KALBAR SATU ID, BENGKAYANG – Rotan merupakan salah satu tanaman yang banyak dicari untuk dijadikan bahan baku produk furnitur dan dekorasi rumah tangga. Bahannya yang fleksibel, kuat, dan lebih tahan terhadap serangga menjadi alasan bagi produsen furnitur untuk menggunakan rotan dibandingkan kebanyakan spesies kayu lainnya.
Salah satu produsen furnitur rumahan yang menggukan rotan ialah Koperasi Bung Topui yang beralamat di Jagoi Babang, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang. Koperasi tersebut telah menggunakan rotan sejak bertahun-tahun lalu sebagai bahan baku produk yang mereka hasilkan, seperti tikar, bakul, tas, keranjang, dan aneka produk kerajinan lainnya.
Baca juga: Lasarus Harap Diusung PKB di Pilgub Kalbar
“Ada anyaman bidai, bakul, takin, tambok, pungki, dan masih banyak produk lainnya yang kita pasarkan. Bakul anyaman ini ada dua jenis. Satu anyaman bakulnya ada tali untuk dijinjing, sementara anyaman bakul yang satu lagi berfungsi bisa untuk tempat sampah, tempat beras, dan sayur-sayuran,” ucap Ketua Koperasi Bung Topui Labag Lua Supardi saat dijumpai di Jagoi Babang, Sabtu (8/6/2024).
Supardi berujar kalau koperasi yang dibesutnya mempunyai produk unggulan, yakni bidai bide atau kassah bide. Bidai bide, terang dia, merupakan hasil karya tradisional khas masyarakat Bidayuh yang berbentuk lembaran anyaman. Bidai bide disebut Supardi sebagai produk unggulan karena banyak diminati oleh konsumen lantaran tidak mudah rusak meski terendam air dan terkena paparan sinar matahari.
“Pada masa lalu, bidai atau kassah bide banyak digunakan untuk menjemur hasil panen berupa padi-padian atau palawija. Lalu, juga digunakan untuk perlengkapan rumah, baik untuk alas tidur atau fungsi lainnya yang sejenis,” imbuhnya.
Supardi menerangkan bahwa produk kerajinan yang dihasilkan koperasinya ini hanya dijual ke pasar lokal. Ada pula yang berhasil terjual ke luar negeri karena dibeli oleh WNA yang datang ke Kalbar.
Supardi sebetulnya ingin mengembangkan sayapnya ke pasar dunia lantaran nilai jual yang jauh lebih tinggi dibandingkan pasar lokal. Namun sayangnya, keinginan tersebut terkendala izin ekspor yang belum dia kantongi.
“Kita pasarkan yang pertama kalinya ke Pontianak, setelah itu baru arah ke Kabupaten Bengkayang. Ada juga yang kita jual ke Malaysia karena orangnya datang langsung,” ucap dia.
“Ini kan program UMKM tentunya ada dinas terkait yang menangani untuk perizinannya. Itulah kendala kami selama ini dan itu belum kami buat izin-izinnya. Dengan kondisi itu, kami hanya berharap kedepannya semakin banyak masyarakat yang datang ke Kalbar untuk belanja produk anyaman yang kami buat ini,” pungkasnya.