KALBAR SATU – Terkait utang Indonesia yang mencapai Rp 7.000 Triliun ! Sri Mulyani Beri Penjelasan.
Diketahui, hingga 28 Februari 2022, utang Indonesia tercatat mencapai Rp 7.014,58 triliun di data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Angka hutang Indonesia itu naik signifikan jika dibandingkan dengan utang Indonesia per Januari 2022, yakni Rp 6.919,15 triliun.
Namun kenaikan utang itu cukup signifikan dengan penambahan Rp 95,43 triliun per bulan.
Jadi kenaikan utang Indonesia jadi rekor baru lantaran tembus di atas Rp 7.000 triliun.
Melihat bertambahnya utang pemerintah itu, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) juga mengalami kenaikan.
Diakhir Januari 2022, diketahui rasio utang terhadap PDB adalah 39,63 persen, sementara di akhir Februari meningkat menjadi 40,17 persen.
Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang, rasio utang terhadap PDB harus dijaga agar tidak melebihi batas, yakni 60 persen.
Baca Juga: LINK NONTON DOWNLOAD Anime Spy X Family Episode 2 Full Indonesia: Tayang 16 April 2022, Spoiler Hari ini
Baca Juga: Nonton Kisah Nabi Musa dan Pas Buka, Cek Jadwal Acara Trans 7 13 April 2022 Berikut Jam Tayang Ragam Indonesia
Baca Juga: LIVE STREAMING GRATIS Indonesia vs Thailand Final Futsal 2022: Siapa Juara? Cek Link Nonton Sekarang
Kemenkeu Sri Mulyani Beri Penjelasan
Mengutif dari Kompas.com, Sri Mulyani mengatakan kenaikan utang Indonesia lantaran penanganan wabah pandemi Covid-19 yang terjadi selama dua tahun belakangan.
Hal itu karena, APBN memerlukan sumber dana yang lebih untuk menangani pandemi Covid-19 dan memulihkan ekonomi serta memberikan bantuan sosial kepada masyarakat dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Selain itu, Sri Mulyani lanjut menjelaskan bahwa kenaikan utang negara juga dialami oleh negara-negara maju lainnya lantaran wabah pandemi yang terjadi di seluruh penjuru dunia.
Kemudian hal sama juga disampaikan oleh Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo.
“Tahun 2020 memang kebutuhan kita untuk menghadapi Covid-19 sangat luar biasa,” ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu 16 April 2022.
Namun, kenaikan utang Indonesia tersebut diikuti dengan kualitas belanja APBN yang semakin membaik.
“Dan tampak sangat jelas kualitas belanja APBN semakin baik. Belanja berbagai program prioritas pun tumbuh dengan baik. Artinya utang semakin produktif untuk kepentingan publik,” terangnya.
Realisasi belanja APBN tersebut, meliputi bantuan sosial (bansos), subsidi pemerintah, dan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
“Ini sering saya ulang. Uang pajak dan utang dipakai untuk keperluan rakyat, mulai dari bansos, subsidi, hingga infrastruktur fisik dan nonfisik,” jelasnya.
Penambahan utang Indonesia
Yustinus mengatakan total utang Indonesia secara nominal memang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pihaknya mengaku akan terus memperbaiki pengelolaan utang agar pengelolaannya lebih sehat.
Yustinus melaporkan bahwa proporsi utang yang ditarik oleh Indonesia sempat menunjukkan penurunan pada 2015-2019. Kemudian kembali meningkat pada 2020 lantaran pandemi Covid-19.
“Dari 2015 hingga 2019, proporsi utang yang ditarik oleh pemerintah menunjukkan tren menurun. Meningkat drastis pada 2020 karena pandemi. Namun, penambahan utang kita pun masih tergolong moderat ketimbang negara lain,” jelasnya.
Semantara, penambahan nominal utang juga sebanding dnegan pertumbuhan aset di Indonesia.
“Tahun 2020 aset pemerintah tumbuh tajam, 2,5 kali lipat dibanding 2014. Selain karena revaluasi, ini menunjukkan pemanfaatan utang utk keperluan produktif, bukan konsumtif,” imbuh Yustinus.
Diberitakan sebelumnya oleh Kompas.com, berikut rincian utang Indonesia di era Jokowi:
• Total utang pemerintah tahun 2014: Rp 2.608,78 triliun
• Total utang pemerintah tahun 2015: Rp 3.165,13 triliun
• Total utang pemerintah tahun 2016: Rp 3.706,52 triliun
• Total utang pemerintah tahun 2017: Rp 3.938,70 triliun
• Total utang pemerintah tahun 2018: Rp 4.418,30 triliun
• Total utang pemerintah tahun 2019: Rp 4.779,28 triliun
• Total utang pemerintah tahun 2020: Rp 6.074,56 triliun
• Total utang pemerintah per Februari 2022: Rp 7.014,58 triliun.
Sumber: Kompas.com