KALBARSATU.ID – Program Studi Tadris Bahasa Inggris (Prodi Tadris Bahasa Inggris) Institut Agama Islam Pontianak menggelar webinar bertajuk Pragmatics Within English Language Teaching Context, Rabu (26/08). Kegiatan ini merupakan persembahan kerja sama dengan Pragmatics Discussion Forum (PDF).
Penggagas webinar yang juga merupakan Kaprodi Tadris Bahasa Inggris, Sulaiman, M.Pd., mengatakan tujuan diadakannya webinar ini merupakan upaya lembaga untuk boost up kualitas Prodi, sekaligus memberikan pendidikan terintegratif yang terjangkau bagi masyarakat luas.
“Sebagai prodi baru di lingkungan IAIN Pontianak, prodi memiliki tanggung jawab untuk mengintegrasikan dua bahasa penting dalam kehidupan masyarakat, yakni bahasa ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan sumber maupun nilai keabsahannya, dengan bahasa moral sebagai landasan karakter moral berbangsa,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Melibatkan pembicara yang expert di bidangnya, turut diundang keynote speaker, Dr. Jumanto Jumanto merupakan Associate Professor of Humanities Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Adapun host webinar Nanik Shobikah, M.Pd., dan dimoderatori langsung oleh penggagas acara.
Sebagai opening speech, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, M.Hum., mengungkapkan rasa bahagia dan bangga kepada prodi barunya. Meski masih seumur jagung, prodi ini telah mampu menginiasi aspek ilmiah yang ditransformasikan kepada pengetahuan publik.
Ia juga berharap bahwa kiprah prodi tidak hanya berhenti sampai di sini saja, tetapi juga secara berkelanjutan dapat memberikan sumbangsih nyata di kehidupan masyarakat, terutama di Kalbar.
Dr. Jumanto menyampaikan hubungan antara bahasa dengan budaya yang tidak dapat dipisahkan. Terutama dalam konteks budaya asal bahasa itu sendiri, sehingga “pragmatics” dalam kasus ini merupakan suatu studi bahasa yang digunakan dalam suatu konteks, tentang arti dalam interaksi umat manusia. Seringkali guru bahasa, dalam hal ini guru bahasa inggris sering lupa, bahwa aspek sosial dari bahasa itu sangat penting tetapi justru terlewat untuk disampaikan, terjebak dalam struktur kebahasaan saja.
“Hal tersebut memang mampu menciptakan seorang menjadi ahli dalam hal kecukupan materi secara struktural, tetapi tidak cukup untuk membentuk peradaban moralis. Secara garis besar, materi disampaikan dengan memisahkan dua wacana pentin yaitu politeness-camaraderie dan impoliteness-rude situation and awkward situation,” sebutnya.
Dr. Jumanto juga mengungkap bahwa secara esensial, tidak ada pembedaan penggunaan bahasa antara dunia lahiriah keseharian dengan dunia virtual.
“Dunia maya tetep representasi dunia nyata,” ungkapnya.
Hal tersebut lah yang mengusik sisi kemanusiaan dari perspektif kebahasaan era kontemporer, bahwa hari ini dunia virtual seolah menciptakan ruang terbuka untuk bebas berbahasa tanpa mempertimbangkan aspek keadaban. Ironisnya hal tersebut memiliki daya jelajah yang mampu diakses oleh siapapun, termasuk anak kelompok usia golden age.
“Bagaimanapun juga, selain orang tua, hal tersebut juga merupakan tanggung jawab para pendidik bidang bahasa, terutama bahasa inggris. Meskipun bertele-tele, kesantunan dilakukan untuk menghargai orang lain,” lanjutnya.
Melihat antusiasme peserta, Sulaiman percaya diri kiprah prodi akan dapat memberikan manfaat ke depannya. Menurutnya, IAIN Pontianak melalui Prodi Tadris Bahasa Inggris akan memberikan warna pendidikan yang mengintegrasikan antara aspek ilmiah dan nilai karakter, terutama nilai Islam.
“Itu adalah ruh dari IAIN pontianak, institusi pendidikan yang tidak dapat memisahkan dua nilai bahasa penting, antara bahasa objektivitas keilmuan dengan moral values yang bersifat universal keagamaan Islam,” tutupnya.(Arief)
Editor : Zubairi