KALBARSATU.ID — Seorang perempuan pasti akan mengalami datang bulan atau menstruasi yang disebut dengan siklus bulanan.
Dalam hitungan normal siklus ini berlangsung selama 28 hari, mulai dari hari pertama saat keluarnya darah sampai hari pertama di bulan berikutnya. Yang dimaksud dengan haid adalah masa keluarnya darah pada perempuan.
Dalam Al-Qur’an menyebutkan bahwa haid merupakan suatu “kotoran”. Selama masa menstruasi seorang istri harus di jauhi oleh suaminya untuk sementara waktu sampai berakhir masa menstruasinya.
Dalam artian dijauhi tersebut tidak boleh melakukan hubungan seksual hingga kembali suci dan menyucikan diri. Sebagai mana pada ayat Alqur’an berikut ini :
وَيَسْأَ لُونَكَ عَنِ ألْمحِيْضِ قُلْ هُوَ أَذً فَاعْتَزِ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya :
“mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah (Muhammad), Haid itu suatu kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidz, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (QS. Al Baqarah (2) : 222).
Yang menjadi pertanyaan, kenapa tidak boleh berhubungan seksual dengan wanita yang sedang haid ? Ya sebagaimana kita ketahui, saat wanita yang sedang mengalami haid merupakan peristiwa dimana penuhnya darah dalam rahim sehingga menyebabkan darah itu meluap dan mengalir melalui kemaluannya.
Ketika al-Qur’an turun banyak berbagai macam istilah yang dipakai untuk menyebut haid, mulai dari nafisat, nafusat, darasat, thamisat, dhahikat, kadat, akbarat, dan shamat. Inilah beberapa yang disebutkan oleh Ibnu Khulawaih yang telah dikutip dari kamus lisan Al Arab.
Sedangkan menurut Al Qurthubi seorang wanita yang sedang berada pada masa haid memiliki tujuh sebutan selain kata haid tersebut.
Yaitu ‘arik, farik, thamis, Daris, kabir, dhahik dan thamits. Ini merupakan suatu kemukjizatan Al Qur’an yang sangat luar biasa. (Lihat: Tafsir Al Qurthubi, jilid 3, halaman 82).
Doktor Abdul Lathif yang telah melakukan studi mengenai terjadinya perubahan saat mikroorganisme dan tingkat keasaman vagina saat wanita sedang menjalani masa haid.
Dengan dilakukannya studi tersebut adalah untuk mengetahui tafsir ilmiah mengenai tentang “kotoran” saat wanita menjalani masa haid.
Yang menjadi bahan penelitian tersebut melibatkan sebanyak 50 orang wanita yang terdiri dari 27 wanita yang belum melahirkan dan 23 wanita yang sudah menjalani kelahiran. Dan seluruhnya sehat dan terbebas dari segala macam penyakit.
Mereka diminta untuk pergi ke rumah sakit ibu dan anak sebanyak empat kali, yaitu sebelum haid, pertengahan masa haid dan setelah masa haid. Ketika mereka datang untuk dilakukan penelitian mereka diambil sampel dari bagian bawah vagina, bagian atas, dan bagian dalam vagina, lalu ditambah lagi dengan sampel air seni.
Hasil sampel tersebut diteliti serta dianalisis untuk mengetahui mikroorganisme dari masing-masing sampel. Serta hubungan antara pengamatan periode PH vagina, dan air seni. Pada akhirnya Peneliti dapat menyimpulkan, pertama, saat periode mikroorganisme pada wanita tidak bisa dipisahkan dengan periode hormon-hormon indung telur.
Selain itu, ditemukan juga beberapa jenis kuman yang berbahaya dan muncul berlawanan. Jika satunya semakin banyak, maka satunya akan terus berkurang. Pada masa-masa haid ini, kuman-kuman yang ditemukan sangatlah menakutkan.
Dan juga ditemukan kuman-kuman yang berbahaya pada bagian bawah vagina. Sementara untuk bagian atas tidak ada. Ditemukan juga jenis-jenis kuman berbahaya lain ketika masa haid yang berbeda dengan yang sebelumnya. Keberadaan kuman tersebut pada saluran kencing dan anus.
Kedua, selain kuman yang berbahaya, ada juga jenis kuman yang tidak berbahaya. Tetapi, ketika masa haid kuman itu akan menjadi bahaya. Pada masa haid dan kondisi-kondisi tertentu akan semakin banyak menjadi 4 kali lipat dari biasanya. Namun alih-alih ini tetap bertahan dibawah vagina, dan malah masuk ke bagian lipatan atas vagina.
Ketiga, biasanya jumlah kuman pada wanita yang belum pernah melahirkan lebih sedikit daripada wanita yang sudah melahirkan. Begitu pula dengan tingkat keasaman (PH) vagina, PH pada sekelompok wanita yang belum melahirkan malah lebih sedikit daripada mereka yang pernah melahirkan.
Keempat, sudah jelas bahwa doderlein (bakteri baik) pada mulanya ditemukan pada bagian vagina. Ia bisa menjaga kuman yang berbahaya masuk. Tetapi, ketika wanita tersebut haid, jumlahnya semakin dikit. (Lihat, Abdul Basith Muhammad Al Sayyid, Al i’jaz Al ‘ilmi fi Al Tasyri’ Al islami, (Darul Kutub: Beirut), halaman 288).
Dari beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa jumlah bakteri akan semakin banyak hingga mencapai 0.6 mm3.
Lalu jenisnya bermacam-macam, dan tidak ada yang menghalangi bakteri tersebut untuk masuk ke bagian dinding rahim yang terbuka. Kecuali aliran darah tersebut berlawanan dengan arus bakteri dari atas ke bawah.
Jika itu terjadi maka makin berat bahaya yang akan ditimbulkan. Pada masa haid bakteri tiroicomonas jumlahnya semakin banyak hingga mencapai empat kali lipat. Biasanya bakteri itu berada di bagian atas vagina untuk mencari-cari kesempatan dan mencari mangsa.
Dan sebagai mana kita ketahui bahwa bakteri tiroicomonas mengakibatkan banyak infeksi pada organ kencing dan organ reproduksi pada pria. Nah, perpindahan bakteri itu bisa terjadi apabila berhubungan seksual. Nah, itulah bahayanya bagi laki-laki jika menggauli istrinya yang sedang menjalani masa haid.
Semoga bermanfaat bagi anda para pembaca. (Lihat, Ghiyats Hasan Al Ahmad, Al thibb Al Nabawi fi dhau Al ‘ilmi Al hadits, Dar Al ma’jimz cetakan pertama, 1414 H). #