KALBAR SATU ID – Mata adalah bahasa yang paling jujur. Seseorang bisa berbohong dengan lisannya, tetapi matanya tidak bisa memperagakan secara sempurna.
Saat seseorang bersedih, matanya juga menangis atau minimal berkaca-kaca. Bahkan untuk kesedihan yang besar dan berlangsung lama, kondisi mata bisa terpengaruh secara signifikan.
وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dan Ya’qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). (QS. Yusuf: 84)
Kita sebagai manusia bukan hanya harus bersyukur dengan ucapan alhamdulillah, syukur atas nikmat mata harus mewujud dalam bentuk menggunakan mata untuk melihat hal-hal yang Allah halalkan, menghindarkan dari pandangan haram, dan melihat tanda kebesaran Allah.
Pandangan mata merupakan pintu masuk bagi syahwat yang akan menggiring pelakunya ke dalam perbuatan haram.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra: 36).
Ibnul al-Jauziyyah, menjelaskan bahwa, mata adalah pintu dari perbuatan maksiat. Pandangan mata memiliki kemampuan untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu. Jadi, bila yang dipandang jelek, maka akan dianggap sebagai dorongan syahwat.
Dari pandangan mata dapat timbul perasaan yang akan memengaruhi pikiran. Setelah itu dilanjutkan dengan keinginan yang berujung pada perbuatan. Jika pandangan mata tidak dapat dikontrol, perbuatan tidak baik akan berulang sampai terakumulasi menjadi penyakit.
Allah SWT mengingatkan umat-Nya bahwa Dia mengetahui siapa yang pandangannya tidak dijaga. Sebagaimana tercantum dalam surat Al Mu’Min ayat 19 yang artinya: “Dia Maha Mengetahui pengkhianatan mata dan apa yang disembunyikan oleh hati,” (QS Al Mu’min: 19).
Wallahu A’lam
Penulis:Farida Asy’ari, Dosen Agama Islam Politeknik Negeri Pontianak.