Ketua FKUB Kalbar Serukan Pesan Eko-Teologi Lintas Iman di Rakernas PGIW/SAG 2025

Ketua FKUB Kalbar Serukan Pesan Eko-Teologi Lintas Iman di Rakernas PGIW/SAG 2025
Ketua FKUB Kalbar Serukan Pesan Eko-Teologi Lintas Iman di Rakernas PGIW/SAG 2025. Foto/istimewa.

KALBAR SATU ID – Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalimantan Barat, Prof. Ibrahim, mengajak umat lintas agama untuk bersatu menjaga kelestarian alam sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan. Pesan ini ia sampaikan saat menjadi narasumber pada Rapat Kerja Nasional Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah/Sinode Am Gereja (PGIW/SAG) 2025, yang berlangsung 7–9 Agustus di Hotel Star dan Gereja Kristen Kalimantan Barat, Kota Pontianak.

Dalam sesi bertema “Eko-Teologi Lintas Iman: Pesan Agama untuk Harmoni Alam dan Kemanusiaan – Kurikulum Cinta”, Prof. Ibrahim menegaskan dirinya tidak bermaksud menggurui, melainkan membuka ruang dialog tentang peran agama dalam merespons krisis lingkungan.

Bacaan Lainnya

Ia menyoroti masalah serius di Kalbar, mulai dari deforestasi, kebakaran hutan, pencemaran sungai, hingga polusi udara yang kerap memicu banjir, tanah longsor, dan kabut asap. “Pertanyaannya, bagaimana umat beragama mengatasi semua ini?” ujarnya.

Untuk mengajak peserta merenung, Prof. Ibrahim memutar lagu Berita kepada Kawan karya Ebiet G. Ade. Baginya, penggalan lirik “coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang” menjadi simbol pentingnya peran agama-agama dalam memulihkan hubungan manusia dengan alam.

Ia kemudian mengulas pandangan agama tentang lingkungan:

Islam: Alam diciptakan untuk kesejahteraan manusia, bukan dieksploitasi.

Kristen: Mandat untuk mengolah bumi dengan bijak.

Katolik: Konsep “rumah bersama” sebagai tempat semua makhluk.

Buddha: Menekankan keterhubungan semua kehidupan.

Konghucu: Harmoni dan tanggung jawab manusia terhadap alam.

Hindu: Konsep dharma dan etika lingkungan untuk menjaga keseimbangan.

“Semua agama, pada hakikatnya, mengajarkan cinta kepada alam. Menjaga lingkungan adalah wujud ketaatan kepada Tuhan,” tegasnya.

Prof. Ibrahim menutup dengan ajakan memperkuat pesan lintas iman: menjaga lingkungan tidak hanya demi keberlanjutan alam, tetapi juga demi kerukunan umat manusia.

“Merusak lingkungan bukan sekadar merusak alam, tetapi juga bentuk kedurhakaan kepada Tuhan,” pungkasnya.

Ikuti GOOGLE NEWS atau Join Channel TELEGRAM

Pos terkait