NasionalNews

Ketum PBNU Idealnya Pernah Berproses di IPNU, PMII atau GP Ansor

×

Ketum PBNU Idealnya Pernah Berproses di IPNU, PMII atau GP Ansor

Sebarkan artikel ini
Ketum PBNU Idealnya Pernah Berproses di IPNU, PMII atau GP Ansor
Ketum PBNU Idealnya Pernah Berproses di IPNU, PMII atau GP Ansor

NASIONAL, KALBAR SATU – Riuh genderang Muktamar kian meriah, tokoh-tokoh yang dibesarkan dan berkiprah di Jami’iyah Nahdlatul Ulama saling bersahutan memberi komentar.

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi para ulama dan intelektual muslim. Selain itu, NU merupakan gudangnya para ulama, kyai, cendekiawan dan intelektual muslim.

Sejak era Gus Dur sebagai Ketua Umum PBNU, sudah melahirkan ribuan kader NU yang mampu meraih gelar doktor atas fasilitasi PBNU.

“NU mempunyai ratusan profesor dan ribuan doktor maka sudah semestinya apabila Ketua Umum PBNU dijabat oleh seorang ulama yang bergelar profesor, atau setidak – tidaknya bergelar doktor,” Demikian dikatakan oleh Dr. Andi Jamaro Dulung yang akrab disapa Bang Andi Jamaro Ketua PBNU 1999-2010.

Baca Juga: RMI-NU Kalbar sukses Gelar Doa dan Zikir bersama untuk Mukhtamar NU di Lampung

Selanjutnya Bang Andi Jamaro mengatakan bahwa permohon maaf karena telah berpihak kepada Prof. Dr. Said Agil Siraj, MA, Ketua Umum PBNU petahana dan ia tidak mendukung KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

Andi Jamaro yang merupakan tokoh NU dari Sulawesi Selatan (Sulsel) lebih khusus meminta izin kepada para tokoh NU Sulsel untuk menyampaikan secara singkat alasannya tidak berpihak kepada Gus Yahya, yaitu antara lain;

Tidak sampai hati dan tega menyerahkan jabatan Ketua Umum PBNU kepada orang yang secara akademik formal tidak teruji, konon Gus Yahya tidak tamat S1.

Baca Juga: Link Twibbon Muktamar NU ke-34 Lampung Gratis, Download Bingkai Gratis

PBNU membawai 274 Perguruan Tinggi NU, di mana setiap perguruan tinggi tersebut dipimpin oleh akademisi NU yang bergelar profesor dan doktor.

Sedangkan Ketua Umum PBNU ibarat seorang “chairman” dari semua perguruan tinggi milik NU tersebut. Lalu akan menjadi sangat ironis bila seorang “chairman” dari 274 PTNU itu adalah orang yang tidak tamat pendidikan S1.

Umumnya para tokoh NU yang menjadi pengurus PBNU kebanyakan adalah tokoh-tokoh NU dan para ulama yang bergelar doktor dan profesor.

Baca Juga: Paska Dilantik, PCNU Kota Pontianak Serahkan SK Empat Lembaga

Sangat lucu sekali apabila jajaran pengurus PBNU yang berpendidikan lulusan S-3 dan guru besar dipimpin oleh tokoh yang kurang jelas riwayat pendidikannya.

“Idealnya PBNU dipimpin oleh kader yang secara berjenjang berproses dan melalui kaderisasi di NU. Sedangkan Gus Yahya tidak pernah dikader di IPNU, PMII dan ANSOR. Konon Gus Yahya hanya pernah menjadi aktifis HMI MPO,” jelasnya.

Sebagai tokoh NU Sulsel mencermati bahwa sama sekali tidak ada indikasi Gus Yahya akan mengakomodir figur Sulsel dalam konfigurasi kepemimpinannya.

Terbukti dengan komposisi calon AHWA. Tim Gus Yahya sama sekalu tidak mencatumkan ulama asal Sulsel. Padahal Sulsel punya tokoh NU seperti Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar dan Prof. Dr. KH. Najamuddin.

Di akhir pernyataannya Andi Jamaro yang dulu tumbuh dan berposes di Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMII (Ormawa yang berhaluan ideologi dan lahir dari Rahim Nahdaltul Ulama) ini menyebutkan bahwa ia belum mengenal sosok Gus Yahya Staquf.

Padahal Andi Jamaro mengaku sudah lebih 35 tahun berkiprah aktif di NU. Baru belakangan dalam 5 tahun terakhir Gus Yahya tiba-tiba muncul dan menjabat Khatib Aam Syuriah PBNU.