Opini

Fenomena Ustadz Dadakan

2
Ustadz Dadakan
Ustadz Dadakan

KALBARSATU.ID – Tahu bulat digoreng dadakan enak, tapi ustadz-ustadz dadakan bikin enek. Apalagi ustadz-ustadz dadakan ini hanya mengoreng-goreng kecurigaan, kebencian dan adu domba umat beragama.

Mengapa lahir model ustadz-ustadz macam begitu? Karena mereka tidak bisa ngaji, tidak punya bekal, akhirnya provokasi dan fitnah yang diceramahkan.

Advertiser
Banner Ads

Ngaji kalau bagi santri ada tiga level. Pertama ngaji Al-Quran. Kedua ngaji kitab-kitab yang bisa menjadi rujukan pengetahuan keislaman. Ketiga, ngaji dalam prilaku dan tindakan yang tercermin dalam akhlak yang baik.

Ustadz-ustadz dadakan itu, level pertama saja belum lulus. Contoh Evie Effendi, ngaji Al-Quran saja kacau balau, makhraj tidak benar, tidak bisa bedakan pelafalan dal د dan dzal ذ baru mulai baca dari a’udzubillahi saja sudah salah. Ditambah tajwidnya, kemudian wakaf saat baca ayat sembarangan. Celakanya lagi dia minta jamaah yang hadir mengikuti bacaan dia. Akhirnya kesalahan yang awalnya pribadi ustadz dadakan, jadi kesalahan berjamaah.

Felix Siauw lebih parah lagi. Mengutip ayat salah besar. Yusabbihu dibaca Sabbaha, al-malik-ul quddus-ul aziz-ul hakim dibuang alif lam nya. Sudah salah kutip, bacanya abal-abal, malah nekat menafsirkan Al-Quran. Salah fatal! Karena Felix tidak bisa ngaji, jualannya propaganda Khilafah HTI.

Sugik Nur ngaku tidak bisa ngaji. Bekas penjual pembalut wanita. Apa yang diharapkan dari orang macam ini? Ceramahnya mulai dari sumpah pocong. Tak laku di daerahnya pindah kemana-kemana. Adanya medsos dia manfaatkan cari peluang dengan ceramah yang isinya mengejek-ejek dan kebencian. Akhirnya dia divonis bersalah. Semoga segera masuk penjara. Padahal menjadi sales pembalut wanita lebih mulia daripada ngaku ustadz, apalagi ngaku Gus, tapi isi ceramahnya hanya menyebarkan keburukan.

Zulkarnain katanya mantan penyanyi di RRI. Ditulis lulusan S2 Hawaii, tapi dibongkar ke-abal-abalannya oleh seorang netizen. Tak jelas di mana belajar ngaji dan gurunya, tahu-tahu mengaku ustadz, sekaligus ‘memaksa’ orang panggil dia ustadz karena nama akun twitternya pakai ustadz. Untuk meyakinkan, memakai gamis dan sorban. Ceramahnya cuma ngejek-ngejek Presiden Jokowi. Tidak perlu capek-capek dites ilmunya, tashrif dasar anak ibtidaiyah saja dia ngaco.

Yang lebih parah yang lagi viral. Ustadz dadakan ngaku mualaf. Eh dia makin nekat dengan mengaku anak dari Kardinal. Sejak kapan Kardinal menikah? Apalagi dalam sejarah Indonesia, baru ada tiga kardinal. Jadi sangat mudah dibongkar kebohongannya.

Pertama Kardinal Justinus Darmojuwono, Uskup Agung Semarang sebagai kardinal pertama dari Indonesia. Kedua, Kardinal Julius Dharmatmadja, sahabat baik Gus Dur, yang kini sudah pensiun dan ketiga yang baru ditahbiskan Kardinal Ignatius Suharyo sekaligus Uskup Agung Jakarta.

Semua kardinal itu tidak menikah, tidak punya istri, tidak punya anak. Romo, Pastor Katolik juga tak ada yang menikah, sedunia! Jadi, yang ngaku bernama Fauzan Al-Azmi ini anak kardinal siapa? Atau anak celana merk cardinal?

Ada lagi yang ngaku mualaf dari keluarga Katolik, tapi katanya bapaknya tokoh di PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) yang Kristen Protestan. Bagaimana mungkin orang Katolik jadi tokoh di lembaga gereja Kristen Protestan? Jelas-jelas dia tidak bisa membedakan Katolik dan Kristen Protestan. Jadi jangan tanya dia bisa ngaji apa tidak, menguasai materi penipuannya saja tidak cermat.

Sayangnya bagi umat Islam yang awam, yang terlalu tulus, mudah sekali ditipu oleh ustadz-ustadz dadakan itu. Materi-materi mereka yang tanpa modal ngaji, diperbanyak materi kebencian, propaganda, konspirasi, kebohongan dan menyebarkan ketakutan. Ceramah horor. Persis film horor. Yang lagi-lagi baik film horor dan ceramah horor punya pasarnya di sini.

Sudahi mengundang ustadz dadakan. Karena masih banyak yang ustadz beneran, ulama, kyai, habib, tuan guru, ajengan yang bisa menjadi panutan, baik dari kedalaman ilmu, kebesaran jiwa, kearifan dan pengalaman hingga tauladan dalam laku.

Silakan gemari tahu bulat yang digoreng dadakan, tapi jangan yang butek ustadz dadakan.

Tulisan dikutip dari gunromli.com 

Exit mobile version