PONTIANAK, KALBAR SATU – Seorang Pensiunan guru SMAN 7 Pontianak, Hartinah Hasan (66) meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas (Lakalantas).
Peristiwa tersebut terjadi di Jl Tanjungpura Pontianak, Sabtu 17 April 2021 sekitar pukul 10.20 WIB.
Hartinah Hasan (66) merupakan warga di dierah di Tabrani Ahmad, Kompleks Mandau Permai, Kelurahan Sungai Jawi Dalam, Kecamatan Pontianak Barat.
Saat ini suana duka masih terasa di rumah duka, terlihat Sejumlah karangan bunga masih terpajang di depan rumah duka.
Namun, pihak keluarga enggan memberikan keterangan apapun terkait musibah yang dialami Hartinah Hasan.
Dari informasi yang beredar, pensiunan guru itu mengalami kecelakaan saat hendak membeli Alquran di Toko Buku Menara.
Adapun Lokasi toko buku tersebut tidak jauh dari tempatnya mengalami kecelakaan.
Informasi itu dibenarkan, Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Polresta Pontianak Kota, Kompol Rio Sigal Hasibuan. Ia berujar itu terjadi saat korban berjalan kaki hendak menyeberang Jalan Tanjungpura.
Hasibuan mengatakan, kecelakaan lalu lintas itu melibatkan truk tangki KB 9590 AE dengan korban pejalan kaki. Peristiwa tepatnya di Jl Tanjungpura, di depan Bank Mandiri Pontianak Kota.
Berdasarkan dari keterangan sopir, mobil truk dikemudikannya dari arah Jalan Imam Bonjol ke arah Sungai Jawi.
Sesampainya di lokasi, mobil truk tak bisa menghindar lantaran jarak pejalan kaki sangat dekat.
“Mobil truk tangki KB 9590 AE dikemudikan dari arah Jalan Imam Bonjol tujuan arah Sungai Jawi sendirian, sesampainya di TKP ada pejalan kaki yang menyeberang. Karena jarak dekat, sehingga tidak bisa dihindari dan tabrakan pun terjadi,” jelasnya pada Minggu 18 April 2021.
Setelah peristiwa itu, korban tak sadarkan diri. Korban mengalami sejumlah luka dan sempat dilarikan ke Rumah Sakit St Antonius.
“Lengan kiri luka, tidak sadarkan diri, maka dibawa ke RS Antonius,” kata Kompol Sigal.
Setelah sempat mendapat perawatan, korban meninggal dunia di Rumah Sakit St Antonius pada Sabtu malam sekitar pukul 21.00 WIB.
Kasat juga menerangkan, bahwa pihaknya sudah melakukan olah TKP dan mengamankan kendaraan.
meninggalnya Hastinah meninggal duka yang mendalam bagi keluarga, hal itu disampaikan H Raharjo, tetangga dan kerabat korban, sekaligus Ketua RW 20 di Kompleks Mandau Permai, Kelurahan Sungai Jawi Dalam.
Dari informasi yang didapat dari Raharjo, Hartinah meninggalkan rumah dengan tujuan membeli Alquran di Toko Buku Menara.
Alquran itu dibeli untuk disumbangkan ke panti asuhan. Hartinah berangkat bersama anak dan menantunya menggunakan mobil.
Sebelum sampai ke toko buku, mereka singgah di Bank Mandiri yang lokasinya di seberang toko tersebut.
“Ketika anak dan menantunya mengambil uang, Hartinah pergi duluan ke Toko Buku Menara,” katanya.
Padahal dari keterangan Raharjo, anak dan menantunya sudah meminta agar nanti bersama-sama ke toko buku tersebut, setelah mengambil uang.
“Anak menantu ini tarik uang. Jadi pesan sama ibu nanti jak sekalian, saya mau tarik uang dulu. Si ibu enggak mau, jadi ibu ini nyeberang naik tangga mungkin karena takut, turun lagi,” kata Raharjo,
Awalnya Hartinah berhasil menyeberangi Jalan Tanjungpura dan sampai ke Toko Buku Menara. Namun toko tersebut tutup.
Kemudian Ia pun berniat kembali mendatangi anak dan menantunya di Bank Mandiri.
Saat menyeberang kembali inilah, musibah tak terhindarkan. Hartinah tertabrak truk yang datang dari arah Jl Imam Bonjol.
“Jadi ibu ini sudah pergi ke Toko Menara, namun karena Toko Menara tutup, jadi ibu ini balik lagi ke mobil. Jadi pas mau balik lagi ke mobil ini tersenggol (truk),” lanjutnya.
Di mata Raharjo dan tetangga di kompleksnya, Hartinah, Semasa hidupnya, korban dikenal sebagai orang yang baik.
Ia mengaku baru pertama kali menjumpai salat jenazah dengan jamaah ramai seperti itu.
“Buktinya pas salat jenazah di masjid tadi, jamaah ramai, ada sekitar 400 orang. Belum pernah terjadi kalau hari biasa, baru kali ini. Yang ngelayat di rumahnya pun juga ramai,” kata Raharjo.
Menurutnya, antusias masyarakat yang hadir tersebut merupakan hidayah dari korban yang selama ini dikenal sebagai orang baik.
Apalagi, korban meninggal dengan niat mulia hendak membeli Alquran untuk disalurkan ke panti asuhan.
“Memang nyawa orangtua lebih tinggi dari segala. Tapi karena Allah sudah berkehendak, tak bisa melawan. Yang bikin ramai itu mungkin Allah membuka hati para jamaah, karena beliau itu mau beli Alquran untuk disumbangkan ke panti asuhan,” katanya.
Raharjo mengatakan, kemungkinan niat baik itu akan dilanjutkan oleh anak-anaknya. “Mungkin anak-anaknya akan meneruskan, karena ini niat orangtua sangat mulia, paling bagus apalagi di bulan Ramadan,” ujarnya.