Daerah

Seminar Cegah Radikalisme, Polres Sambas: Dunia Cyber Adalah Ruang Imajiner

2
Seminar Tangkal Radikalisme diselenggarakan oleh PC PMII Sambas,- FOTO/istimewa
Seminar Tangkal Radikalisme diselenggarakan oleh PC PMII Sambas,- FOTO/istimewa

KALBARSATU.ID – Kapolres Sambas yang diwakili oleh Kabag Ops An. Kompol Paino, S.Pd, mengatakan mahasiswa merupakan generasi muda yang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan formal di Perguruan Tinggi. Sebagai generasi penerus yang memiliki intelektual, mahasiswa tentunya memiliki peran dan tanggung jawab ideologis.

“Sebagai pewaris utama perjuangan bangsa maupun tanggung jawab profesional untuk dipersiapkan sebagai ahli pada bidang-bidang tertentu agar dapat berperan aktif di dalam proses pembangunan,” katanya saat menjadi narasumber di seminar yang bertajuk Cegah Paham Radikalisme yang digelar oleh Cabang PMII Kabupaten Sambas di hotel Pantura Jaya Sambas, Kamis(13/08/2020).

Advertiser
Banner Ads

Catatan sejarah bangsa, lanjut Paino, terbukti bahwa mahasiswa berperan besar atas bergulirnya reformasi 1998. Termasuk pula organisasi mahasiswa yang memberikan sarana kepada para mahasiswa dalam memberikan sumbangsihnya terhadap kemampuan serta pergerakan mahasiswa.

“Sebagai generasi penerus dan agen perubahan, mahasiswa diharapkan mampu untuk bisa memanfaatkan organisasi mahasiswa sebagai salah satu sarana pembelajaran untuk bisa mewadahi kemampuan mahasiswa dan mengembangkannya,” sambungnya.

Lebih lanjut dia menilai bahwa generasii milenial seperti kalangan mahasiswa merupakan sasaran empuk penyebaran radikalisme. Sebab paham ini dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial.

“Dunia Cyber adalah ruang imajiner yang memungkinkan orang-orang untuk membangun identitas dan dunia mereka yang baru. sekaligus menjalin komunikasi dengan orang lain. ini celah penyebaran paham radikal,” ungkap Paino.

Dia juga menyebutkan bahwa ciri-ciri orang yang terpapar paham ini yaitu menjadi anti sosial, mengalami perubahan emosi dan tingkah laku, bergaul dengan komunitas yang rahasia, bersikap dan berpandangan yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. mereka juga kerap menggunakan kekerasan untuk meraih keinginannya.

“Biasanya berupa gerakan revolusioner, penghancuran total dan memutar balikkan nilai awal. Mereka mereproduksi berita bohong (hoax) atau berita palsu (fake news), karena sesuai dengan pikiran dan keinginannya. bahkan, menciptakan keresahan di tengah masyarakat. Kaum radikal ini membandingkan dua hal yang tidak linier, menjungkirbalikkan nilai-nilai atau norma yang sudah ada,” paparnya.

Dia berharap dengan adanya seminar ini mampu menjadikan para generasi bangsa bersih akan paham radikalisme dan terus membina anak bangsa untuk tetap berkontribusi dan berinovasi dengan intelektual yang cerdas. (Zbr)

Exit mobile version