KALBAR SATU ID – Pelatihan Kader Lanjut (PKL) 1 yang dilaksanakan oleh Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di gelar di aula BKKBN Kalimantan Barat berlangsung Kabupaten Kubu Raya mulai tanggal 27 Januari sampai 31 Januari 2024.
Kegiatan pengkaderan yang mengusung tema ‘Revolusi Industri 5.0 PMII Sebagai Pelopor Daya Cipta dalam Membangun Negeri” ini menghadirkan nara sumber dari pusat yakni dari Pengurus Besar PMII dan pemateri lokal.
Dari jadwal kegiatan yang diterima, tampil sebagai pembicara Muhammad Abdullah Syukri (Ketua Umum PB PMII) dan Fachrul Riza (Ketua Kaderisasi PB PMII) sementara nara sumber lokal dijadwalkan tiga guru besar IAIN Pontianak, masing-masing Prof. DR. KH. Wajidi Sayadi, M. Ag, Prof. DR. Ibrahim, MA dan Prof. DR. H. Zainuddin, MA. Dari unsur birokrat dijadwalkan sebagai pembicara adalah wakil bupati KKR, Sujiwo, SE.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di ikutsertakan dalam nama-nama pemateri para alumni dan kader senior PMII Kalimantan Barat, Muhammad Nurdin, S. Pd, Drs. H. Jipridin, M. Si, Sholihin H. Z., S. Ag., M. Pd. I dan Putriana, M. Pd.
Salah satu pemateri, Sholihin H.Z. yang dijadwalkan memberi materi ”manhajul fikri lil ahlissunnah wal jamaah”.
Dirinya menyampaikan dalam pembahasannya bahwa proses pengkaderan yang ada di PMII baik dari MAPABA, PKD maupun PKL harus mampu mencerminkan kader yang selevel dengan jenjang pengkaderannya.
“Setiap jenjang pengkaderan harus mampu memunculkan kader yang semakin jelas rekam jejaknya dalam hal ke-PMII-an,” paparnya
Menurutnya, PMII sebagai organisasi elit yang berkutat dibidang keilmuan sebagai organisasi mahasiswa di bawah banom NU hendaknya tidak hanya usai kegiatan pengkaderan usai juga nafas ke-PMII-annya.
“Setiap jenjang pengkaderan hendaknya dijadikan sebagai media dan wadah untuk membuat semacam branding bagi setiap kader pergerakan,” katanya.
Tidak hanya itu, Sholihin menegaskan, alumni PKL harus mampu menterjemahkan ahlussunnah sebagai konsep memperjuangan kebenaran yang kemudian didukung dengan PMII sebagai al jamaahnya.
“Jadi jika sahabat semata kuliah tanpa aktif di pergerakan maka sahabat baru sebatas menggaungkan kebenaran, dan itu artinya kira2 baru 50%,” jelasnya.
Sholihin berharap, sahabat juga ikut aktif dalam memformulasikan kebenaran melalui wadah PMII dan eksis dimanapun berada maka sahabat sudah menjadi bagian dari jamaah, perpaduan ini menjadikan sahabat kader pergerakan yang berfaham aswaja 100%.
“Artinya ahlussunah wal jamaah akan menjadi manhaj paripurna atau seutuhnya bagi sahabat manakala adanya usaha menegakkan kebenaran melalui media organisasi yang ada,” Tutup Sholihin H.Z. yang juga Ketua PC Pergunu Kota Pontianak saat mengisi materi.