KALBAR SATU ID – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) SI dan Forum Koordinasi BEM Se-Kalimantan Barat menggelar Dialog Publik dengan tema “Peran Mahasiswa dalam Mencegah Radikalisme, Intoleran dan Terorisme” yang di selenggarakan di Aula Gedung Universitas Muhammadiyah Pontianak, pada rabu (6/3/2024).
Adapun dialog publik tersebut menghadirkan beberapa narasumber yakni, Bapak Ansari, SH, MH (Akademisi UM Pontianak), Ibu Nur Radliyanti, S.Sos, M.Si (Kabid Poldagri Kota Pontianak) dan Tim Satgas Pencegahan Wil Kalbar 88 AT Polri serta dihadiri juga salah seorang mantan Napiter.
Baca juga: BEM Se-Kalimantan Barat Berikan Apresiasi Kepada Penyelenggara Pemilu
Tidak hanya itu, dalam rangkaian kegiatan tersebut juga melibatkan para peserta dialog diantara perwakilan mahasiswa IKIP PGRI Pontianak, Mahasiswa Politeknik Pontianak dan Mahasiswa Muhammadiyah Pontianak.
Ketua BEM SI Kalbar Muhammad Rizal Amrullah berharap dengan diselenggarakannya Dialog ini dapat memberikan pemahaman dan menambah ilmu pengetahuan dalam membentengi diri dan menangkal paham radikalisme.
“Kegiatan hari ini merupakan kegiatan yang memiliki nilai positif yang besar bagi mahasiswa Pontianak,” kata Rizal.
Menurutnya, lewat kegiatan ini para Mahasiswa dapat memahami Esensi dari dialog publik yang dilaksanakan karena menjadi mahasiswa bukan hanya mengedepankan nilai akademik saja namun kegiatan non Akademik.
“Sehingga mahasiswa bisa menjadi agen perubahan yang membawa nilai nilai positif dimasyarakat,” tambahnya.
Senada dengan pernyataan Ketua BEM SI Kalbar, Raihan Yuda Pratama (Korpus FKBK Kalimantan Barat) juga menambahkan, bahwa poin kegiatan hari ini yakni belajar bersama sama sehingga diharapkan rekan rekan mahasiswa dapat memahami, mendengar langsung penjelasan dari berbagai narasumber.
Sementara Bapak Ansari SH, MH (Akademisi UM Pontianak) menjelaskan, adapun nilai nilai anti radikal, intoleran dan terorisme bagi generasi muda di Indonesia yakni generasi muda/mahasiswa.
“Sebagai Mahasiswa harus mampu menanamkan nilai nilai anti radikalisme, intoleransi dan terorisme seperti Cityzenship, Compassion, Courtesi, Faimess, Moderation serta aktif membangun diri, aktif dikehidupan sosial, kampus dan masyarakat, harus mampu sebagai motor peggerak dan penguat kehidupan bermasyarakat dan pencegahan masuknya paham radikal di masyarakat,” ucap Ansari.
Selanjutnya Ibu Nur Radliyanti S.Sos, M.Si., menambahkan bahwa salah satu cara mencegah faham Radikal, Intoleransi dan terorisme.
“kita harus mulai dari hal hal kecil yaitu di lingkungan keluarga dimana didalam keluarga kita terlalu menuntut akan hal hal tertentu,” imbuhnya.
Dalam dialog Publik tersebut, para peserta juga mendapatkan cerita pengalaman dari salah seorang mantan Napiter yang intinya menjelaskan kepada para mahasiswa pengalamannya saat terpapar terorisme dan latar belakang bagaimana proses tersebut terjadi dan apa tujuannya, hal tersebut disampaikan agar kedepannya para mahasiswa tidak ikut, direkrut dan tidak terpapar seperti dirinya.
Kemudian Tim Satgas Cegah 88 AT Wil Kalbar mengatakan, bahwa dasar utama seseorang dapat dikatakan Terorisme yaitu Relasi antara aksi Intorelan yang beranjak ke aksi Radikalisme. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab Aksi Radikal yaitu Faktor Global, Nasional, Regional dan Isu Kultural.
Salah satu sasaran dari Kelompok Terorisme yaitu para mahasiswa dikarenakan menjadi ancaman bagi mereka yang mana nantinya akan menjadi Pemimpin. Maka dari itu langkah pencegahan yang dilakukan yaitu terapkan rasa tanggap atas perubahan lingkungan sosial, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menangkal ajaran radikal.