OPINI, KALBAR SATU ID – Aku tidak sesat. Aku juga tidak kafir. Aku pecinta sunnah. Aku juga pecinta Nabi Muhammad SAW. Aku tidak akan sesat hanya karena aku ikut tahlilan dan maulidan. Aku juga tidak menjadi kafir hanya karena aku pergi ziarah kubur ke makam orang-tuaku, guru-guruku, orang-orang sholeh dan para wali.
Dengan mengikuti tahlilan, sejatinya aku menjalankan sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan melangkahkan kaki ikut sholawatan dan maulidan, sejatinya aku ingin menunjukkan bahwa aku sedang jatuh cinta dan rindu kepada Nabi Muhammad SAW.
Apakah engkau perlu dalil? Sepertinya walau seribu dalil kuberikan, tampaknya kau tetap tak akan berhenti menuduh aku sesat dan akan selalu mengkafirkan aku beserta saudara-saudaraku yang ikut tahlilan dan maulidan. Karena memang engkau berfikir bahwa aku salah dan engkau yang paling benar.
Baca juga: Paguyuban Jawa Kabupaten Ketapang Berikan Bantuan Korban Banjir
Apakah engkau perlu diskusi? Sepertinya walau ratusan diskusi yang kuikuti, tampaknya kau tetap akan selalu menganggapku sesat dan kafir. Karena memang engkau tak pernah dan tak akan pernah mau mendengarkan penjelasan dariku dan teman-temanku tentang apa yang telah menjadi amalanku.
Namun demikian, aku perlu sampaikan dalil-dalil berkenaan tahlilan dan maulidan ke permukaan. Bukan untuk menjawab dan menyanggah tuduhan, tetapi lebih kepada tindakan berbagi pengetahuan. Pengetahuan yang kusampaikan kepada teman-teman yang juga senang tahlilan dan maulidan.
Guruku mengajarkanku sebuah kitab berjudul hujjah aswaja, karya KH. Ali Maksum. Dalam kitabnya, Kyai Ali melarangku selaku Nahdliyin untuk berdebat dan atau bahkan saling mencela karena sebuah perbedaan. Menurut beliau, tahlilan dan maulidan merupakan ibadah.
Baca juga: Tiga Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan dalam Sejarah Nabi Muhammad SAW
Dalam tahlilan dan maulidan terdapat berbagai jenis amaliah-amaliah sunnah, yang sangat dianjurkan oleh baginda Nabi Muhammad. Di dalamnya terdapat amal sholeh seperti diantaranya silaturahmi, taklim, shadaqah, bacaan al quran dan dzikir.
Dimana amalan-amalan tersebut mengandung pahala dan barokah bagi pelaku dan orang-orang yang sudah wafat. Itu dawuh Kyai Ali Maksum, Rais `Aam PBNU tahun 1980-1984, yang termaktub dalam kitab Hujjah Aswaja. Dimana beliau merupakan Pengasuh PonPes di Jogja Krapyak.
Aku pun tambah semangat mengamalkannya walau engkau tetap kekeh menolaknya. Alasanmu menolak itu sebab tahlilan dan maulidan tak ada dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Amalan itu bid’ah, sesat. Perkara bid’ah melahirkan kefasikan dan kekufuran. Menyebabkan masuk dalam neraka, katamu.
Baca juga: Warga Banjar Serasan Gelar Tahlil untuk Almarhumah Sumi dan Geby
Selama itu untuk kelompokmu. Aku diam, tak peduli. Ketika kau ucapkan itu kepadaku, aku pun peduli dan siap melawan dengan etika dan adab diskusi. Aku tak akan mengatakan kau sombong dan bodoh, seperti yang kau tuduhkan kepadaku.
Karena kutahu kau juga korban doktrin dari orang-orang pintar yang jahat, yang mencoba memasukkan informasi tak benar kepadamu dan mereka. Aku hanya bisa nulis ini untuk melindungi anak-cucuku dari pengaruh-pengaruh buruk sepertimu.
Yang kau tuduhkan adalah tahlilan dan maulidan merupakan amalan bid`ah. Tapi apakah kau tahu, dalam tahlilan dan maulidan terdiri dari beraneka ragam amalan sholeh. Bukankah para sahabat nabi pernah melakukan itu. Lalu kemudian kau keberatan karena tahlilan hanya dilakukan saat momen kematian.
Baca juga: Bacaan Teks Doa Ziarah Kubur Semarak Tradisi Jelang Bulan Suci Ramadhan 2022
Lantas ku bertanya apa salahnya ku beribadah ketika aku ingat kepada kematian? Bukankah Sayyidina Umar pernah berkata, cukuplah kematian menjadi dzikir?! Lagipula aku melakukan itu tidak hanya pas momen kematian saja. Banyak momen lain, dimana aku dan rekan-rekan juga tahlilan.
Berkenaan dengan sampainya pahala yang dihadiahkan untuk mayit, cukuplah Imam Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim yang menjawabnya. Pernyataannya dikutip oleh Kyai Ali Maksum, dalam kitab Hujjah Aswaja.
Ibnu Taimiyah berkata:
أن الميت ينتفع بقراءة القرآن كما ينتفع بالعبادة المالية من الصداقة و نحوها
“Sungguh mayit mendapat kemanfaatan dari bacaan al quran sebagaimana ia mendapat kemanfaatan dari ibadah dengan menyedekahkan hartanya dan ibadah lainnya”.
Ibnu Qayyim pun pernah berkata:
أفضل ما يهدى الى الميت الصدقة والاستغفار والدعاء له والحج عنه
“Sebaik-baik hadiah yang diberikan kepada mayit (orang yang sudah wafat) adalah shadaqah, memohonkan ampunan, mendoakannya dan berhaji untuknya”.
Aku ingin juga menyampaikan pendapat Mufti Kota Mesir, Syaikh Hasanain, Muhammad Makhluf. Beliau mengutip imam hanafi bahwa setiap orang yang menghadiahkan pahala ibadahnya baik itu berupa shadaqah, bacaan alquran, maupun amalan-amalan sholeh yang lain, maka hadiah pahala tersebut sampai kepada mayit.
Baca juga: Jelang Ramadhan 1443 H Berikut Adab dan Bacaan Doa Ziarah Kubur
KH. Ahmad Subki Mashudi, penyusun kitab Hujjah Aswaja menambahkan sebuah riwayat dari Imam Al Muhibbu At Thabari berkenaan dengan sampainya pahala kepada mayit. Menurut Imam Al Muhibbu At Thabari, pahala tiap amalan ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah yang dihadiahkan kepada mayit tersebut, akan sampai kepada mayit.
Itulah beberapa Hujjah Aswaja An-Nahdliyah berkenaan tahlilan dan maulidan. Jelas dan lugas sekali pemaparannya. Jujur aku ini taklid. Kelasku masih pada tahap itu. Tapi taqlidku taqlid pada imam arba’ah dan ashabuhum. Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi`i, dan Imam Hambali.
Mereka merupakan ulama salaf yang dalam menyikapi perbedaan tak lantas mengkafir-kafirkan. Orang NU dan yang ngaku NU harus ikut mereka, sebagai bukti loyalitas diri. Tahlilan dan maulidan itu boleh.
Baca juga: Cara Download dan Link Twibbon Maulid Nabi Muhammad SAW 2021, Selasa 19 Oktober 2021
Pahala amaliah-amaliah itu yang dikhususkan untuk mayit, jelas sampai dan pasti diterima mayit. Pahala itu membantu mayit dalam menyinari kegelapan dan mengurangi siksa kuburnya.
Dalam kitab itu juga dipaparkan dalil naqli (dalil bersumber al-Quran dan hadist) dan aqli (dalil yang bersumber dari ijma` dan qiyas)l berkenaan tahlilan dan maulidan. Berkenaan ulasan-ulasan itu akan disampaikan pada tulisan berikutnya. Semoga kita semua selamat dari fitnah akhir zaman. Amin!!!
Penulis: Holi Hamidin, S. Pd. I (Ketua Tanfidziah MWC NU Pontianak Utara)