KABAR SATU – Baru-baru ini Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian (Kementan) Yuris Tiyanto mengatakan kedelai lokal memiliki dua kelebihan dibandingkan dengan kedelai impor yaitu kandungan gizi yang lebih tinggi dan organik.
“Memang betul kalau kedelai kita itu kandungan gizinya tinggi. Yang kedua kita non-GMO (Genetically Modified Organis), itu non-transgenik. Kedelai luar itu kan GMO, ini yang tidak banyak diceritakan,” kata Yuris saat dihubungi di Jakarta, Selasa 22 Februari 2022 dikutip Antara.
Dijelaskannya, GMO atau transgenik adalah rekayasa genetik yang dilakukan pada suatu tanaman untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Sementara produk kedelai lokal seluruhnya organik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Transgenik itu ada rekayasa genetika, tapi kalau kedelai kita tidak ada rekayasa genetik, organik. Menurut saya itu lebih sehat sebetulnya,” kata Yuris.
Disebutkannya, kandungan gizi yaitu protein yang lebih tinggi dan metode penanaman yang organik membuat kedelai lokal memiliki rasa yang lebih 00 dibandingkan dengan kedelai impor.
Baca Juga: IAI Al-Qolam Malang Kerjasama dengan IAIN Pontianak di Bidang Pendidikan Hingga Pengabdian
Yang menjadi alasan, lanjutnya, mengapa rasa tempe dan tahu di sentra produksi kedelai seperti Jawa Tengah memiliki rasa yang lebih gurih dibandingkan tahu dan tempe yang diproduksi dari kedelai impor.
Selain kelebihan tersebut, Yuris mengatakan kedelai lokal juga memiliki kelemahan yaitu hasil panen yang tidak terstandar.
Dia mengakui bahwa banyak petani kedelai yang memanen kedelai yang masih hijau sehingga produk akhirnya bercampur antara kedelai yang hijau dan kuning.
Yuris mengungkapkan bahwa tren produksi kedelai di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Dekranasda Kapuas Hulu Pasarkan Produk Pengrajin Via Online
Dia menyebut menurunnya produksi tersebut dikarenakan banyak petani kedelai yang beralih ke komoditas lain yang dinilai lebih menguntungkan ketimbang menanam kedelai.
“Tahun 1992 itu kita pernah swasembada kedelai, tapi sekarang menurun drastis. Karena terus terang petani kita dengan kondisi harga jual yang rendah ini beralih ke komoditas lain, sekarang ini komoditas kedelai baru bagus,” kata dia.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi kedelai Indonesia pada tahun 2021 hanya 200 ribu ton. Sementara permintaan kedelai untuk memproduksi tahu tempe sekitar 1 juta ton per tahun.
Pada tahun 2022 Kementerian Pertanian menargetkan produksi 1 juta ton kedelai di atas lahan seluas 650 ribu hektare.
Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan lahan seluas 52 ribu hektare kepada petani untuk ditanami kedelai, sementara 598 ribu hektare sisanya akan dibiayai melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).