KALBAR SATU ID, JAKARTA – Direktur PT Via Via Jogja, Sri Mujiyati mengatakan bahwa yang menjadi nilai tawar ekowisata tidak hanya soal lingkungan, akan tetapi juga menyangkut budaya, keterampilan, serta pengembangan dari produk turunan dari keduanya.
“Sebenarnya ekowisata tidak hanya lingkungan saja, meskipun sangat dekat dengan lingkungan. Tetapi juga kegiatan budaya yang bisa kita tawarkan kepada wisatawan,” kata Sri Mujiyati, saat menjadi narasumber dalam acara Festival Festival Pengembangan Usaha dan Perhutanan Sosial (PUsPA).
Festival PUsPA yang digelar atas kerjasama The Asia Foundation (TAF) dan Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) tahun ini bertajuk Bertajuk ‘Market Gathering Produk Unggulan dan Produk Ekowisata Berbasis Perhutanan Sosial’ dan digelar secara dari daring, Kamis (26/10/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sri Mujiyati mencontohkan beberapa kegiatan konservasi budaya yang pernah dilakukan PT Via Via Jogja, salah satunya berupa tour agama.
Pihaknya mengajak wisatawan mengunjungi sebuah situs di area Bantul, Yogyakarta, yang mewakili semua agama di Indonesia.
“Jadi sekalian kita mau membawa pariwisata sebagai salah satu media perdamaian dan juga untuk memperkenalkan tentang agama-agama di Indonesia dan bagaimana penerapannya, ini yang kita tawarkan,” tuturnya.
Ekowisata, lanjutnya, juga tidak jauh-jauh dari edukasi. Edukasi tersebut dilakukan untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan guiding skill offline dan online.
Selain itu, produk wisata, khususnya ekowisata, juga harus direncanakan dan berkelanjutan.
“Bicara ekowitasa, juga tidak melulu soal lingkungan, ada produk-produk budaya, sosial masyarakatnya dan ekonominya. Karena kita juga mau meberika multi palyer effeck atau efek ganda kepada semua yang telibat dalam kegiatan pariwisata,” jelas Mujiyati.
Dalam paparannya, ia juga menuturkan pentingnya kolaborasi, bersinergi, dan berjejaring untuk meningkatkan pengembangan ekowisata.
Hal itu agar praktik baik produk ekowisata dapat menjangkau pasar dengan maksimal, sesuai dengan target-target yang ditentukan.
“Memang, kompititor penting karena membuat kita lebih inovatif dan motivatif. Tetapi kita juga bisa bersama-sama dengan kompititor kita untuk berkolaborasi, bersinergi dan memperluas jejaring,” ujarnya.
Diakhir sesi, ia menekankan bahwa untuk melakukan kegiatan ekowisata tidak muda. Diperlakukan suatu komitmen dan konsistensi untuk terul melakukan praktik baik ekowisata tersebut.
“Ada tamu, tidak ada tamu, kita pun melakukan,” pungkasnya.