PONTIANAK, KALBAR SATU – Satu diantara kriteria Kota yang Ideal ialah ramah lingkungan; tidak rawan banjir, polusi udara yang bisa dikendalikan serta kota yang memiliki transportasi umum untuk meminimalisir kemacetan.
Untuk itu, Kota Pontianak sebagai Ibu Kota Kalimantan Barat yang memiliki historis dan potensi perdagangan dan jasa tentu juga harus memiliki potret konsep Kota yang ideal.
Baca Juga: pohon-besar-tumbang-arus-lintas-sempat-macet-di-jongkat-mempawah
Sebagai kota perdagangan dan jasa pertumbuhan industri dan penggunaan kendaraan pribadi juga meningkat, yang kemudian juga memiliki resiko pencemaran lingkungan, kemacetan serta rusaknya saluran aktivitas keluarnya air.
Atas dasar itu, menurut Ketua PA GMNI Kota Pontianak, Haris dialog bertemakan ” Integrasi Kebijakan Mengatasi Permasalahan Macet dan Banjir di Kota Pontianak” menjadi penting dilakukan.
Baca Juga: atasi-soal-prostitusi-anak-bahasan-pimpin-langsung-razia-di-hotel-pontianak
“Banjir ketika hujan dan macet di Kota Pontianak merupakan persoalan dasar yang dirasakan oleh masyarakat,” kata Haris usai melaksanakan dialog di Hotel G Pontianak, Sabtu 13 November 2021.
Makanya, lanjut Haris, Melalui dialog yang dilaksankan Persatuan Alumni GMNI Kota Pontianak ini ingin memastikan para pemangku kepentingan baik eksekutif, legislatif dan masyarakat berkomitmen melakukan langkah-langkah penanganan menuju kota yang ideal.
Baca Juga: sutarmidji-harap-sujiwo-tak-lanjutkan-untuk-mundur-dari-wabup-kubu-raya
“Sehingga kedepan potensi banjir ketika hujan, dan macet yang terjadi hampir setiap hari ketika jam berangkat dan pulang kerja dapat diminimalisir dan teratasi,” sebutnya.
Baca Juga: sinopsis-buku-harian-seorang-istri-2-agustus-2021-pasha-nikmati-kesenangan-diatas-penderitaan-dewa
Turut hadir dalam dialog, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, Ketua PA DPD GMNI Kalbar Happy Hendrawan, Firdaus Zar’in, Wakil Ketua DPRD Kota Pontianak, Zulfidar Z Mochtar Anggota DPRD Pontianak, Kadis PU Kota Pontianak, dan Rizky Putranto Dosen UNU Kalbar.##