KALBAR SATU, JAKARTA – Polemik renovasi Jakarta International Stadium (JIS) yang mengemuka dalam wacana publik menurut Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Arjuna Putra Aldino, Jakarta International Stadium (JIS) bukan hanya menyisakan proyek yang tak sesuai dengan standar FIFA namun juga menyisakan luka bagi rakyat kecil yang tinggal di Kampung Bayam dan Kampung Bambu yang digusur dengan alasan agar Jakarta Internasional Stadium terlihat rapi, bersih, dan menarik.
“Bukan hanya tak layak standar FIFA, pembangunan JIS menggusur rumah rakyat di kampung bayam dan kampung bambu. Sampai hari ini mereka masih mencari keadilan, hidup terlunta-lunta”, kata Arjuna, Minggu (09/07/2023).
Menurut Arjuna, nasib warga eks Kampung Bayam yang digusur saat pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) di era eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih terkatung-katung untuk memperoleh tempat tinggal. Mereka dulu dijanjikan bakal direlokasi ke Kampung Susun Bayam oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI di era kepemimpinan Anies.
Janji itu disampaikan sejak peresmian Kampung Susun Bayam oleh eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Oktober 2022 yang lalu. Namun hingga kini janji itu tak kunjung terealisasi.
“Janji manis Anies sampai hari ini tidak ada buktinya. Hanya pepesan kosong. Sampai hari ini mereka tidak bisa menghuni Rusun yang dijanjikan,” lanjut Arjuna.
Dirinya juga meminta para stakeholder tidak hanya membahas kemegahan JIS dan kebutuhan membangun stadion sepakbola bertaraf internasional namun juga memikirkan nasib rakyat yang digusur hanya demi kecantikan, keindahan dan kemegahan JIS.
Menurut Arjuna, mereka yang digusur juga warga negara yang berhak mendapatkan keadilan dan haknya. Bukan hanya pecinta bola.
“Dibalik keindahan dan kemegahan JIS ada luka rakyat kecil yang digusur. Membangun stadion sepakbola memang meningkatkan popularitas Anies Baswedan selaku eks Gubernur. Tapi meninggalkan jejak luka yang menyayat rasa keadilan rakyat”, paparnya.
Arjuna pun menilai JIS bukan hanya monumen kemegahan stadion sepakbola namun juga monumen penderitaan rakyat yang dikorbankan hanya demi popularitas. Sampai hari ini warga korban penggusuran masih menagih janji kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pemilik aset.
Mereka juga telah melayangkan banding administratif terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan PT Jakpro. Kampung Susun Bayam sampai saat ini belum terbuka untuk warga yang rumahnya digusur. Hingga saat ini pun dinyatakan tidak ada satupun warga yang menempati bangunan tersebut.
“Jadi, mana janji relokasi? Mengganti kata gusur dengan relokasi, hasil akhirnya rakyat terlunta-lunta hidupnya hanya demi elektabilitas. Bahkan harga sewa Kampung Susun Bayam juga sangat mahal, tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi warga yang digusur yang hanya pekerja harian dan serabutan,” ungkap Arjuna.
Untuk itu, pihaknya meminta Presiden Jokowi dapat memberikan perhatian ataupun ikut turut tangan dalam menentukan nasib warga Kampung Bayam tersebut. Presiden bisa memerintahkan Pemprov DKI Jakarta agar warga Kampung Bayam dapat menghuni Kampung Susun Bayam dengan harga terjangkau.
Hal tersebut, lanjut Arjuna, sebagai bentuk pemulihan hak bagi warga Kampung Bayam yang mengalami penggusuran akibat proyek pembangunan Jakarta International Stadium (JIS).
“Pak Jokowi harus menemui warga korban penggusuran JIS. Kami yakin pak Jokowi bisa menyelesaikan masalah ini. Karena pak Jokowi punya rekam jejak yang baik dalam menangani warga terdampak penggusuran yang mengutamakan dialog dengan warga,” tutup Arjuna