KALBAR SATU ID- Sumpah Pemuda 1928 adalah tonggak penting yang mempersatukan bangsa Indonesia di tengah perbedaan. Namun, di era ekonomi digital seperti sekarang, kita perlu menerjemahkan kembali nilai-nilai Sumpah Pemuda agar lebih relevan dengan perkembangan zaman. Kita dapat mewujudkan semangat “Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa” dalam bentuk “Satu Visi Bisnis”, yaitu visi untuk membangun kekuatan ekonomi bersama melalui kolaborasi lintas etnis, terutama di Kalimantan Barat (Kalbar).
Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah yang paling mencerminkan keragaman sosial dan budaya Indonesia. Di provinsi ini, masyarakat Dayak, Melayu, dan Tionghoa hidup berdampingan bersama etnis lain seperti Jawa dan Madura. Dahulu, banyak orang menganggap keberagaman sebagai tantangan, padahal kini kita dapat memanfaatkannya sebagai modal sosial dan ekonomi yang luar biasa besar. Dalam dunia startup, keberagaman tersebut bisa menjadi energi baru untuk berinovasi dan menciptakan solusi bisnis yang inklusif.
Ada tiga kekuatan besar yang muncul dari kolaborasi lintas etnis di Kalbar yaitu akses pasar yang luas, inovasi dari keberagaman, serta kepercayaan sosial sebagai modal utama. Pemikiran ini juga sejalan dengan pandangan tokoh-tokoh ekonomi dunia. Janet Yellen dan Robert Solow menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berbasis teknologi. Joseph Schumpeter berbicara tentang creative destruction, di mana inovasi mampu menggantikan sistem lama dengan cara yang lebih efisien. Sementara Muhammad Yunus, pelopor Grameen Bank, menegaskan bahwa modal sosial dan empati adalah kunci keberhasilan wirausaha sosial.
Jika nilai-nilai tersebut diterapkan di Kalbar, maka startup lintas etnis dapat menjadi penggerak ekonomi baru. Bayangkan startup yang memadukan pengetahuan digital pemuda Tionghoa dengan kearifan lokal dan keterampilan kerajinan pemuda Dayak atau Melayu. Kolaborasi seperti ini tidak hanya mempercepat transformasi ekonomi, tetapi juga memperkuat persaudaraan di Tanah Khatulistiwa.
Semangat ini tidak akan terwujud tanpa langkah konkret. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
- Membangun ruang inkubasi netral, di mana ide bisnis menjadi satu-satunya identitas penting, bukan latar belakang etnis.
- Fokus pada penyelesaian masalah lokal, seperti logistik di Sungai Kapuas, pengolahan hasil pertanian, dan branding produk khas daerah.
- Mentorship lintas budaya, agar pengusaha muda dari berbagai suku dapat saling belajar, saling mendukung, dan menumbuhkan jejaring yang sehat.
Sebagaimana Sumpah Pemuda mempersatukan Indonesia dalam semangat kebangsaan, kolaborasi lintas etnis dalam dunia bisnis dapat mempersatukan Kalbar dalam semangat kemajuan ekonomi. Dengan begitu, Kalimantan Barat dapat menjadi contoh bagaimana keberagaman menjadi sumber kekuatan, bukan perpecahan.






