Terkini

Bertajuk Belajar dan Mendengar dari Mereka, Pemerhati Anak Gelar diskusi Virtual

Famplet diskusi virtual

KALBARSATU.ID — Kerjasama antara PWNU Kalimantan Barat, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Pontianak, Komunitas Jagat Pramudita (KJP), dan Komunitas Kerabat Anak menggelar diskusi virtual Bertajuk ‘Belajar dan Mendengar dari Mereka’.

Diskusi akan digelar pada Sabtu, 24 Oktober 2020 ini akan membincang persoalan anak semakin tahun semakin meningkat baik tindak kekerasan, eksploitasi maupun narkoba.

“Berdasarkan data nasional yang dapat diakses dari SIMFONI PPA (Kemenppa.go.id) per 1 Januari – 19 Juni 2020 tercatat ada sebanyak 3.087 kasus dengan rincian 852 kekerasan fisik, 768 psikis dan 1.848 kekerasan seksual,” kata Pendiri KJP, Happy Hendrawan, Jumat 23 Oktober 2020.

Sementara untuk Kalimantan Barat, lanjut dia, hasil kompilasi data dari release KPPAD ke media (google.com) sepanjang Januari – Juni 2020 terdapat 224 kasus kejahatan yang menimpa anak dimana kekerasan fisik dan seksual menjadi kasus dominan.

“Secara terperinci pada bulan Januari telah terjadi 36 kasus, Februari 34 kasus, Maret-April 63 kasus, Mei 21 kasus, Juni 32 kasus, dan Juli 39 kasus kejahatan pada anak baik itu kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kejahatan di sosial media,” lanjutnya.

Sementara itu dikatakannya, penanganan kasus-kasus tersebut selain masih sangat lambat juga masih belum menyasar kepada para predator.

“Sangat jelas perspektif para pihak yang berkepentingan masih melihat hal tersebut sebagai kenakalan anak biasa. Sementara fakta-fakta lapangan menunjukan apa yang terjadi sudah sangat luar biasa, baik dari aspek kronologis kasus tersebut terjadi maupun dampak dan jumlah kasusnya. Ini terbukti dari penyikapan dan penanganannya,” tambahnya.

Dia juga mengatakan, selain dari soal perspektif dan penyikapan yang berdampak pada penanganan secara komprehensif,hal lain yang menyeruak kepermukaan adalah dominannya state mainstream.

Seolah apa yang sudah, sedang dan akan dilakukan oleh pemerintah mewakili persoalan mereka.

“Kita lupa bahwa laju perkembangan teknologi komunikasi dan interaksi sosial berubah dengan cepat, yang kemudian kondisi tersebut menjadi asupan lingkungan sosial anak yang dominan,” imbuhnya.

Nutrisi keluarga sadar atau tidak, berkurang secara perlahan tanpa kita sadari bagaimana itu bisa terjadi dan berproses,” tambahnya.

Dia mempertegas bahwa pentingnya, belajar dan mendengar bagaimana semua itu terjadi dan berproses langsung kepada mereka. Baik yang menjadi korban maupun pelaku.

“Tentu harapan kita akan banyak mendapat pemahaman dan pengetahuan baru solusi dan strategi ke depan kita yang kita upayakan bersama untuk menyelesaikan persoalan anak dalam perspektif anak, untuk anak dan kita,” tutupnya.(*)

Berlangganan Udpate Terbaru di Telegram dan Google Berita
Exit mobile version