KALBAR SATU ID – Meninggalnya Jamil Fahriansyah bin Saliman (8/7/2024) masih menyimpan kesedihan mendalam bagi sahabat, teman, keluarga, dan para gurunya. Jamil merupakan sosok anak yang agak pendiam, santun, dan murah senyum. Jamil juga merupakan santri aktif yang berada di pesantren Miftahul Ulum Kumpai Ambangah.
Makna santri adalah bahasa serapan dari bahasa inggris yang berasal dari dua suku kata yaitu SUN dan THREE yang artinya tiga matahari.
Matahari adalah sumber energi tanpa batas, matahari pula sumber kehidupan bagi seluruh tumbuhan dan semuanya dilakukan secara ikhlas. Namun maksud tiga matahari dalam kata SUNTHREE adalah tiga keharusan yang harus dimiliki oleh seorang santri yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Semua ilmu tentang Iman, Islam dan Ihsan yang bertujuan agar lebih beriman kepada Allah secara sungguh-sungguh, berpegang teguh kepada aturan islam. serta dapat berbuat ihsan kepada sesama.
Karakter santri yang unik diataranya; Pertama, Theocentric; Theocentric yaitu sebuah nilai dalam karakter diri santri yang didasarkan pada pandangan yang menyatakan bahwa sesuatu kejadian berasal, berproses, dan kembali kepada kebenaran Allah Swt. Semua aktivitas pendidikan dipandang sebagai ibadah kepada Allah Swt, dan merupakan bagian integral dari totalias kehidupan keagamaan.
Kedua, karakter sukarela dalam mengabdi. Hal itu tercermin dari kepasrahan seorang santri dalam belajar di pesantren. Secara sukarela dalam melakukan setiap aktifitas pembelajaran dan pembiasaan lainnya, meskipun tanpa diawasi oleh seorang kiai atau ustadz.
Ketiga, santri identik dengan karakter kearifan, yakni bersikap sabar, rendah hati, patuh pada ketentuan hukum agama, mampu mencapai tujuan tanpa merugikan orang lain, dan mendatangkan manfaat bagi kepentingan bersama. Menghormati perbedaan dan keberagaman.
Keempat, kesederhanaan dan kemandirian; adalah karekter khas santri, tidak tinggi hati dan sombong walau berasal dari orang kaya atau keturunan raja sekalipun. Fasilitas pesantren yang serba terbatas berperan dalam membentuk karakter kesederhanaan dan kemandirian santri. Sederhana dan mandiri bukan karena tidak mampu, tapi lebih menunjukkan pribadi yang peduli sesama, pribadi yang menyadari bahwa dunia adalah sementara.
Sejatinya manusia harus berjiwa santri yakni perlunya untuk mengingat kematian. Karena dengan mengingat penghancur
kenikmatan dunia, maka hati akan menjadi hati-hati dalam meniti kehidupan dunia agar tidak terjerumus pada kemaksiatan.
Dilansir dari beberapa hadist, bahwa orang yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan
mempersiapkan untuk menghadapinya. Persiapan yang harus dilakukan oleh manusia adalah iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Memperbanyak ibadah dan melakukan hal-hal yang bermanfaat dan berpahala adalah hal yang hendaknya dilakukan oleh manusia agar keranjang bekal dapat mencukupi sehingga ia akan siap dalam menemui kematian. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 197).
Manusia di dunia ini dapat diibaratkan sebagai orang yang sedang tidur, dan
waktu bangunnya adalah ketika kematian datang. Ada banyak manusia yang lalai dari
mengingat Allah swt. sehingga lalai mengerjakan sholat, puasa, zakat, berbakti kepada orang tua, mencintai sesama manusia, maupun melakukan ibadah-ibadah sunnah yang diajarkan
oleh Rasulullah saw. Padahal semua itu adalah bekal yang akan menjadi teman nanti ketika mereka menemui ajalnya.
Kematian adalah takdir seluruh makhluk, manusia ataupun jin, hewan ataupun makhluk-makhluk lain, baik lelaki atau perempuan, tua ataupun muda, baik orang sehat ataupun sakit. Seperti dalam firman Allah Ta’ala “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati” (QS. Ali Imran : 185).
Setiap manusia memiliki ajal, dan kematian tidak bisa dihindari dan kita tidak ada yang bisa lari darinya. Namun sayang, sedikit manusia yang mau bersiap menghadapinya.
Seperti dalam firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu kan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah : 8).
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa’ : 78). Semua yang bernyawa pasti akan mati sesuai ajalnya atas izin, takdir dan ketetapan-Nya.
Siapapun yang ditakdirkan mati pasti akan mati meski tanpa sebab, dan siapapun yang dikehendaki tetap hidup pasti akan hidup. Dan sebab apapun yang datang menghampiri tidak akan membahayakan yang bersangkutan sebelum ajalnya tiba karena Allah Ta’ala telah menetapkan dan menakdirkannya hingga batas waktu yang telah ditentukan. Tidak ada satupun umat yang melampaui batas waktu yang telah ditentukan.
Imam Al-Ghazali di dalam karyanya Minhajul Muta`allim (Jalan Penuntut Ilmu) menyatakan bahwa para santri ini, penuntut ilmu, mendapatkan doa kebaikan dari semua makhluk. Ini diperkuat juga dengan hadits dari sahabat Anas bin Malik yang Rasulullah SAW bersabda, artinya: “Barangsiapa keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali.” (hadits hasan, riwayat Imam Tirmidzi).
ﻭﻓﻲ (ﻛﺘﺎﺏ اﻟﻌﻠﻢ) ﻷﺑﻲ ﻋﻤﺮ: ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺫﺭ ﻭﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ: (ﺇﺫا ﺟﺎء اﻟﻤﻮﺕ ﻃﺎﻟﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﺣﺎﻟﻪ ﻣﺎﺕ ﺷﻬﻴﺪا)
Abu Umar menjelaskan dalam kitabnya, bahwa nabi bersabda “Bahwa seseorang yang mati dalam keadaan mencari ilmu, matinya adalah syahid”.
Penulis: Farida Asy’ari.