Opini

Hari Al Quds Internasional: Merapatkan Barisan untuk Pembebasan Palestina

1
Hari Al Quds Internasional
Penulis: Abdul Hakim

Ramadhan Yang Memerdekakan

OPONI, SATU – Syahdan, pada tanggal 17 Agustus 1945 atau bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H, tercatat momentum bersejarah bagi Republik Indonesia.

Advertiser
Banner Ads

Peristiwa itu adalah pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta. Kelak, dua orang itu menjadi tandem dalam memimpin negeri ini.

Ramadhan memanglah bulan yang memerdekakan. Bulan yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia, agar manusia mampu memerdekakan dirinya dari penghambaan terhadap hasrat hewani yang mewujud pada ketamakan, kepandiran, kekikiran, serta sederetan kecenderungan materi lainnya.

Sebagai madrasah, Ramadhan mendidik manusia untuk menaklukkan ego ananiyah (keakuan), sehingga memiliki empati terhadap kelompok manusia lain, yang bersama merekalah sesungguhnya Tuhan “berada”.

Kata Bung Karno, “Orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.”

Si miskin merupakan simbol dari sebuah ketertindasan. Kemiskinan tidak hadir secara alamiah, melainkan terjadi karena kesenjangan akses terhadap sumberdaya. Karena itu, Mahatma Gandhi berujar bahwa kemiskinan adalah bentuk kekerasan yang paling kejam.

Kekerasan ini – mengutip istilah Gandhi – tercipta oleh segelintir rezim oligarki yang hendak menguasai kekayaan sumberdaya alam di berbagai belahan dunia. Hasrat ini mewujud pada penjajahan dan kolonialisme yang berlangsung dalam lembaran sejarah kehidupan.

Spirit perjuangan meraih kemerdekaan Ramadhan itu yang menstimulus deklarasi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Deklarasi kemerdekaan merupakan bentuk perlawanan terhadap manifestasi ananiyah yang menyerupa pada imperialisme asing.

Ketika penjajahan terjadi, maka kita saksikan ejawantah kejahatan; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan penghinaan terhadap kemanusiaan. Sehingga orang-orang yang merdeka, yang telah menaklukkan egonya, pasti akan berdiri melakukan perlawanan terhadap penjajahan.

Semangat perjuangan itulah yang coba ditransformasikan pada peringatan Hari Al Quds Internasional. Al Quds, bukan semata-mata Masjid Al Aqsha nan suci dan bersejarah itu.

Al Quds adalah segenap bumi Palestina, dari darat hingga ke laut, tumpah darah yang pernah mendapat kemuliaan menjadi tempat berdiam para utusan Tuhan. Al Quds masih terjajah.

Penjajahan di Al Quds itu terjadi sejak 1948, ketika rezim zionis mendeklarasikan terbentuknya sebuah negara palsu bernama Israel.

Negara palsu yang dinamakan dengan mengutip nama leluhur, sebuah upaya diskriminatif yang mengkhususkan warga negaranya hanya terdiri dari anak-cucu keturunan Israel.

Israel merupakan nama lain dari Nabi Ya’qub as, yang memiliki 12 anak yang kelak menjadi 12 suku dari bangsa Israel.

Al Quds: Poros Persatuan Orang-orang Merdeka

15 Mei 1948, sehari setelah klaim deklarasi negara palsu israel, diperingati bangsa Palestina sebagai Hari Nakbah, hari malapetaka untuk rakyat Palestina.

Sejak 1948 itulah, bangsa Palestina menghadapi teror dan persekusi yang merenggut banyak nyawa dan mengusir jutaan warga dari tanah airnya.

Al Quds, atau Palestina, menjadi episentrum kejahatan rezim zionis. Dan pada saat yang sama, Al Quds menjadi poros perlawanan bagi orang-orang merdeka.

Setiap jejiwa yang merindukan keadilan takkan pernah gamang menentukan sikap ketika kelaliman secara nyata mewujud di depan mereka. Karena diam di hadapan kezaliman merupakan persetujuan terhadap kezaliman itu.

Bangsa Indonesia percaya bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Rakyat Indonesia, ucap Bung Karno, takkan pernah diam di hadapan penjajahan yang dilakukan rezim zionis.

Memperjuangkan kemerdekaan Palestina merupakan amanat konstitusional, sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945.
Perjuangan ini memerlukan momentum.

Dan momentum itu ada di bulan Ramadhan, ketika umat manusia berjuang memerdekakan diri – jihad akbar – yang disertai jihad asghar mendukung Palestina merdeka.

Karena itulah, Hari Al Quds Internasional diperingati di bulan Ramadhan nan mulia, di Jumat yang agung, ketika manusia-manusia menyambut hari-hari Al Qadr.

Agar seluruh manusia menuliskan pesan kemerdekaan Al Quds ke gerbang langit.

Model jihad asghar ini tak rumit, apatah lagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang yang mengharuskan pembatasan fisik.

Cukup teriakkan kemerdekaan Palestina di dinding-dinding media sosial kita ketika matahari terbit di Jumat Terakhir Ramadhan.

Pesan itu pasti sampai ke sanubari saudara-saudara kita di Palestina. Suaranya pasti terdengar dan menakutkan rezim zionis.

Lepaskan sekat agama dan suku, karena Al Quds bukanlah masalah primordial. Virus Corona pasti musnah dan hancur, sama halnya dengan virus zionisme. Persatuan orang merdeka adalah antivirusnya.

Maka tanggalkan keakuan, karena Al Quds memerlukan persatuan kita. Palestina tidak sendiri, ada kita bersama mereka. Merdeka Palestina! Terkutuklah para penjajah!

Exit mobile version