Daerah

Kandungan Khlorin Bebas dan Fosfat di Parit Melebihi Ambang Batas, Ini Bahayanya!

Kandungan Khlorin Bebas dan Fosfat di Parit Melebihi Ambang Batas, Ini Bahayanya!
Tampak Sejumlah pemuda dan siswa sekolah di Desa Sungai Enau Kecamatan Koala Mandor B Kabupaten Kubu raya memantau Kualitas air di Parit yang masuk ke daerah mereka, Kamis, 9 Desember 2021.

KALBAR SATU – Sejumlah pemuda dan siswa sekolah di Desa Sungai enau Kecamatan Koala Mandor B Kabupaten Kubu raya memantau Kualitas air di Parit yang masuk ke daerah mereka, Kamis, 9 Desember 2021.

Kegiatan pemantauan kualitasa air merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Komunitas Rotan Kapuas untuk melihat kesehatan parit mereka.

Advertiser
Banner Ads

Parit bagi semua masyarakat Desa Sungai enau merupakan sumber air yang sangat penting karena di manfaatkan sebagai sarana mandi dan cuci bagi sebagian besar masyarakat.

Dari hasil pantauan, kualitas air yang dilakukan di 9 (sembilan) parit di Desa Sungai Enau, ditemukan kandungan Klorin rata rata sebesar 0.11 ppm – 0.36 ppm.

Artinya, itu melebihi Baku mutu sesuai dengan PP 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebesar 0.03 ppm untuk Khlorin bebas.

Sementara phosfat ditemukan sebesar 0.30 ppm – 1.48 atau melebihi baku mutu yang ditetapkan sebesar 0.2 ppm sesuai PP 22 Tahun 2021 untuk sungai kelas dua.

Baca Juga: Potensi Ekowisata Sungai, Komunitas Rotan Kapuas Telusuri Kekayaan yang Mulai Langka

Parameter lain yang digunakan oleh kelompok Rotan Kapuas dalam memantau kualitas air di Parit adalah TDS dan PH meter, untuk Parameter TDS masih di bawah 100 ppm yang masih masuk dalam kategori dibawah baku mutu.

Sedangkan untuk pH rata rata diangka 4 – 5 yang menunjukkan kondisi air parit masuk dalam kategori asam.

Khairi (31 Tahun) yang ikut dalam kegiatan pemantauan kualitas air mengatakan, kalau masyarakat selama ini sebagian besar menggunakan parit sebagai mandi dan mencuci.

“Parit merupakan bagian penting kehidupan masyarakat di Desa Sungai Enau, karena tidak ada sumber air lagi selain air parit, sedangkan untuk minum masyarakat menggunakan air hujan,” tuturnya.

“Air parit yang masuk ke Desa Sungai Enau berasal dari hulu yang sekarang ini sudah banyak dimanfaatkan untuk perkebunan,” tambah Khairi.

Baca Juga: Selundupan 207 Ton Rotan Ilegal digagalkan Bea Cukai Kalbagbar

Dari 9 parit yang dipantau oleh komunitas Rotan Kapuas, lanjut dia, Parit di Dusun Jaya Raya merupakan parit yang tertinggi kandungan Khlorin bebas dan kandungan Phosfat nya.

Khairi mengatakan, khawatir jika tingginya khlorin dan fosfat bisa berdampak terhadap masyarakat yang selama ini menggunakan Parit.

Khairi juga mengatakan, pihak saat ini sedang menyiapkan ekowisata yang berbasis pada pengelolaan sungai lestari dengan membuat laboratorium alam di bantaran sungai yang masih berupa hutan.

“Kegiatan ekowisata ini kita akan mengajak masyarakat yang ikut kegiatan untuk belajar tentang sungai dan bagaimana melakukan pemantauan kualitas air,” imbuhnya.

Sementara Riska Darmawati Peneliti dari Yayasan Kajian ekologi dan konservasi lahan basah (ecoton) mengatakan, tingginya kandungan Khlorin dan Phosfat yang sudah melebihi baku mutu kemungkinan besar berasal dari aktifitas pemupukan dan penggunaan pestisida yang dilakukan di bagian hulu atau perkebunan sawit.

Baca Juga: Bea Cukai Kalbagbar Tangkap Kapal Bermuatan Rotan Ilegal di Perairan Natuna

Sehingga, lanjut dia, ketika hujan pupuk dan racun pestisida akan mengalir ke parit parit yang berada di Desa Sungai Enau menuju hilir ke Sungai Mandor B yang kemudian ke Sungai Kapuas.

“Air Parit yang tercemar khlorin akan memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat seperti gatal atau iritasi kulit,” katanya.

Selain itu dia menjelaskan, tingginya kandungan Phosfat dapat meningkatkan pertumbuhan gulma atau tanaman air di parit parit yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air serta dapat mempengaruhi ikan dan ekosistem sungai lainnya.

“Kegiatan pemantuan kualitas air yang dilakukan bersama dengan komunitas rotan Kapuas merupakan bagian dari kegiatan pemantauan partisipatif terhadap kualitas air yang bisa dilakukan oleh masyarakat terhadap sungai mereka.”

“Sehingga masyarakat bisa mendapatkan akses informasi berdasarkan data data yang mereka dapatkan,” tutup Riska.##

Exit mobile version