BENGKAYANG, KALBAR SATU – Dalam rangka upaya adat membersihkan desa dari bala dan penyakit Masyarakat Desa Cipta Karya, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat menggelar ritual “Basamsam” atau tutup kampung pada Sabtu 7 Me 2021.
“Adat ‘Basamsam’ merupakan ritual adat untuk membersihkan kampung dari bala bahaya, sakit penyakit yang mengancam warga kampung. Adat ini sudah berlaku sejak zaman nenek moyang dan terus dilestarikan,” ujar Kepala Desa Cipta Karya Benyamin Kalvin saat dihubungi di Bengkayang, Jumat.
Dikatakannya ritual adat “Basamsam” dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Dayak, khususnya Bekatik, di Sungai Betung.
“Selain menjaga kelestarian budaya, adat ‘Basamsam’ juga merupakan rangkaian dari upacara gawai Dayak sebagai bentuk syukur atas hasil panen yang berlimpah,” katanya.
Kata dia, dalam upacara adat “Basamsam” itu seluruh masyarakat Desa Cipta Karya berpartisipasi. Mereka menghantarkan sesaji adat di balai desa, berupa beras dalam mangkuk, sirih, rokok daun, telur dan mata uang, bendera kertas untuk didoakan secara adat.
“Agar mendapatkan kesehatan dan rejeki dari ‘Jubata’ upacara ‘Basamsam’ kali ini dilakukan oleh seluruh masyarakat dengan mengikuti sejumlah ritual adat dan nantinya akan diberlakukan jam tutup akses atau dikenal dengan istilah ‘Basamsam’,” ucapnya.
Dia mengatakan tentang aturan adat dalam “Basamsam”, antara lain larangan berkunjung selama kegiatan berlangsung.
“Mengingat kegiatan ini adalah bentuk menyucikan diri bagi masyarakat dari wabah penyakit yang tidak nampak, terlebih saat ini kita tengah berada di tengah pandemi COVID-19,” katanya.
Melalui ritual “Basamsam”, dirinya berharap bisa memberikan manfaat yang baik bagi tubuh karena terbebas dari berbagai penyakit dan hal-hal lain yang tidak diinginkan.
Ia menuturan, penyelenggaraan ritual “Basamsam” menindaklanjuti arahan Pemkab Bengkayang untuk melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
“Terlebih melalui ritual ‘Basamsam’ ini sekaligus untuk mengajak masyarakat agar bisa menahan diri untuk tidak keluar rumah dan tidak berkerumun,” katanya.
Sementara, Ketua Adat Cipta Karya Ye. Sopian berharap upacara adat “Basamsam” dapat menolak penyakit, terutama virus atau wabah penyakit yang tidak terlihat.
“Kita harapkan dengan dilakukannya ‘Basamsam/Balala’ atau tutup desa ini bisa menghilangkan virus corona. Agar kehidupan masyarakat bisa kembali pulih dan masyarakat bisa hidup normal kembali,” katanya.
Karena warga sedang melakukan “Basamsam”, untuk sementa akses masuk desa ditutup. Masyarakat luar desa tak boleh masuk tempat itu, selama ritual berlangsung. Apabila ada yang melanggar ketentuan tersebut, yang bersangkutan mendapatkan sanksi.
“Untuk sanksi yang diberikan, setiap pelanggar diharuskan membuat ritual adat serupa, lengkap dengan sesajian dan segala keperluannya,” katanya.
Diri juga memastikan selama berlangsung ritual tetap akan ada petugas berjaga di lokasi batas desa untuk memantau setiap pendatang yang hendak memasuki desa.
Dia mengharapkan ritual adat itu berjalan sesuai dengan ketentuan sehingga tujuan masyarakat adat menjalani tradisi tersebut bisa tersampaikan.
“Karena ‘Basamsam’ merupakan tradisi turun-temurun dari leluhur. Ini perlu dan wajib bagi kita, khususnya lembaga adat, untuk menjaga dan melestarikannya, dan supaya regenerasi adat terus berlangsung,” kata dia.