Hari Pelanggan Nasional: Momentum Emas Merajut Ulang Kepercayaan Konsumen di Kalimantan Barat

Foto Dr. Ita Nurcholifah,S.EI., MM
Foto: Dr. Ita Nurcholifah,S.EI., MM (Dosen Febi IAIN Pontianak dan Pengawas PIKK)

KALBAR SATU, OPINI – Perayaan Hari Pelanggan Nasional (HPN) di tengah tantangan ekonomi merupakan sebuah imperatif strategis, terutama bagi daerah seperti Kalimantan Barat.

Meskipun data menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif, kondisi riil di lapangan masih mengindikasikan adanya kelemahan daya beli masyarakat.

Bacaan Lainnya

Pertumbuhan ekonomi yang didominasi oleh sektor-sektor tertentu, seperti pertanian dan industri pengolahan, tidak selalu sebanding dengan peningkatan pendapatan riil yang dirasakan oleh mayoritas penduduk, terutama di daerah pedesaan.

Di sinilah, HPN memiliki peran krusial untuk tidak hanya sekadar merayakan, tetapi juga menjadi katalisator dalam mempercepat pemulihan ekonomi lokal.

​Kondisi Ekonomi Kalimantan Barat dan Tantangan Daya Beli

Ekonomi Kalimantan Barat memang menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah disparitas pendapatan dan inflasi yang dapat menggerus daya beli.

Faktor-faktor seperti tingginya tingkat pengangguran, terutama di kalangan pemuda, serta isu infrastruktur yang belum merata, turut memengaruhi kemampuan masyarakat untuk melakukan konsumsi secara optimal.

Oleh karena itu, strategi bisnis yang diterapkan pada HPN tidak bisa hanya meniru model nasional. Dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik dan berorientasi pada kondisi lokal.

​Strategi Akselerasi Daya Beli Melalui HPN.

​HPN dapat menjadi titik tolak bagi pelaku usaha dan pemerintah daerah untuk berkolaborasi dalam mengatasi tantangan daya beli. Beberapa strategi yang bisa diimplementasikan secara sinergis adalah:

  1. Pemberian Promosi dan Diskon yang Tepat Sasaran: Alih-alih hanya memberikan diskon besar-besaran, fokus harus pada produk-produk yang esensial dan dibutuhkan oleh masyarakat. Contohnya, promosi untuk komoditas pangan lokal, produk pertanian, atau barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dapat meringankan beban pengeluaran rumah tangga. Program seperti Gerakan Pangan Murah (GPM) yang sudah digalakkan oleh pemerintah daerah dapat diintegrasikan dengan momentum HPN.
  2. ​Mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM): UMKM adalah tulang punggung perekonomian daerah. HPN dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan produk-produk UMKM lokal. Perusahaan-perusahaan besar bisa berkolaborasi dengan UMKM, misalnya dengan memberikan pelatihan pemasaran, akses ke platform digital, atau menjadi mitra distribusi. Hal ini tidak hanya meningkatkan penjualan UMKM, tetapi juga menciptakan ekosistem bisnis yang lebih kuat di tingkat lokal.
  3. Penguatan Hubungan Pelanggan Melalui Nilai Tambah: Di tengah keterbatasan daya beli, pelanggan mencari nilai lebih dari sekadar harga murah. Pelaku usaha di Kalbar dapat fokus pada layanan purna jual yang unggul, kualitas produk yang terjamin, atau bahkan inisiatif sosial yang relevan dengan komunitas lokal. Misalnya, perusahaan dapat mengadakan seminar atau workshop gratis tentang literasi keuangan atau kewirausahaan sebagai bentuk apresiasi kepada pelanggan. Ini akan membangun kepercayaan jangka panjang yang lebih kokoh.

​Kesimpulan:

​HPN di Kalimantan Barat bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah investasi strategis dalam membangun kembali fondasi ekonomi yang lebih kuat.

Dengan mengedepankan strategi yang berfokus pada penguatan daya beli, dukungan terhadap UMKM lokal, dan pembangunan hubungan pelanggan yang lebih otentik, HPN dapat menjadi katalisator yang mendorong perputaran ekonomi dan merajut ulang kepercayaan konsumen.

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan untuk memastikan bahwa setiap perayaan HPN dapat memberikan dampak nyata dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat Kalbar secara keseluruhan.

Penulis: Dr. Ita Nurcholifah,S.EI., MM (Dosen Febi IAIN Pontianak dan Pengawas PIKK)

Ikuti GOOGLE NEWS atau Join Channel TELEGRAM

Pos terkait