KALBAR SATU, KASTalk — Inisiator Hari Santri Nasional, KH. Thoriq bin Ziyadh atau akrab disapa Gus Thoriq, mengungkapkan kisah emosional dan penuh perjuangan di balik lahirnya Hari Santri dalam sebuah wawancara eksklusif di Podcast KASTalk (Kalbar Satu Talk).
Ia menegaskan bahwa usulan Hari Santri bukanlah keputusan spontan, melainkan buah dari proses panjang dan getir yang dialami para pejuang santri.
“Ketika Allah menakdirkan Pilpres 2014 hadir dengan sosok Pak Jokowi yang luar biasa, terbangun dari Solo ke Jakarta, kami melihat momentum itu. Maka kami usulkan Hari Santri. Tapi jangan kira itu mudah, banyak luka dan pedih yang kami alami dalam perjuangan,” kata Gus Thoriq dalam podcast tersebut.
Gus Thoriq juga menyoroti dinamika pasca-penetapan Hari Santri oleh Presiden Jokowi melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015.
Meskipun terdapat perbedaan antara tanggal sumpah Presiden dengan realisasi Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober, ia menegaskan bahwa itu bukan persoalan utama.
“Saat ada pers bertanya, ‘Kenapa bukan 1 Muharram, kok 22 Oktober?’ Saya jawab: nggak masalah. Pokoknya santri ini masuk dan dikenal. Kalau bisa tiap minggu ada Hari Santri juga gak masalah,” ujarnya sambil tersenyum.
Namun, Gus Thoriq menyayangkan sikap Presiden saat itu yang menurutnya telah menyalahi sumpah sendiri demi kepentingan politik. “Ini contoh kurang baik dari pimpinan negara. Beliau sudah menyalahi sumpahnya sendiri atas nama politik dan kepentingan besar negara,” tegasnya.
Meski demikian, Gus Thoriq tetap mengapresiasi kontribusi besar Nahdlatul Ulama (NU) dalam mengawal dan menyukseskan Hari Santri. Ia menyebut NU sebagai organisasi yang perangkat keras dan lunaknya sudah lengkap, bahkan hingga ke luar negeri.
“NU itu luar biasa. Bahkan PCI-PCI (Pengurus Cabang Internasional, red) di luar negeri pun jadi juru kampanye Hari Santri. Saya ucapkan terima kasih. Sebagai inisiator, saya sangat berterima kasih kepada NU. Mebgutip ‘Lam yaskurinnaas lam yaskurillah’, siapa yang tak berterima kasih pada manusia, berarti ia tak bersyukur kepada Allah,” ucap Gus Thoriq.
Pernyataan Gus Thoriq menjadi pengingat bahwa Hari Santri bukan hanya seremonial tahunan, tetapi hasil dari sejarah panjang perjuangan identitas dan eksistensi kaum santri dalam bingkai keindonesiaan.
Sumber Video Podcast KASTalk