Terkini

Buku Perempuan di Tanah Para Raja, Putriana: Bukan Sekedar Penelitian

1
Bedah buku
Bedah buku berjudul 'Perempuan di Tanah Raja: Titik Temu antara Qasim Amin dan Pendidikan Islam,' di IAIN Pontianak, Kamis 21 Januari 2021

KALBARSATU.ID – Dr.KH. Marzuki Wahid, M.Ag pembedah buku karya Putriana, M.Pd berjudul “Perempuan di Tanah Para Raja: Titik Temu antara Qasim Amin dan Pendidikan Islam” mengatakan, karya tulis yang dibukukan dari Tesis Pasca Sarjana IAIN Pontianak itu sangat Kredibel, sebab bisa menghasilkan karya yang sangat bagus dan bermutu.

“Buku ini sangat hebat. Saya telah membacanya dengan tuntas, saya ingin memberikan apresiasi terhadap buku yang sangat luar biasa dan ilmiah ini, karena referensinya sangat lengkap. Hampir semua buku terkait gender dirujuk dalam buku ini, dan dibahas sangat detail.”

Advertiser
Banner Ads

“Dan tentu sangat layak diapresiasi sebagai karya ilmiah, mengambil topik tentang keadilan gender dan tokoh Qasim Amin. Saya kira suatu keberanian untuk penulis buku semacam ini,” kata Dr. Marzuki Wahid, M.Ag, dalam bedah buku berjudul ‘Perempuan di Tanah Raja, di IAIN Pontianak, Kamis 21 Januari 2021.

Sementara Wakil Rektor III IAIN Pontianak Dr. Abdul Mukti dalam pengantarnya mengatakan, belakangan diketahui perkembangan perempuan – perempuan di Indonesia, terutama tentang perempuan berhijrah.

“Nah, dalam prespektif Qosim amin apabila diwakili oleh penulisnya, sebenarnya ini fenomena apa? Dalam bedah Buku Perempuan di Tanah Para Raja ini bisa dibahas tentang fenomena tersebut atau fenomena lainnya tentang perempuan,” sebutnya.

Di tempat yang sama, Dr. Firdaus Achmad, M.Hum menjelaskan bahwa penulisan, penerbitan hingga bedah buku kali ini mengajak seluruh civitas akademika IAIN Pontianak untuk berfikir tidak biasa.

“Dan menuju cara berfikir yang luar biasa dalam pembuatan judul-judul penelitian, seperti skripsi atau tesis,” tuturnya.

Mengenai buku yang berbicara perempuan ini, tambah dia, dari adam sampai kita ke surga akan selalu ada pembicaraan tentang perempuan.

“Jadi kalau ada yang bertanya kenapa Qasim Amin membicarakan perempuan? Ya karena semesta jagad raya tidak lepas dari perempuan,” tambahnya.

Namun yang menjadi persoalan, sebut dia, ketika perempuan hadir dalam ruang sosial, dimana berhadapan dengan tembok budaya dan agama yang memiliki kecenderungan untuk mencoba menghadang kreatifitas dan perkembangannya.

“Apakah perempuan harus berhenti hanya gara-gara teks Naqliyah, sehingga teks tersebut membatasi ruang gerak para perempuan,” tanyanya.

Begitu juga Dr. Hariansyah, M.Si yang terlibat dalam penulisan buku itu, membeberkan alasan kenapa diambil judulnya Perempuan di Tanah Para Raja menjadi pilihan judul dalam tulisan buku tersebut.

“Jujur saja, judul ini saya yang mendesainnya, jadi tanah para raja yaitu negeri Mesir, di mana Qosim Amin besar di sana, dan membawa perubahan perubahan besar, kenapa raja karena di sana banyak kisah tentang raja –raja besar di Mesir.”

“Saya ingin membuat shocking statement, tetapi bukan hanya untuk kepentingan menarik pembaca. Jadi, dalam buku ini seolah olah kita ingin menghadapkan isu perempuan dalam kesendirian dengan isu para raja yang ramai, serta bagaimana pergulatannya. Dalam tradisi akademik saya mencoba menggalinya dalam prespektif psikologi,” lanjutnya.

Katanya, dalam banyak literatur dijelaskan perempuan makhluk yang penuh dengan perasaan, kalaupun perempuan penuh dengan perasaan seharusnya banyak melahirkan karya-karya, baik seni, sastra atau karya lainya.

“Mestinya perempuan itu makhluk yang luar biasa, selalu mengedepankan emosinya. Kalau di dunia psikologi, intelektual sama emosional itu yang lebih tinggi kedudukannya emosional,” paparnya.

Sementara, penulis buku ‘Perempuan di Tanah Para Raja,’ Putriana, M.Pd. menjelaskan, alasannya tertarik untuk mengangkat Tokoh Qasim Amin dalam bukunya ini. Hal ini untuk mengenalkan tokoh feminis pertama dalam Islam atau Bapak Feminisme Arab yang merupakan seorang laki-laki, namun gigih membela perempuan.

“Terutama pembelaannya agar perempuan memperoleh pendidikan. Sebab perempuan sebagai tiangnya negara harus diberikan pendidikan agar tidak menjadi terbelakang,” katanya.

Makanya, dirinya berpesan kepada peserta yang hadir yaitu mahasiswa terutama di IAIN Pontianak, dalam melakukan penelitian, baik skripsi maupun tesis, sebaiknya mengutamakan karya keilmuan agar kemudian menjadi karya yang layak untuk diterbitkan.

“Bukan sekedar penelitian yang diinginkan cepat selesai dan mendapatkan gelar,” tuturnya.#

Exit mobile version