Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Islam

Bacaan Doa Tolak Bala, Amalan dan Zikir Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan, dan Robo Robo di Rabu Akhir Bulan Safar

1
×

Bacaan Doa Tolak Bala, Amalan dan Zikir Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan, dan Robo Robo di Rabu Akhir Bulan Safar

Sebarkan artikel ini
Bacaan Doa Tolak Bala, Amalan dan Zikir Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan, dan Robo Robo di Rabu Akhir Bulan Safar
Bacaan Doa Tolak Bala Arab Terjemahan dan Amalan Rebo Wekasan 2022 Lengkap Niat Mandi di Akhir Bulan Safar. Foto/Instagram.
Example 468x60

KALBAR SATU – Inilah bacaan doa Tolak Bala, Amalan dan Zikir Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan, dan Robo Robo di Rabu Akhir Bulan Safar tahun 2021.

Pada bulan Safar tahun 2021 ini sejumlah orang meyakini bahwa Allah banyak menurunkan bencana. Oleh sebab itu, disarankan untuk perbanyak amalan dan zikir.

Advertiser
Example 300x600
Banner Ads

Selain itu, juga diyakini Allah akan menurunkan ribuan musibah seperti bencana, penyakit, dan sebagainya tiap hari Rabu terakhir bulan Safar.

Untuk itu kami melalui artikel ini menyediakan bacaan doa tolak bala saat Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan atau robo robo yang mulai hari ini.

Pada hari Arba Mustakmir ini, atau di sebagian wilayah indonesia ada menyebut robo robo dianjurkan untuk berdoa kepada Allah agar dihindarkan dari segala petaka.

Namun sebelum itu, simak penjelasan lengkap tentang Arba Mustamir atau dalam Bahasa Jawa disebut Rebo Wekasan.

Baca Juga: NASKAH Khutbah dan Doa Jumat 1 Oktober 2021 Tema ” Begitu Nikmat Pemberian Allah SWT”

Baca Juga: Bacaan Doa Berbuka Puasa Senin Kamis Hari ini Tanggal 30 Agustus 2021

Melansir dari Wikipedia, Rebo Wekasan, Rabu Wekasan, atau Rebo Pungkasan, adalah nama hari Rabu terakhir di bulan Safar pada kalender penanggalan Jawa.

Adapun di Rebo Wekasan biasanya dimulainya rangkaian Upacara Adat Safaran yang nanti akan berakhir di Jumat Kliwon bulan Maulid (Mulud).

Bentuk upacara tersebut yaitu Sedekah Ketupat dan Babarit di daerah Sunda kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Adapun keistimewaan Rebo Wekasan yaitu satu satunya hari yang tidak tergantung pada hari pasaran dan neptu untuk melakukan suatu upacara adat.

Sebagai info, bahwa dalam adat Kejawen, hari pasaran dan neptu adalah sangat penting demi keselamatan dan berkah dari acara, kecuali pada hari Rebo Wekasan.

Bahkan berdasarkan cerita orang orang terdahulu Rebo Wekasan adalah hari datangnya 320.000 sumber penyakit dan marabahaya 20.000 bencana.

Upacara yang dilaksanakan pada hari Rebo Wekasan adalah bersifat tolak bala.

Baca Juga: TATA CARA Sholat Dhuha, Niat Dan Doa Setelah Sholat Dhuha

Baca Juga: Doa Dan Zikir Yang Dianjurkan Allah Di Baca Setelah Sholat Fardhu

Berikut upacara adat pada hari Rebo Wekasan di Tanah Jawa:

1 Sedekah Ketupat, Sidekah Kupat, di daerah Dayeuhluhur, Cilacap.

2 Upacara Rebo Pungkasan di Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta.

3 Ngirab, di daerah Cirebonan.

4 Safaran di beberapa daerah.

Namun juga selain upacara adat pada hari Rebo Wekasan, banyak orang Muslim tertentu yang melakukan sembahyang tertentu.

Makanan yang dibuat untuk upacara biasanya di antaranya ketupat, apem, dan nasi tumpeng.

Bacaan Doa Tolak Bala

Diketahui bahwa Doa tolak bala adalah bacaan doa agar terhindar dari segala macam bencana, musibah, malapetaka, maupun hal-hal buruk lainnya. Musibah datang tak diundang, Bisa datang kapan pun dan dimanapun.

Untuk itu sebagai seorang muslim, dianjurkan untuk berikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT. Inilah Doa di bawah ini bisa dipanjatkan.

Baca Juga: DOA BUKA PUASA TASUA 9 Muharram 1443 Hijriyah Hari Ini

Baca Juga: Cara Sholat Tahajud Lengkap dan Benar Berikut Doa dan Keutamaannya

Berikut Doa Tolak Bala di Arba Mustakmir

Allaahummadfa’ ‘annal-gholaa’a wal-wabaa’a wal-fahsyaa’a wal-munkara was-suyuufal-mukhtalifata wasy-syadaa’ida wal-mihana maadhohara minhaa wa maabaathana mim balaadinaa khaassataw wa min buldaanil-muslimiina ‘aammatan. innaka ‘alaa kulli syai’in qodiir.

Artinya

:”Ya Allah, hindarkanlah kami dari resesi ekonomi, musibah penyakit, kekejian, kemungkaran dan bencana yang timbul karena perang, kesulitan-kesulitan dan berbagai petaka baik yang lahir maupun yang batin dari negeri kami khususnya atau dari negeri kaum muslim pada umumnya, sesungguhnya Engkau Maha atas segala sesuatu.”

Selain itu juga Jangan lupa pula berzikir setiap pagi dan petang. Amalan Yang Bisa Dilakukan di Rabu Terakhir Bulan Safar

Dipublikasikan di YouTube oleh Nasehat Islam pada 2 Juni 2018, Ustadz Abdul Somad pernah membahas tentang tradisi umat Islam Indonesia di hari Arba Mustakmir ini.

Lalu bagaimana hukumnya?

“Ziarah kubur di hari Rabu terakhir bulan Safar, boleh tidak? Ziarah kuburnya boleh, bagus saja itu. Lalu berdoa memohon kepada Allah agar kita dihindarkan dari segala musibah, ini juga boleh,” jelas Ustadz Abdul Somad dikutip dari tribunnews.com.

Terkait keyakinan Allah menurunkan ribuan musibah di hari Rabu terakhir Safar atau Arba Musta’mir, menurutnya itu tak ada haditsnya.

“Itu menurut para ulama tasawuf, mereka dapat itu dari ilham bukan dari hadits Nabi Muhammad. Tapi, kalau mau berdoa meminta dihindarkan dari musibah, silakan saja. mau berdoa sambil bertawasul kepada wali-wali Allah juga boleh,” katanya.

Bertawasul adalah memakai atau menyebutkan nama para wali itu saat berdoa dengan harapan Allah akan mengabulkan doa kita berkat kemuliaan para wali Allah tersebut.

“Misalnya bertawasul dengan Wali Songo. Saat berdoa bilangnya begini: Ya Allah, berkat kemuliaan para wali-Mu ini, aku memohon kepada-Mu, dan seterusnya. Kalau ini boleh,” pungkasnya

Zikir saat Arba Mustakmir

Adapun soal Arba Mustamir ini, Ketua PWNU Kalsel, Syarbani Haira memiliki pandangan tersendiri seperti yang disampaikan kepada Bpost Online.

“Saya teringat penjelasan Ustadzuna Alhabib Taufiq bin Abdul Qodir Asseggaf, dari Pasuruan, sebagai berikut : Istilah Arba Mustamir, yang kebetulan hari ini adalah Rabu terakhir Bulan Shofar yang di Jawa dikenal dengan istilah Rabu Pungkasan, yang oleh sebagian ummat diyakini sebagian orang sebagai hari sial,” kata dia dikutip dari tribunnews.com

Syarbani menjelaskan, dikisahkan dahulu orang-orang Jahiliyah Arab meyakini bahwa Akhir Rabu ini (Bulan Safar) sebagai Hari Naas dan Hari Bala.

Sehingga mereka menghentikan semua aktifitasnya. Toko ditutup, pekerjaan mereka tinggalkan, bahkan mereka menutup rumahnya rapat-rapat. Mereka tidak mau keluar rumah karena takut mendapatkan bala.

Mereka serba ketakutan. Maka Rasulullah SAW datang membawa agama rahmat ini, meniadakan hal yang seperti itu. Beliau SAW bersabda:

لَا عَدْوَى وَلَا طِيرَةَ وَلَا صَفَر

Tidak ada itu gara-gara si A akhirnya datang penyakit menular kepada yang lainnya. Tidak ada itu gara-gara burung ini atau itu akhirnya datang bala`, tidak ada pula gara-gara bulan Shofar.”

Karena itu, tidak boleh kita menyakini di hari itu akhirnya kita apes semuanya, tidak!

Disinilah para ulama’ salaf mengubah image Hari Rabu itu. Diubah image-nya yang asalnya ketakutan, diubah menjadi penuh harapan.

Jadi, hari ini berubah menjadi hari penuh harapan.

Mereka dulu ketakutan tapi diganti ayo baca-baca Al-Quran, baca-baca dzikir.

Dianjurkan beberapa dzikir di antaranya membaca Surat Yasin (ketika sampai ayat)

”Salamun qoulam mir rob birrohim ” dibaca 313x , dengan tafaul/berharap dengan jumlah sahabat perang badar yang sebanyak 313 insya Alloh kita ”Salam..” dijadikan orang yang selamat. Yang asalnya ketakutan menjadi harapan.

Kemudian yang asalnya di dalam rumah karena takut (jika keluar) kena bala’ malah diadakan satu demostratif begitu, oleh salafus soleh, keluar/pergi keluar kota. Itu sebenarnya bukan dianjurkan/disunahkan pergi keluar kota, tidak.

Itu sebagai penentangan terhadap pengaruh jahiliyyah, yang asalnya mereka susah, ketakutan malah dianjurkan untuk berbahagia.

Sampai-sampai di antara mereka (salafussoleh) membuat mayoran (berkumpul makan bersama) potong kambing. Masih inget kita dulu ada di Umbulan (salah satu tempat rekreasi di Pasuruan) bersama Habaib dulu itu.

Itu sebagai ”protes” jangan kita seperti orang jahiliyyah yang ketakutan di hari ini…maka kita berbahagia bersama-sama tapi sambil berdo’a, bukan melupakan diri kepada Alloh SWT.

“Jadi ajaran itu sebenarnya bukan ajaran bi’dah justru itu adalah menentang dari pada keyakinan jahiliyyah” tuturnya. Alhamdulillah, terang Syarbani kita diatur semuanya oleh salafus soleh.

Coba baca ini, baca ini, baca Al Qur’anul Karim, ”salamun qoulam…” dan seterusnya’ dengan harapan selamat.

Kenapa Tidak? setiap ada ayat rahmat kita dianjurkan memohon kepada Alloh, setiap ada ayat adzab kita dianjurkan juga meminta perlindungan kepada Alloh.

“Tidak ada masalah…ajaran-ajaran ini. Semuanya adalah Islami, justru ini adalah mengeluarkan kita dari pada keyakinan-keyakinan jahiliyyah,” tambahnya

Salah sekali kalau ada yang mengatakan itu adalah karena pengaruh jahiliyyah, justru itu adalah omongan-omongan orang yang jahil (bodoh), karena ini adalah sebagai bentuk ”protes” , sebagai bentuk penentangan terhadap keyakinan jahiliyyah, yang diajarkan salafus soleh. Alhamdulillah ‘ala dzalik.

Jadi akhir Rabu jangan ada yang meyakini hari itu adalah hari na’as, tapi anda juga jangan jadi orang lupa/lalai kepada Allah, ibadah juga pada Allah biar selamat, jangan seakan-akan menantang turunnya adzab Allah…kenektemenan (kena sungguhan) nanti, itu sombong namanya.

Tetap mengharap selamat kepada Alloh, dengan membaca Al Qur’an, dengan berdzikir kepada Allah swt. Kemudian aktifitas seperti biasa, malah orang-orang dahulu lebih menggunakan ”liburlah tidak ada masalah, tapi libur untuk rekreasi, kemudian mayoran”.

“Itu dahulu…tapi tidak harus… Mudah-mudahan kita semua jadi pengikut salafus soleh. Aamin. Intinya di kalangan Nahdliyyin atau warga NU ada dua pandangan yang berbeda, yaitu : pertama, ada yang percaya bahwa ada bala’ memang yang diturunkan. Pendapat ini mengacu pada kitab Kanzun Najah ad-Dayraby,” katanya.

Kedua, lanjutnya pendapat yang menyatakan tidak ada bala’ pada bulan-bulan tertentu, termasuk sangkaan bala’ di Safar.

“Saya pribadi memilih pendapat yang kedua ini, di samping ini juga pandangan Muktamirin Nahdlatul Ulama, dan juga fatwa preventif dari Rais Akbar bahwa tak boleh melaksanakan shalat arba mustamir itu, yang di jawa dikenal dengan istilah Rabu wekasan tersebut,” terangnya.

Namun terkait dengan amalan-amalan pada hari Arba Mustamir, atau rebo Wekasan tadi, di daerah2 yang faham agamanya kurang dalam, kerapkali dirubah oleh ulamanya atau kyainya sebagai hari PENUH HARAPAN.
Maka itu, rasa ketakutan adanya bala, bisa berubah menjadi adanya harapan.

“Caranya dengan membaca doa dan dzikir. Agar tidak bertabrakan dengan PBNU, maka langkah yanh ditempuh adalah tidak melaksanakan sholat LIDAF IL BALAK, tapi SHOLAT MUTLAQ yang bisa dilakukan kapan saja. Sehingga aktifitas ibadah berjalan tanpa harus menanggung dosa lainnya,” pungkasnya.

Sebagian bersumber dari Tribunnews.com

Media Rujukan satunus.id

Example 300250
Example 120x600