KALBAR SATU ID – Kemiskinan di Kabupaten Kubu Raya masih manjadi pekerjaan rumah di usianya yang ke 17 tahun ini. Prolem kemiskinan tidak hanya terjadi diaerah berkembang tetapi juga masih manjadi momok yang terus membayangi daerah yang sudah maju.
Masalah kemiskinan di Kubu Raya jika dilihat dari persentase penduduk miskin masih berapa pada ketegori lumayan rendah dibandingkan dengan daerah lainnya, tetapi jika dilihat dari jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kubu Raya, Kubu Raya merupakan daerah dengan jumlah penduduk miskin terbesar ke enam di provinsi Kalimantan Barat, hanya berada di bawah Kota Pontianak, Sintang, Sambas, Landak dan Ketapang.
Laporan Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat kemiskinan di Kabupaten Kubu Raya mengalami fluktuasi dari tahun 2019 – 2023 dan pada tahun 2023 kemiskinan di Kubu Raya meningkat sebesar 3,85% dari 2022 atau sebesar 25.33 ribu penduduk di Kubu Raya berada dalam kondisi miskin, tetapi secara keseluruhan kemiskinan Kubu Raya mengalami penurunan sebesar 7,45% dari 27.37 Ribu Jiwa menjadi 25.33 ribu penduduk miskin.
Tolak ukur garis kemiskinan yang diterapakan di Indonesia menurut BPS adalah dilihat dari penghasilannya atau pengeluaran rata-rata perbulan juga disebut sebagai garis kemiskinan (sisi ekonomi), yang dibagi menjadi dua, yakni garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan, dimana garis kemiskinan di Kubu Raya pada tahun 2023 sebesar Rp. 492.642, seseorang jika dalam satu bulan memiliki rata-rata pengeluaran di bawah garis kemiskinan maka penduduk tersebut masuk ketegori miskin.
Banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya kemiskinan di Kubu Raya, diantaranya adalah persolan pendidikan, tingkat pendidikan pekerja, minimnya skill, investasi daerah rendah, infrastuktur, lapangan pekerjaan, minimnya akses terhadap sumber daya serta jumlah penduduk tebesar ke tiga dan jumlah pengangguran.
Pendidikan di Kubu Raya cukup rendah jika dilihat dari rata-rata lama sekolah, berada nomor 3 terendah, hanya berada di atas Sambas dan Kayong Utara, begitu juga pendidikan tenagakerja sebagian besar pekerja di Kubu Raya memiliki pendidikan SD dibawah, pengangguran Kubu Raya 2023 sebesar 6,76% terbesar ke empat dari kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Barat dan berada di atas Kalimantan Barat, atau 20.937 penduduk di Kubu Raya dalam kondisi menganggur.
Di ulang tahun yang ke 17 Kabupaten Kubu Raya saat ini dan juga bersamaan dengan Pilkada Kubu Raya tahun ini, Calon Bupati dan Wakil Bupati terutama pemerintah Kubu Raya harus mempunyai program yang jelas dan terukur terutama dalam pengentasan kemiskinan sehingga Kubu Raya menjadi daerah dengan memiliki daya saing yang tinggi, terutama peningkatan pendidikan, kesehatan, investasi daerah, penurunan jumlah penduduk, dan penurunan jumlah pengangguran yang akan berdampak dan menjadi multiplier effect terhadap penurunan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat Kubu Raya baik dalam jangka pendek terlebih dalam jangka panjang.
Daya Saing Kabupaten Kubu Raya
Daya saing daerah merupakan instrument penting dalam melihat perkembangan pembangunan daerah terutama ditengah tantangan globalisasi saat ini, jika daerah ingin menjadi negara maju dan berdaya saing dari daerah lainnya tentunya harus memiliki instrument yang menjadi patokan utama, terutama kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Ada 4 komponen utama dalam melihat daya saing daerah yang dielaborasikan dalam 12 pilar, 12 dimensi dan dengan 64 indikator, yaitu lingkungan pendukung, sumber daya manusia, pasar dan ekosistem inovasi.
Komponen lingkungan pendukung, pilar ini merupakan indikator pembangunan daerah dengan memperhatikan keberlangsungan negerasi masa depan, dengan melihat 4 pilar, yakni institusi, infrastruktur, adopsi TIK dan stabilitas ekonomi makro. Institusi yang dilihat dari iklim sosial, politik, hukum dan kemananan masih butuh aturan yang kuat, dimana skor institusi Kubu Raya hanya sebesar 4,20 masih berada dibawah Sambas, Landak, Mempawah, Sanggau, Ketapang, Kapuas Hulu, Sekadau dan Pontianak, seharusnya efektifitas pilar institusi di Kubu Raya lebih memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian daerah, dimana institusi memberikan aturan yang kuat terhadap pelaku ekonomi sehingga perkonomian berjalan baik.
Berbeda dengan pilar infrastruktur, infrastruktur memiliki nilai tambah terhadap perekonomian daerah Kubu Raya, infrastruktur berdaya saing dalam hal pelayanan dasar bagi pelaku ekonomi, sehingga aktivitas ekonomi di Kubu Raya berjalan dengan produktif dan efisien, begitu juga dengan adopsi TIK dalam melihat kemajuan industry 4.0.
Kubu Raya mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, baik dari biaya transaksi dan pertukaran informasi daerah ke daerah, sehingga berdampak terhadap inovasi daerah Kubu Raya.
Tetapi berbeda dengan kondisi pilar stabilitas ekonomi makro untuk mengukur daya saing daerah dilihat dari pencipataan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat konsumsi, kinerja perekonomian dan tingkat biaya hidup.
Kubu Raya belum mampu menjaga stabilitas ekonomi makro, baik dari kemampuan Kubu Raya dalam mengelola ancaman shock baik dari diri sendiri maupuan dari luar, seharusnya pilar ini menjadi kunci Kubu Raya dalam menarik investor untuk berinvestasi di Kubu Raya, terutama berkaitan dengan kepastian bagi palaku ekonomi dan pada pilar ini Kubu Raya belum mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas.
Kedua, komponen sumber daya manusia, yang terdiri dari pilar kesehatan dan pilar keterampilan. Dalam hal pilar kesehatan Kubu Raya (3,91) hanya berada di atas, Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kayong Utara. Kualitas sumber daya manusia yang dilihat dari Kesehatan bayi yang baik masih sangat rendah, dalam proses sebagai faktor produksi untuk modal dasar pembangunan daerah yang berdaya saing.
Berbeda dengan pilar keterampilan, dimana Kubu Raya merupakan daerah dengan tingkat keterampilan yang cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya, dimana tingkat keterampilan yang diukur dengan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja Kubu Raya yang merupakan faktor utama bagi sektor bisnis.
Ketiga, komponen pasar, yang terdiri dari pilar pasar produk, pasar tenaga kerja, sistem keuangan dan ukuran pasar.
Pilar pasar produk dan system keuangan Kubu Raya belum mampu memberikan dampak yang besar dibandingkan dengan daerah lainnya, kemampuan usaha kecil dan menengah di Kubu Raya belum mampu bersaing dengan usaha atau kelompok usaha sedang dan besar serta sistem keuangan Kubu Raya cukup rendah. Kubu Raya belum mampu meningkatkan kapasitas perekonomian dengan meningkatkan efisiensi penggunaan dana dan mediasi lalu lintas dana dalam jasa sistem pembayaran.
Berbeda dengan pilar pasar tenaga kerja dan pilar ukuran pasar, dimana Kubu Raya daerah dengan tingkat pasar tenaga kerja yang tinggi dan ukuran pasar, Kubu Raya mampu memberikan peluang bagi para angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan dan dapat meningkatkan nilai tambah dengan adanya ukuran pasar yang tinggi.
Keempat, komponen ekosistem inovasi yang terdiri dari dua pilar yakni pilar dinamisme bisnis dan kapabilitas inovasi. Pilar dinamisme bisnis di Kubu Raya yakni sebesar 2,44 merupakan daerah pada tingkat dinamisme bisnis yang tinggi.
Kubu Raya mampu memberikan kemudahan bagi investor atau pelaku binis untuk keluar dan masuk di Kubu Raya, secara administrative mampu memberikan pelayanan yang inovatif, mudah, kecil hambatan dalam memulai bisnis, dan mudahnya perusahan keluar masuk pasar, sehingga Kubu Raya berpotensi menjadi daerah yang kompetitif dan produktif, begitu juga dengan pilar kapabilitas inovasi (1,84), mampu memberikan kualitas dan kuantitas riset dan inovasi, yang bisa digambarkan dengan kualitas dari Kubu Raya dalam mendorong kolaborasi, konektivitas, kreativitas, keragaman, konfrontasi lintas visi dan sudut pandang yang berbeda, serta kemampuan daerah Kubu Raya dalam mengudah ide menjadi barang dan jasa baru.
Dari keempat komponen tersebut yang dielaborasikan dalam 12 pilar merupakan factor penting dalam menjadikan Kubu Raya sebagai daerah yang memiliki daya siang yang tinggi. Secara keseluruhan daya saing Kubu Raya berada nomor 3 di provinsi Kalimantan Barat, hanya berada di bawah Kota Pontianak dan Kota Singkawang.
Tetapi, ada pilar yang perlu ditingkatkan karena memiliki dampak terhadap penurunan kemiskinan di Kubu Raya, yakni pilar Institusi, pilar stabilitas ekonomi makro, pilar keterampilan, dan pilar sistem keuangan yang merupakan pilar di bawah rata-rata kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Institusi erat kaitannya dengan perekonomian daerah, dimana institusi memberikan aturan yang kuat terhadap pelaku ekonomi sehingga perekonomian berjalan baik. Begitu juga pilar keterampilan, para pekerja harus diberikan keahlian agar para pekerja dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman, selain itu juga persoalan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan.
Seharusnya Kubu Raya menjadikan pilar ini salah satu kunci dalam menarik investasi masuk, sehingga berdampak berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan meningkatan produktivitas pertumbuhan ekonomi, selain itu juga Kubu Raya dapat memediasi aktivitas perekonomian baik lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya.
Indikator inilah yang menjadi menjadi tantangan bagi Kubu Raya di usia yang ke 17 dan pemimpin Kubu Raya kedepan sehingga Kubu Raya memiliki daya saing yang tinggi dan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat terutama penurunan kemiskinan di Kubu Raya. Selamat ulang tahun Kubu Raya yang ke 17 mudah-mudahan Masyarakat Kubu Raya Makmur, Bermartabat dan Sejahtera.
Penulis: Firman, Sekretaris IKA-PMII Kubu Raya dan Dosen FEBI IAIN Pontianak.