KALBAR SATU ID – Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kalimantan Barat (Kalbar) H. Rajuini mengecam dan mengkritik keras sejumlah orang yang mengatasnamakan Aliansi Santri Gus Dur menggelar unjuk rasa di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kemarin, Jumat (02/08/2024).
Menurutnya, aksi unjuk rasa tersebut sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang santri karena tidak menjunjung tinggi nilai-nilai yang di anut oleh santri.
“Perilaku tersebut tidak beradab, sebab jika merasa dirinya santri, seharusnya mengedepankan nilai-nilai adab yang diajarkan oleh para Kyai. Apalagi, saya pantau kemarin terlihat poster-poster yang dibawa mereka bertulisan “Ketum PBNU Jangan Jadi Agen Pemerintah”, hingga “Jangan Kotori Keikhlasan Pendiri NU,” kata Rajuini dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (03/08/24).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua PC PMII Kota Pontianak Periode 2008-2009 itu menjelaskan, NU memiliki tradisi tabayun klarifikasi, musyawarah dan audiensi, semua ini adalah tanggungjawab kita sebagai warga NU untuk membumikan kepada umat agar kehidupan ber NU dan bernegara semakin bermartabat.
“Aktivitas seperti demo sebenarnya bukan tradisi di lingkungan Nahdlatul Ulama. Apalagi sangat tidak pantas apa yang dilakukan sekelompok yang mengatasnamakan Aliansi Santri Gus Dur Demo di Gedung PBNU yang merupakan notabene sakral Ulama-ulama NU,” jelasnya.
Rajuini selaku aktivis penggerak Nahdlatul Ulama (NU) di Kalbar menilai, dirinya sangat menyayangkan perilaku tersebut karena mengotori aktivitas demokrasi yang selama ini di rawat oleh NU.
Dikatakannya, saya tidak setuju dengan aktivitas demonstrasi di simbol-simbol sakral sakralitas NU. Siapapun orangnya, sekelompok manapun dan dengan alasan apapun. Tindakan unjuk rasa di depan Kantor PBNU itu secara tidak langsung meruntuhkan martabat Ulama-ulama NU.
“Jangan-jangan sekelompok yang mengatasnamakan Aliansi Santri Gus Dur yang demo di depan kantor PBNU adalah orang bayaran yang tidak mengenal istilah tradisi adab ber-NU,” imbuhnya.
Rajuini menekankan, sebagai warga NU harus mengedepankan tabayyun, jangan sampai karena beda pemahaman dan penafsiran dalam menyikapi realitas sosial, politik dan keagamaan, lalu melakukan sikap yang jauh dari patut.
“Saya sangat menyayangkan khususnya teman-teman yang berlatar belakang NU melakukan aksi unjuk rasa. Apalagi memposting foto dan video ke mana-mana. Saya sangat sedih dan malu melihat ini semua,” tutupnya.