KALBAR SATU – Mengungkap Kisah Jenderal Sudirman, Refleksi Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2021.
Siapa yang tidak tahu kepada tokoh pahlawan Jenderal Sudirman. Dikisahkan bahwa sang pahlawan itu merupakan sosok pendiam atau tak banyak bicara.
Sosok kepribadian sang pahlawan itu diungkapkan Samiyem saat masih kecil ketika berjumpa dengan sang jenderal besar di Gunungkidul DIY. Selain itu, Sang jenderal menginap 12 jam di rumahnya.
kisah dari Mbah Samiyem.
Dikutip dari kompas.com, Jenderal Besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman melakukan serangan gerilya dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur pada Desember 1948 sampai Juli 1949.
Selama perjalanan panjang perang gerilya, Soedirman melewati berbagai wilayah termasuk Gunungkidul.
Baca Juga: LINK 17 Agustus 2021 Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh HUT RI ke-76
Baca Juga: LINK BINGKAI FOTO 17 Agustus 2021 Hari Ini HUT RI KE-76
Baca Juga: KUMPULAN LINK DOWNLOAD Bingkai Foto TWIBBON HUT RI ke-76 BESOK 17 Agustus 2021
Baca Juga: CARA Posting Pamflet HUT RI KE-76 Ini Link Twibbon 17 Agustus 2021
Masih melansir dari kompas.com yang dikutip dari buku ‘Peran Gunungkidul dalam Perang Gerilya Jendral Soedirman’ karya Rudi Winarso dan Pamuji Raharjo, rute gerilya sepanjang 1009 kilometer yang dimulai dari Bintaran pada 19 Desember 1948 dan berakhir di Ndalem Mangkubumen 10 Juli 1949.
Sebelum Perintah Kilat No.1.PB/D/48 diumumkan, jauh hari TNI membuat keputusan berupa perintah Siasat No.1/Stop/48/5/48 yang ditandatangani Soedirman.
Inti dari Perintah Siasat ini adalah TNI berjuang bergerilya.
Rute Perang Gerilya Rakyat Semesta dari Kota Yogyakarta-Bantul-Gunungkidul-Wonogiri-Pacitan-Ponorogo-Trenggalek-Tulungagung-Kediri-Nganjuk-Sleman.
Selama di Gunungkidul, Jenderal Besar TNI Soedirman singgah di rumah warga.
Salah satunya di Padukuhan Karangtengah, Kalurahan Karangduwet, Kapanewon Paliyan.
Rumah itu saat ini dihuni oleh pasangan Siswo Suparjiyo (90) dan Samiyem (80).
Ditemui Kompas.com di rumahnya, Samiyem dan Suparjiyo tengah menata singkong hasil kebun di samping rumah.
Samiyem mengaku masih kecil saat Pak Dirman datang ke rumah milik orangtuanya Sayuk Marto Pawiro.
Jika merujuk data sejarah, kedatangan Pak Dirman pada 20 Desember 1948 setelah melakukan perjalanan dari Girisekar, Panggang.
Kedatangannya sore hari sekitar pukul 16.00 WIB.
Lalu, ia melanjutkan perjalanan pada 21 Desember 1949 sekitar pukul 04.00 WIB subuh.
Kedatangannya ditandu menggunakan kursi.
“Tidak berbicara apapun saat itu Pak Dirman, datang jam 16.00 WIB perginya adzan subuh (saat keesokan harinya),” ucap Samiyem ditemui di rumahnya Kamis (12/8/2021).
Saat itu, Pak Dirman terbaring di rumahnya yang sederhana terbuat dari anyaman bambu.
Dia terbaring di ruang tengah.
Pak Dirman tidak mau disebut jendral ataupun komandan, hanya mau disebut ‘kang’ atau kakak.
Selama menginap, tidak banyak percakapan.
Orangnya diam, dan hanya sesekali mengobrol.
Meski banyak yang mengawal, tetapi hanya empat orang yang ada di sekitar Pak Dirman.
“Pakaiannya putih, cuma dikalungkan (sejenis sorban),” ucap Samiyem.
“Khusus yang mengawal pak Dirman hanya empat orang,” ucap dia.
Saat ini seluruh alat yang dipakai Pak Dirman sudah dibawa ke museum, sementara di halaman rumahnya didirikan monumen yang ditandangani oleh istri Soedirman pada tahun 1995.
Di monumen dibuat replika tandu dan patung Jendral Soedirman.
“Di sini makan telur,” kata Siswo Suparjiyo yang juga rumahnya juga tak jauh dari Jendral Soedirman menginap.
Setelah menginap selama hampir 12 jam, Jenderal Soedirman melanjutkan perjalanan ke Playen dengan jalan kaki dan Pak Dirman masih ditandu selama 2 Jam.
Kepala Kundho Kabudayan (Dinas Kebudayaan) Gunungkidul Agus Kamtono mengatakan, pihaknya sudah membukukan rute Jenderal Soedirman saat perang gerilya di Gunungkidul.
“Perjuangan Jendral Soedirman ternyata di Gunungkidul tempat persinggahan banyak sekali, ada di Paliyan, Playen, Ponjong, dan ada di Karangmojo,” kata Agus.
Banyaknya lokasi persinggahan karena waktu itu Gunungkidul masih banyak hutan.
Sejak tahun 2019, kata Agus, pihaknya bekerja sama dengan Kodim 0730 Gunungkidul melakukan pelacakan terhadap peran masyarakat dalam perang gerilya Jenderal Soedirman.
Sehingga muncullah buku ‘Peran Gunungkidul dalam Perang Gerilya Jendral Soedirman’.
Perlu diketahui, Panglima Jendral Soedirman lahir di Kabupaten Purbalingga pada 24 Januari 1916.
Ia meninggal 29 Januari 1950 di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kusuma Negara, Yogyakarta.
Itulah Artikel Terkait Mengungkap Kisah Jenderal Sudirman, Refleksi Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2021
Sumber: Kompas.com