KALBAR SATU, JAKARTA – Pandemi COVID-19 berakibat pada penurunan tajam kinerja sektor pariwisata Indonesia di tahun 2020. Pelan tapi pasti kinerja mulai menunjukkan perbaikan di tahun 2021 – 2022.
Menanggapi fenomena tersebut, MarkPlus Tourism berupaya mendukung upaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melakukan pemulihan sektor Pariwisata melalui MarkPlus Tourism The 8th Strategic Discussion 2023 dengan tema Towards Sustainable and Inclusive Recovery.
Diskusi strategis tahun ini bertujuan untuk menggali isu dan langkah-langkah dalam menstimulasi pemulihan sektor pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif bagi seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Pembukaan acara ini dilakukan oleh Taufik, Deputy Chairman MCorp dan CEO MarkPlus Tourism.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Upaya pemulihan kinerja pariwisata bukan hanya untuk mengembalikan pencapaian jumlah wisatawan yang berkunjung tapi bagaimana mendorong peningkatan spending wisatawan. Kami percaya bahwa wisatawan akan mau membelanjakan lebih banyak kalau mereka bisa menikmati berbagai produk creative tourism, mulai dari kuliner yang khas hingga ke aktivitas yang melibatkan wisatawan”.
“Ini yang misalnya dilakukan Sumatera Barat yang pada tanggal 20 Mei 2023 menjadi tuan rumah Rakernas Indonesia Marketing Association yang bukan hanya sekedar menjadi tuan rumah acara tapi juga menunjukkan berbagai atraksi wisata yang menarik, mulai dari kuliner khas Minang tapi ramah wisatawan hingga ke aksi yang mendebarkan seperti tari piring. Delegasi IMA pun tertarik untuk spending lebih banyak. Ini yang kami harapkan juga dilakukan di daerah lain,” ujar Taufik dalam keterangan rilis yang diterima KALBAR SATU pada Rabu (31/05/2023).
The 8th Strategic Discussion dibagi menjadi dua momentum dengan memaparkan upaya pemulihan sektor pariwisata di Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif.
Diskusi Strategis tahun ini menghadirkan berbagai aktor penting seperti Pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, serta media untuk mendukung keputusan akhir terkait isu tersebut.
Momentum pertama mengangkat tema Accomplishing Resilient Tourism Through Sustainable and Inclusive Recovery yang dibawa oleh Haryanto, Direktur Infrastruktur Ekonomi Kreatif Kemenparekraf.
“Tantangan Kemenparekraf kedepan adalah bagaimana kita bisa membangun sektor pariwisata yang kreatif supaya para turis tertarik untuk tinggal di Indonesia lebih lama, sekaligus meningkatkan spending mereka,” katanya.
Target tersebut dapat dicapai dengan menitikberatkan fokus terhadap pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai muara dan pilar untuk meningkatkan pengembangan destinasi di Indonesia.
Hal itu serupa dengan pendapat Bogi Aditya, SVP Transformation and Change Management In Journey/PT Aviasi Pariwisata Indonesia, terkait pentingnya upaya kolaboratif dalam pengembangan destinasi yang berkelanjutan.
“Orkestrasi untuk menciptakan produk baru yang berkelanjutan oleh para pelaku ekonomi kreatif lokal perlu dilanjutkan dengan upaya kolaboratif bersama Pemerintah Daerah dan pelaku ekonomi kreatif lokal,” ucap Bogi.
Pernyataan tersebut disepakati oleh Ema Widiastuti, Direktur Pengembangan Bisnis Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), dengan menegaskan pentingnya pembangunan atraksi yang mengandalkan SDM dan mengupayakan kemajuan ekonomi kreatif melalui metode hand-in-hand bersama pemangku kepentingan, komunitas, asosiasi kepariwisataan, serta karyawan lokal.
Jimmy Bernando Panjaitan, Direktur Utama Badan Pelaksana Otoritas Danau Toba (BPODT), menambahkan bahwa selain atraksi, meningkatkan pelayanan kepariwisataan melalui pembukaan rute baru di Bandara Sisingamangaraja 12, memberikan banyak opsi bagi wisatawan untuk berkunjung ke destinasi pilihan Sumatera Utara.
Pembukaan rute baru berdampak terhadap peningkatan spending turis di Sumatera Utara, bahkan hingga melampaui ekspektasi dan target BPODT.
Diskusi momentum kedua membawa tema Recovery Acceleration: Co-creating Better Tourist Experience yang dipandu oleh Ni Made Ayu Marthini, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf yang mengutarakan pendapatnya terkait proses perjalanan Pemerintah dalam menstimulasi pemulihan sektor pariwisata Indonesia.
Ia menegaskan pentingnya mendorong program-program kreatif seperti Desa Wisata dan Indonesia Spice Up The World (ISUTW), dalam upaya mendukung pembangunan
pariwisata berkelanjutan dan memperluas pemasaran produk rempah dan makanan olahan Indonesia.
Salah satu cara agar pariwisata Indonesia dapat dikenal ke kancah internasional adalah dengan mengimplementasikan investasi dalam pengembangan destinasi melalui produk-produk unggulan seperti kopi dan cokelat.
“KAI Wisata berupaya untuk mendukung aspirasi Kemenparekraf dengan memanfaatkan kereta api panorama agar para turis bisa menikmati keindahan pemandangan di koridor Jawa Selatan. Kereta api panorama kami bangun sebagai alat penunjang ekosistem yang dapat menghubungkan satu destinasi ke destinasi lainnya,” pungkas Wawan Ariyanto, PLT Managing Director of Operation.
Namun, bagi Titah Listiorini, Koordinator Wil Pulau Jawa PUTRI, pengembangan destinasi di daerahnya lebih sedikit dibandingkan tahun 2022. Selama libur lebaran, harapan Titah untuk wisatawan dapat menggantikan pendapatan yang rendah akibat bulan puasa hingga saat ini belum tercapai dengan baik.
Sehingga, andil SDM dan aksesibilitas transportasi dalam menstimulasi pengembangan destinasi di Indonesia dianggap krusial agar perputaran ekonomi juga dapat terjaga.
Ricky Setiawan, Sekretariat Jenderal Indonesia Inbound Tour Operator Association (INTOA), menanggapi kendala aksesibilitas transportasi dengan membangun akun YouTube di kanal edukasi pariwisata untuk memperkenalkan Indonesia sebagai negara yang memiliki beragam destinasi unggul.
“Ketersediaan pesawat dan beberapa bandara internasional yang belum maksimal melayaninjadwal penerbangan internasional, cukup berdampak terhadap pengembangan destinasi Indonesia,” ujar Ricky.
Drs. Benny Bachtiar, M.Si, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, menutup diskusi strategis dengan menegaskan pentingnya melibatkan masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi kreatif melalui berbagai program-program kreatif seperti West Java Ambassador dan Komite Program Ekonomi Daerah. Melalui dua program tersebut, target wisatawan di Jawa Barat menembus hingga 74 juta.