah punya pemahaman dari rumah yang didapat di rumah dan lainnya. Seperti nilai-nilai yang diajarkan orangtua dan juga kebiasaannya didapat dari teman-temannya,” ujarnya.

Mukhlisin mengingatkan bahwa tugas guru adalah “menebalkan” bercak-bercak tersebut. Maksudnya adalah “menebalkan” keunikan masing-masing anak. “Nah, menurut bapak dan ibu, apa keunikan anak yang ditemui?” tanya Mukhlisin.

Sukarya Hoseab dari Yayasan Harapan Baru Borneo, menceritakan keragaman bahasa anak- anak.

“Di kelas Taman Kanak-kanak, beragam logat anak-anak dalam berbahasa Indonesia karena beda suku. Ada yang dari Dayak, NTT, Melayu, Tionghoa dan lainnya,” katanya.

Bermacam-macam keunikan anak tersebut menjadi dasar bagi para guru untuk memahami keragaman anak. Sehingga guru memahami anak secara lebih baik.

Henny Supolo, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Cahaya Guru berterima kasih kepada para peserta.

“Selalu senang dengan pertemuan-pertemuan semacam ini. Saling menyimak dan berbagi pengalaman di beragam tempat, semakin memperkaya kita untuk memahami dan memaknai keragaman,” katanya.

Sri Wartati, Ketua Yayasan Suar Asa Khatulistiwa, mengapresiasi seluruh peserta yang telah mengikuti pelatihan. Diharapkan melalui ruang perjumpaan guru-guru di Kalbar dan luar Kalbar, beragam pengalaman sebagai pendidik bisa dituangkan dalam form evaluasi yang dibagikan kepada seluruh peserta.

Nantinya tulisan tentang evaluasi tersebut akan diedit dan dirangkum oleh panitia, untuk dijadikan kumpulan tulisan inspiratif para guru.

Pelatihan online Guru Bineka diselenggarakan oleh PKBM Sekolah Alam Terpadu Cerlang dan Yayasan Suar Asa Khatulistiwa, didukung oleh Yayasan Cahaya Guru. Sebelumnya pada Jumat (19/3/2021) digelar pelatihan sesi 1. #