KALBAR SATU ID – Terorisme merupakan kejahatan luar biasa yang harus dihadapi secara serius dan bersinergi. Salah satunya adalah tindakan penyalahgunaan teks suci yang seringkali menggunakan bahasa agama untuk membungkus kebusukan dan kejahatan, seperti misalnya upaya segelintir mahasiswa HTI yang ingin menjadikan negara Indonesia sebagai negara Islam, padahal Indonesia sudah selesai dengan Ideologi Pancasila, Indonesia sebagai negara bangsa.
Hal ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Irfan Idris, M.A., Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dalam acara pembukaan Youth of Indonesia Festival dengan tema “Muda Mandiri Berkarya untuk Negeri,” yang merupakan bagian dari upaya pelibatan masyarakat dalam pencegahan radikalisme dan terorisme, yang diselenggarakan oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme, Selasa, 13/8, bertempat di Aula Syekh Abdurrani Mahmud, IAIN Pontianak.
Menurutnya, negara Islam tidak memiliki dasar dan teks yang mewajibkan untuk mendirikan negara Islam. Oleh karenanya, Indonesia merupakan negara islami yang sudah sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Dirinya mengutip perkataan Muhammad Natsir bahwa Indonesia sudah menerapkan Syariat Islam melalui politik Garam, bukan politik Gincu.
Dirinya mengungkapkan bahwa antara politik dan agama pada dasarnya tidak ada dikotomi karena politik merupakan bagian kecil dari nilai-nilai agama. Oleh karenanya, dirinya menyayangkan perilaku sebagian pihak yang berusaha mendirikan negara Islam dengan mengharamkan demokrasi, padahal mereka sendiri melakukannya.
Ia berpandangan bahwa kehadiran khilafah hanya sebatas cerita dan derita, bukan merupakan titah atau perintah karena akan berakhir dengan derita dan kehancuran. Oleh karenanya, kita harus berbangga dengan Indonesia yang terdiri dari 17.500 pulau dan ragam bahasa yang ada.
Dirinya mengajak seluruh generasi muda untuk terus menjaga budaya dan kearifan lokal sebagai bagian dari menjaga jati diri dan identitas bangsa. Generasi muda harus berkomitmen pada konsensus yang sudah disepakati, yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan NKRI.
Dirinya juga mengajak untuk memperkuat kerjasama dan persaudaraan di tengah-tengah perbedaan.
“Kita kuat karena kita berbeda. Berbeda bukan berarti bertentangan. Apalagi Tuhan tidak menginginkan persamaan, tetapi perbedaan, untuk itu kita harus terus bersinergi dalam mencegah radikalisme dan terorisme,” ujarnya.
Kegiatan Youth of Indonesia Festival sendiri adalah kegiatan yang diinisiasi BNPT bekerja sama dengan FKPT Kalbar dalam rangka melibatkan generasi muda, terutama pelajar, melalui penampilan berbagai atraksi dan budaya yang ada di Kalbar.