Opini

Eksistensi Santri dan Literasi Digital

1
Penulis: Gus Ainun Najib
Penulis: Gus Ainun Najib/ISTIMEWA

KALBARSATU.ID –Peran Seorang Santri dan Sikap yang Berkemajuan.” Peran santri sebagai agen of change tidak akan terealisasi tanpa bisa bersikap inklusif, yaitu ber-dinamis dengan zaman dalam menyikapi perkembangan zaman. Karena bagaimanapun juga perkembangan zaman tidak bisa dielakkan, pasif menanggapi kemajuan zaman akan tertinggal. Namun juga harus mampu kritis agar dapat menyaring dari yang bermanfaat dan membuang yang ber-mudharat.

Dewasa ini perkembangan teknologi cukup pesat bahkan bacaan dan buku-bukupun mudah diakses di media sosial dan digital. Disinilah santri harus tahu terhadap eksistensi dirinya bahwa untuk menebarkan manfaat kepada sesama tidak harus cerdas dalam beragama, namun juga mampu mengimbangi keilmuannya dalam dunia teknologi dan digitalisasi.

Advertiser
Banner Ads

Jika Imam Syafi’i harus menempuh rintangan dan kesulitan hanya untuk mendapatkan satu ilmu, maka seharusnya pada zaman sekarang lebih mudah, karena tinggal diklik akan muncul bermacam-macam ilmu. Untuk belajar tidak sesulit dahulu bahkan untuk berdakwahpun tidak perlu di atas panggung jika di sosial media lebih efektif untuk mudah dinikmati oleh khalayak umum.

Apabila santri memejam mata dari literasi digital, maka akan sampai pada saat dimana keilmuannya hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, orang-orang yang ada di sampingnya tidak akan merasakan manisnya ilmu yang dipelajari oleh seorang santri. Bukankah sebaik-baik manusia ialah yang paling banyak memberikan manfaat, begitu kata Nabi, maka santri harus mampu berpacu dengan cepet untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Penulis: Gus Ainun Najib

Exit mobile version