KALBAR SATU, PONTIANAK – Kader muda Nahdlatul Ulama dan khususnya kaum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) setidaknya perlu memperkuat berbagai kompetensi penunjang menghadapi realitas di mana perubahan senantiasa pesa.
Hal itu dikatakan oleh Dr. KH. Ali Masykur Musa, M.Si, Mantan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PMII Periode 1991-1994 di depan ratusan Alumni dan Kader PMII se-Kalbar dalam acara Buka Puasa Bersama Lintas Generasi dengan tema “Urgensi dan Kompetensi SDM ASWAJA Untuk Peradaban Bangsa” di Hotel 95 Pontianak Sabtu, (15/04/2023)
Menurutnya, saat ini kecenderungan generasi muda NU khususnya PMII masih dalam posisi ambigu antara tetap bertahan dalam dunia aktivisme dan sosial kemasyarakatan atau masuk pada ruang-ruang publik lain seperti dunia entrepreneur.
Oleha karenanya, lanjut Ali Masykur Musa perlu ada perubahan paradigma dari kebiasaan organisasi menuju penguatan ekonomi dan entrepreneurship.
Kompetensi Pertama yang harus dimiliki anak muda NU di masa mendatang ialah kompetensi entrepreneurship. Hal ini penting karena untuk mencapai dan menghadapi sebuah perubahan diperlukan posisi yang mandiri terutama dalam bidang ekonomi. Tanpa kemandirian ekonomi, kader NU dan PMII hanya akan menjadi objek sesaat yang hanya sedikit manfaatnya.
Kedua, Kompetensi di bidang kepemimpinan baru yang tidak sebatas pada pengerakan aksi masa dalam bentuk demonstrasi sebagaimana jamak dilakukan anak muda PMII karena sudah bukan lagi zamannya. Pada poin ini penting untuk melakukan distribusi kepemimpinan di semua bidang.
Ketiga, kompetensi digital dimana anak muda NU dan PMII kedepan perlu menguasai skill dan kemampuan dalam dunia digital seperti dalam bidang bisnis, tata kelola marketplace dan pemanfaatan artificial intelligent. Hal ini tentu diperkuat dengan semakin tigginya pemanfaatan dunia digital dan IT dalam berbagai sektor.
Adapun yang terakhir dan tak kalah pentingnya atau kompetensi keempat adalah memperkuat kompetensi nasionalisme berbasis Islam Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja).
“Hal ini penting untuk memperkuat pertarungan publik dalam menghadapi berbagai gerakan diluar platform Ahlusunnah Wal Jama’ah dan Negara Pancasila. Sehingga semakin meneguhkan antara Islam Aswaja dan Negara dalam hal ini Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh dan tak dapat dipisahkan,” ungkapnya.
“Zaman sudah berubah. Anak-anak PMII jangan hanya sekedar berorganisasi tetapi harus memperkuat berbagai kompetensi dan profesionalitas demi menghadapi perubahan dimasa mendatang” pungkasnya.