KUBU RAYA, KALBAR SATU – Ketua Ketua PA persatuan Alumni GMNI Kalimantan Barat (2016-2021), Happy Hendrawan mengatakan Konferda ke-3 ini bukan hanya persoalan Administrasi organisasi belaka, namun juga sebagai wadah dealektika internal terhadap dua persoalan besar. Pertama adalah persoalan organisasi dan kedua persoalan ekosistem sosial, dimana masing-masing pengurus cabang saat ini sudah berkembang.
“Oleh karena itu, dalam konferensi kali ini kami juga ingin mengukur, apakah kami memiliki daya sensitivitas terhadap tantangan yang dihadapi bangsa, dan memiliki kemampuan untuk terlibat dan beradaptasi atas persoalan itu sendiri,” kata Happy Hendrawan melalui sambutannya pada Konferda ke III PA GMNI Kalbar di Kubu Raya, 11 Februari 2022.
Baca Juga: Lasarus Beri Ucapan Selamat atas Terlaksananya Konferda III PA GMNI Kalbar
Kemudian terkait tema memperkokoh keberagaman dan kebangsaan, menurut Happy, memang cenderung klise dan jargonis. Ciri-ciri kaum orang-orang nasionalis pasti seperti itu, tapi faktanya itu sedang berproses, sedang terjadi upaya-upaya menggoyahkan keberagaman dan kebangsaan kita.
“Untuk itu, kami ingin mempertegas peran GMNI dalam berupaya menjaga kesatuan dan persatuan bangsa ini,” katanya.
Sementara Sujiwo berharap, siapapun yang bakal melanjutkan estafet kepemimpinan DPD PA GMNI kalimantan Barat nanti, mesti melakukan silaturahmi dengan kepala daerah, Fraksi serta stakeholder di Kalimantan Barat, agar bisa bersinergi dalam membantu dan berkontribusi dalam pembangunan daerah.
“GMNI menang tidak mesti diidentikan dengan PDI Perjuangan, GMNI itu tidak kemana-mana, tapi ada dimana-mana,” kata,” kata Sujiwo.
Namun Sujiwo tidak menampik bahwa GMNI memiliki roh dan semangat yang sama yaitu terkait marhaenisme, karena memang PDI Perjuangan dan GMNI lahir dari rahim yang sama yaitu ajaran Bung Karno sebagai bapak Marhaenisme.
Baca Juga: Jelang Konferda ke-3 PA GMNI Kalbar, Mawardi: Kalimantan sebagai Role Model Kebhinekaan
“Meskipun di DPP PDI Perjuangan termasuk ketua umum dan banyak kader-kader GMNI yang menjadi pengurus partai, namun kader GMNI boleh masuk partai mana saja. Namun yang penting semangat nasionalisme dan Marhaenisme harus tetap dipertahankan,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Sekjen DPP PA GMNI, Abdy Yuhana mengatakan sepanjang perjalanannya banyak kader yang mengabdi terhadap bangsa dan negara, kalau disebut satu persatu mungkin satu kontainer belum tentu selesai, tulisannya panjang untuk dibaca.
“Memang ada beberapa yang perlu kami sampaikan, misalnya di PDI Perjuangan, karena Roh dan spiritnya serta ideologisnya, juga Ibu megawati Soekarno putri, berikut almarhum Taufik Kemas adalah alumni GMNI. Selain itu, dari 27 DPP PDI Perjuangan hampir semuanya Alumni GMNI, namun kader GMNI juga ada di Partai Golkar, ada juga di partai Nasdem, ada juga di partai di demokrat,” sebutnya.
Proses yang begitu panjang ini, tambahnya, outputnya adalah alumni GMNI hari ini sudah tersebar dimana-mana mengabdi untuk bangsa dan negara.