KALBARSATU.ID – Melalui akun YouTube Lajnah Kemenag, Kementerian Agama menceritakan sejarah pencetakan mushaf Al Quran di Indonesia.
Sejarah ini hasil rangkuman dari penelitian Tim Peneliti Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kemenag.
“Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan manuskrip Al Quran. Penyalinannya terbentang sepanjang kepulauan Indonesia dari Aceh hingga Maluku. Penyalinan berlangsung sejak abad ke-17 hingga akhir abad ke-19. Penulisan manuskrip kemudian berakhir saat itu,” demikian dijelaskan dalam akun YouTube tersebut.
Dalam penjelasan selanjutnya dikatakan, pada akhir abad 19 beredar sejumlah mushaf dari luar negeri.
Mushaf tersebut antara lain berasal dari Bombay di India, Singapura, Turki, dan Mesir.
Mushaf yang paling banyak beredar adalah yang berasal dari India dan Singapura.
Cetakan India bisa dijumpai di beberapa daerah misal Palembang, Demak, Madura, Bima, Malaysia, dan Filipina.
Sedangkan mushaf Singapura dapat dilihat di Palembang, Jakarta, Cirebon, Surakarta, Bali, Palu, dan Maluku.
Di awal abad 20 mulai muncul generasi percetakan modern mushaf Al Quran.
Mushaf yang diterbitkan ternyata semuanya menggunakan yang berasal dari Bombay, India.
Mushaf tersebut ditahsin para ulama yang memang kompeten di bidangnya yaitu KH Muhammad Usman, KH Ahmad Badawi, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, dan Haji Abdul Malik.
“Praktis muslim Indonesia pada awal abad 20 hingga pertengahan banyak menggunakan mushaf model Bombay, India. Karena itulah mukernas ulama Al Quran menjadikan mushaf cetakan tahun 1960an sebagai sandaran merumuskan mushaf standar Indonesia,” jelas Lajnah Kemenag.
Mushaf asal Bombay India memiliki karakter yang khas. Karakter tersebut adalah khat yang tebal, syakl, dan dhabt yang berbeda dari mushaf Saudi.
Ciri lain adalah tanda wakaf yang lebih banyak ketimbang mushaf Saudi.
Khat adalah seni menulis sedangkan syakl dan dhabt adalah ilmu terkait tanda baca atau harakat dalam Al Quran. Artikel ini dilansir dari detiknews.