KALBAR SATU ID – Di antara ribuan jemaah haji asal Indonesia tahun ini, satu nama mencuri perhatian: Nura Husna Sahila, gadis belia berusia 18 tahun asal Pontianak, Kalimantan Barat.
Ia bukan hanya menjadi jemaah haji termuda dari Kalbar, tapi juga seorang hafizah 30 juz Al-Qur’an yang berangkat ke Tanah Suci dengan penuh makna dan keteguhan hati—menggantikan mendiang ayahnya yang telah lebih dahulu mendaftarkan niat suci ini sejak tahun 2012.
Nura lahir di Pontianak pada 8 Agustus 2006. Ayahnya, almarhum Ustaz Sarijan, wafat pada bulan suci Ramadhan, tepatnya 23 Maret 2025, hanya beberapa bulan sebelum keberangkatan haji tahun ini.
Semasa hidupnya, sang ayah telah mendaftar haji, jauh sebelum Nura mengerti perbedaan antara huruf ‘tha’ dan ‘dzha’. Namun takdir berkata lain, kini Nura-lah yang memenuhi undangan suci itu, didampingi oleh ibunda tercinta, Marsuni Abdul Malik.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalimantan Barat, Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I, memberikan apresiasi tinggi kepada Nura.
Ia menyampaikan rasa bangga atas keberangkatan jemaah termuda Kalbar tahun ini yang tak hanya muda usia, namun juga luar biasa dari sisi spiritualitas.
“Kami bangga, Nura adalah simbol generasi muda Kalbar yang mencintai Al-Qur’an dan siap menjawab panggilan suci-Nya,” ujar beliau.
Nura berangkat bersama Kloter 26 dari Pontianak menuju Embarkasi Batam pada penerbangan pertama pukul 14.00 WIB. Dari Batam, ia dan rombongan dijadwalkan terbang ke Arab Saudi pada 30 Mei 2025.
Bagi Nura, perjalanan ini bukan sekadar ibadah, tapi juga perjalanan batin untuk mengenang dan meneruskan niat sang ayah.
Pendidikan Nura pun tidak kalah menginspirasi. Ia menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Safinatun Huda, Jombang, dan bergabung dengan Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete) di bawah asuhan KH. M. Junaidi Ali. Kini, ia telah diterima sebagai mahasiswi di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Tak berhenti di situ, usai pulang dari ibadah haji, Nura dijadwalkan tampil mewakili Kabupaten Kayong Utara pada ajang MTQ Provinsi Kalbar, di cabang 30 juz untuk kategori putri. Daerah yang sebelumnya belum pernah memiliki wakil di cabang ini, kini menaruh harapan besar pada Nura.
“Untuk Nura, semua orang rela jadi tuan rumah,” ungkap seorang panitia MTQ.
Dalam keterangannya, Nura menyampaikan rasa syukurnya bisa menunaikan ibadah haji bersama sang ibu. Namun ia tak kuasa menahan haru karena berangkat menggantikan sang ayah.
Ia juga mengingatkan masyarakat, bahwa ibadah haji bukan soal usia atau harta, tetapi kesiapan hati.
“Jika hati terpanggil, insyaAllah Allah mudahkan jalannya,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Kisah Nura Husna Sahila menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa keistimewaan haji tak melulu diukur dari usia atau status sosial, tetapi dari kemurnian niat dan keteguhan jiwa. Di usia muda, ia telah menjadi teladan—seorang hafizah yang menapak jejak suci, membawa harapan keluarga, dan menginspirasi bangsa.