Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Opini

Renungan Historis dan Filosofis Peringatan Hari Lahir Pancasila

1
×

Renungan Historis dan Filosofis Peringatan Hari Lahir Pancasila

Sebarkan artikel ini
Renungan Historis dan Filosofis Peringatan Hari Lahir Pancasila
Wandisius Pandi, Ketua DPC GMNI Kota Pontianak
Example 468x60

OPINI, KALBAR SATU – 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Sejak 2016 lalu, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016, Pemerintah menetapkan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila sekaligus sebagai Hari Libur Nasional.

Penetapan tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting, bernilai strategis, sebagai salah satu upaya mengharuskan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Advertiser
Example 300x600
Banner Ads

Kita diajak untuk merenungkan kembali aspek filosofis dan historis dari kelahiran Pancasila sebagai ideologi, dasar negara, sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia.

Peringatan hari lahir Pancasila tahun ini mengusung tema “Pancasila Dalam Tindakan, Bersatu untuk Indonesia Tangguh”. sangat relevan dengan situasi dan kondisi hari ini.

Perkembangan globalisasi yang masif sehingga masuknya anasir budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat, menjadi makin kompleks ketika Indonesia menghadapi beragam ancaman yang dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan.

Baca Juga Hari Lahir Pancasila, Lasarus Ingatkan Peran Penting Sukarno Terkait Lahirnya Dasar Negara

Refleksi hari lahir Pancasila sejatinya menghantarkan bangsa Indonesia pada banyak pembelajaran dan kearifan yang diberikan oleh para pendiri bangsa (founding fathers).

Perumusan Pancasila merupakan langkah visioner yang ditempuh oleh para pendiri bangsa yang peduli akan pentingnya sebuah dasar negara sebagai landasan eksistensi dan dinamika Indonesia pasca kemerdekaan.

Para pendiri bangsa juga menyadari bahwa tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pasca kemerdekaan akan lebih sulit dan kompleks dari sekedar melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah pedoman hidup bagi bangsa dan negara dalam berdinamika ke depan.

Perumusan Pancasila sebagai dasar negara bukan merupakan sebuah proses yang mudah. Ada banyak dialektika dan perdebatan di dalamnya. Masing-masing perumus Pancasila, yakni Soekarno, Yamin, dan Soepomo, memiliki pandangannya masing-masing.

Namun demikian, kearifan dan mekanisme musyawarah yang selalu dikedepankan mampu menuntun para pendiri bangsa tersebut untuk bersepakat bulat dengan merumuskan sila-sila Pancasila seperti yang kita miliki hari ini. Yang menjadi pembelajaran penting dalam proses formulasi tersebut adalah sikap para pendiri bangsa yang mengedepankan dialog dan mencari persamaan ketimbang berdiri di atas perbedaan pandangan dan pendapat masing-masing.

Dalam sekuensi perumusan dasar negara, yakni Mei hingga Agustus 1945, ada pembelajaran penting yang bisa kita semua renungi. Redaksional sila pertama dalam rumusan dasar negara yang disusun oleh Panitia Sembilan yang lazim disebut sebagai Piagam Jakarta akhirnya dibatalkan karena hanya merepresentasikan agama tertentu, sedangkan sejatinya bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural dan terdiri atas beragam agama dan keyakinan.

Penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta dan digantikan menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan wujud kompromi anak bangsa yang menghargai keberagaman, mengedepankan persatuan dan kesatuan, serta mengindari perpecahan.

Pembelajaran lainnya, yang bisa kita semua petik dalam perumusan dasar negara adalah kejelian para pendiri bangsa untuk merumuskan nila-nilai budaya bangsa yang saling terkait dan mendasari satu sama lain sehingga lahirlah sebuah dasar negara dan ideologi yang bersifat holistik, integral, dan komprehensif.

Hal ini menjadi keunggulan tersendiri yang dimiliki oleh Pancasila yang juga disebut sebagai staatsfundamentalnorm atau sumber dari segala sumber hukum yang ada.

Peringatan hari lahirnya Pancasila menyelami kembali kebajikan-kebajikan yang melekat pada perumusan Pancasila tersebut seyogianya menjadi pijakan bagi segenap bangsa Indonesia saat ini untuk mengaktualiasikan kembali secara murni dan konsisten pada nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi ancaman dan tantangan kontemporer yang ada.

Nilai-nilai Pancasila yang mencakupi nilai religius atau ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan dan kesatuan, nilai musyawarah mufakat serta nilai keadilan, harus mewujud dalam sikap tindak manusia Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Tantangan kebangsaan yang dihadapi saat ini sangat relevan sebagai pemantik untuk diaktualisasikannya kembali nilai-nilai luhur Pancasila. Pandemi COVID-19 yang menghantam perekonomian ke jurang resesi pada 2020 menjadi pengingat bagi kita semua agar benar-benar konsisten dalam menerapkan kebijakan ekonomi berbasis Pancasila (Ekonomi Pancasila).

Begitu masifnya bencana alam dan musibah yang terjadi di tanah air sepanjang 2021 menjadi pemantik bagi kita semua untuk semakin mempertebal semangat kemanusiaan dengan mengulurkan tangan dan memberikan bantuan kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah.

Tingginya intensitas konflik dan kekerasan di Papua menjadi pelecut untuk menggalang kembali semangat persatuan dan kesatuan demi mengukuhkan soliditas anak bangsa.

Demikian juga halnya dengan problematika kemiskinan dan pengangguran yang semakin meningkat di era pandemi yang menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam menegakkan prinsip-prinsip keadilan.

Nilai-nilai Pancasila tidak cukup dipahami secara konseptual saja, tapi juga perlu dikontekstualisasikan dalam hidup sehari-hari sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.

Tanpa aktualisasi, nilai-nilai Pancasila hanya akan bersifat normatif saja, tergerus dan digempur oleh nilai-nilai budaya asing yang masuk ke ruang-ruang publik, terutama menghantam generasi muda yang sangat rentan terpengaruh.

Refleksi terhadap aspek filosofis dan historis Pancasila juga harus mampu menuntun segenap bangsa Indonesia untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam aktivitas sehari-hari.

Pancasila sebagai ideologi bangsa, tidak boleh diterapkan secara ambigu. Pancasila harus manunggal dan mewujud dalam setiap pikiran, ucapan, dan tindak manusia Indonesia sehari-hari.

Selamat hari lahir Pancasila 1 Juni 2021.

Penulis: Wandisius Pandi-Ketua DPC GMNI Kota Pontianak

Example 300250
Example 120x600