KALBAR SATU ID, KASTALK – Inisiator Hari Santri, KH. Thoriq Bin Ziyad atau yang akrab disapa Gus Thoriq, menegaskan bahwa peran santri dan ulama dalam perjuangan bangsa sudah terbukti sejak masa perjuangan Pangeran Diponegoro.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam program KASTalk yang digelar media Kalbar Satu.
Dalam paparannya, Gus Thoriq menjelaskan, sejarah panjang perjuangan Islam di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peran ulama, pesantren, dan masyarakat.
Baca juga: Inisiator Hari Santri Gus Thoriq Ucapkan Terima Kasih kepada NU
Ia menyinggung jalannya Perang Jawa di bawah komando Pangeran Diponegoro, yang lahir dari koordinasi panjang para santri dan ulama.
“Gerakan-gerakan santri dan ulama ini memang tidak spontan, tapi terkoordinasi, bahkan terhubung hingga ke Hijaz, Mekkah-Madinah,” ujar Gus Thoriq dalam Video YouTube Kalbar Satu yang diunggah pada Minggu, 3 Agustus 2025.
Menurutnya, sebelum era Diponegoro, Jawa telah melalui fase penting mulai dari Kesultanan Demak Bintoro, kemudian Mataram Islam yang dipimpin Sultan Agung, hingga munculnya kekuatan-kekuatan baru yang menandai kebangkitan Islam di Nusantara.
Baca juga: Video: Gus Thoriq Sayangkan Sikap Presiden Jokowi Terkait Hari Santri
Gus Thoriq juga menekankan bahwa perjuangan kemerdekaan kala itu mendapat dukungan finansial dari saudagar-saudagar pribumi.
Sementara itu, hampir seluruh pelabuhan di Indonesia sempat dikuasai Belanda, kecuali Surabaya dan Madura.
“Dua wilayah itu tidak bisa ditaklukkan penjajah sampai kemerdekaan. Dari sana pula lahir Nahdlatul Ulama (NU), organisasi besar yang berbasis pesantren,” jelasnya.
Baca juga: Inisiator Hari Santri Sebut Gus Dur Presiden Bersih dari Kalangan Pesantren
Ia menutup dengan menegaskan bahwa sejarah membuktikan peran sentral santri, ulama, dan pesantren dalam perjalanan bangsa.
“NU lahir dari rahim pesantren di Surabaya dan Madura, dan sampai kini menjadi kekuatan besar bagi umat dan bangsa,” pungkas Gus Thoriq.






