KALBARSATU.ID – Mahasiswa Angkatan ke-7 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Tanjungpura (Untan) pada Jumat 15 Januari 2021 menggelar kegiatan Seminar Kuliah Kerja Interdisiplin (KKI) secara daring via Google Meet, dengan bertemakan ‘Kesiapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dalam Menghadapi Kenormalan Baru di Kota Pontianak’
Kegiatan Seminar ini turut dihadiri oleh beberapa Stakeholder, seperti perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, perwakilan dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Dinas PUPR Kota Pontianak, serta tamu undangan lainnya.
Dimoderatori oleh Windra Pahlevi, Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Untan, Prof. Dr. Gusti Zakaria Anshari, MES membuka seminar dengan menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan program dari Mata Kuliah KKI, yang dilakukan bersama-sama oleh mahasiswa secara kolaborasi, dengan hanya menyampaikan hasil pengamatan sesaat (reportase) menggunakan data yang sangat terbatas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Mengingat pandemi saat ini masih belum reda, bukan hanya di Indonesia saja, namun juga di seluruh dunia,” ujarnya.
Mengawali pemaparan, Ketua KKI, Wahyu Ramadhan menjelaskan bahwa seminar kali ini menyampaikan terkait hasil pengamatan sesaat (Reportase) terkait Kesiapan RTH dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Lokasi yang menjadi fokus pengamatan diantaranya Taman Alun-Alun Kapuas, Taman Untan dan Taman Digulis.
“Seperti kita ketahui, kasus pertama Covid-19 berawal dari Wuhan, pada Desember 2019 lalu. Dan penularannya mulai masuk ke Indonesia sekitar bulan Maret 2019, di daerah Depok, Jawa Barat,” terangnya.
Ia juga memaparkan bahwa tujuan dari seminar ini adalah untuk menganalisis kawasan RTH di Kota Pontianak dalam menghadapi era kenormalan baru dari berbagai aspek aturan, fasilitas dan ketaatan pengunjung RTH.
“Karena RTH juga berpotensi terhadap Penularan Covid-19,” sebutnya.
Wahyu menyampaikan, dari 140 responden yang dipilih secara acak (random), masih ditemukan beberapa responden yang tidak memakai masker dan tidak menjaga jarak (kurang lebih 1,5 meter).
Responden dari pengamatan ini, lanjutnya, terdiri dari kategori Remaja (12-25 tahun), Dewasa (26-45 tahun), Lansia (46-65 tahun) dan Manula (65 tahun ke atas). Kategori ini mengacu pada Departemen Kesehatan RI Tahun 2009.
Pada kesempatan ini, Perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Hikmah Dyah Permata Sari mengapresiasi atas diselenggarakannya seminar ini.
“Protokol Kesehatan (Prokes), terkait 3M, sudah menjadi satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Ruang Terbuka memang sulit untuk mengatur sepenuhnya, terutama dalam hal menjaga jarak terkait mencuci tangan,” ungkapnya.
Menurutnya, hampir seluruh lokasi di Kota Pontianak sudah tersedia tempat untuk mencuci tangan. Maka dari itu, pengunjung juga harus dibatasi, terutama untuk menghindari antrean dalam mencuci tangan.
Salah satu anggota Tim KKI, Muhammad Hasanudin, menekankan bahwa dalam hal ini timnya menitikberatkan pada pengunjung sebagi fokus pengamatan (responden).
“Untuk di Taman Alun-Alun Kapuas, kami menemukan masih ada pedagang yang berjualan. Lalu, kami mengambil sampel dari beberapa pedagang tersebut, dan Alhamdulillah, mereka masih memiliki kesadaran terhadap Protokol Kesehatan (Prokes), terutama tetap menggunakan masker dan menjaga jarak dalam setiap transaksi,” jelasnya.
Ia mengatakan, di ketiga taman tersebut juga ada petugas yang berkeliling untuk memantau Penegakkan Prokes dan di lokasi taman juga telah dilengkapi dengan sarana untuk mencuci tangan.
“Walaupun sudah menggunakan media sosialisasi, namun fungsi pengawasan juga sangat penting dalam Penegakkan Protokol Kesehatan,” imbuhnya.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Untan, Prof. Dr. Gusti Zakaria Anshari, MES kembali berkesempatan untuk menyampaikan beberapa tanggapannya sekaligus menutup kegiatan seminar ini.
“Ada indikasi secara nasional, dengan kecenderungan Covid-19, tentang banyak klaim terkait hanya sekedar menyalahkan masyarakat saja. Wajar saja sebagian masyarakat tidak mengetahuinya, karena sebagian masyarakat tidak tahu betul tentang Prokes,” ungkapnya.
Terkait Disinfeksi, sambungnya, tentu mengacu pada besarnya biaya yang ditimbulkan dari upaya ini, sehingga perlu didiskusikan lebih lanjut terkait kelayakan upaya ini.
“Jika ada indikasi lonjakan pengunjung pada hari libur, maka dari pada beresiko pada meningkatnya penyebaran Covid-19, bisa saja disarankan untuk ditutupnya RTH. Karena Covid-19 bisa saja ada dimana-mana. Tujuannya juga agar masyarakaat tetap sehat
Menurutnya, gagasan-gagasan yang timbul juga perlu di bahas bersama-sama secara detail, untuk suatu rekomendasi yang sesuai dan tepat.
“Karena kita harus optimis dapat menghadapi pandemi ini dengan baik,” pungkasnya.#