KALBAR SATU ID – Kota Pontianak Genap berusia 254 tahun Kota Pontianak kembali harus menghadapi persoalan klasik yang seolah tak pernah usai banjir, Alih-alih menjadi pesta rakyat yang meriah, perayaan hari jadi kota khatulistiwa ini justru diwarnai dengan genangan air di sejumlah titik.
Kondisi ini menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk dari Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pontianak yang menilai bahwa banjir sudah menjadi kado pahit dan cerminan lemahnya keseriusan Pemerintah Kota dalam menuntaskan persoalan lingkungan tersebut.
Ketua Cabang PMII Kota Pontianak, Baidowi menegaskan bahwa banjir bukanlah semata takdir geografis, melainkan akibat dari kelalaian tata kelola kota dan lemahnya komitmen terhadap kebijakan lingkungan.
Baca juga: Ratusan Anak PAUD Meriahkan Karnaval Budaya HUT ke-254 Kota Pontianak
“Setiap tahun kita mendengar alasan yang sama curah hujan tinggi, pasang air laut, atau faktor alam lainnya. Tapi faktanya, drainase tidak pernah benar-benar dibenahi secara menyeluruh. Kami melihat ini bukan sekadar warisan masalah, tapi bentuk kelalaian struktural pemerintah,” ujarnya dalam keterangan rilis yang diterima kalbarsatu.id pada Sabtu (25/10/2025).
PMII juga menyoroti bahwa sejumlah proyek normalisasi drainase dan pembangunan sistem pengendalian banjir yang dijanjikan pemerintah kota kerap berjalan lamban dan tidak berkelanjutan. Di sisi lain, lanjut Baidowi, alih fungsi lahan hijau serta pembangunan kawasan padat tanpa analisis lingkungan yang matang memperburuk situasi.
“Pontianak ini kota di bawah permukaan laut, jadi seharusnya mitigasi banjir jadi prioritas utama. Tapi justru yang terlihat adalah penataan kota yang berorientasi pada kosmetik, bukan pada daya tahan terhadap bencana,” paparnya.
PMII juga mengajak masyarakat Kota Pontianak untuk tidak lagi melihat banjir sebagai hal biasa, melainkan sebagai indikator kegagalan tata kelola lingkungan dan perencanaan kota.
“Mereka juga mendesak Pemkot Pontianak untuk lebih transparan dalam penggunaan anggaran penanganan banjir dan memperkuat partisipasi publik dalam proses perencanaan pembangunan,” ungkapnya.
Sebagai penutup, Baidowi beranggapan bawah kado terbaik untuk Kota Pontianak bukanlah pesta, tetapi kota yang bebas banjir, sehat, dan berkelanjutan.






