Peternakan Babi Jadi Tabungan Hidup: Warga Desa Teluk Bakung Rasakan Hasil KUPS Silvopastura di Hutan Desa

Peternakan Babi Jadi Tabungan Hidup: Warga Desa Teluk Bakung Rasakan Hasil KUPS Silvopastura di Hutan Desa
Foto/istimewa.

KALBAR SATU ID – Di tengah tantangan perubahan iklim dan tekanan ekonomi pedesaan, masyarakat Desa Teluk Bakung, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, menunjukkan bahwa pelestarian hutan dan peningkatan kesejahteraan bisa berjalan berdampingan. Hutan Desa Teluk Bakung, Kecamatan Sungai Ambawang, kini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat bisa mengelola hutan secara mandiri sekaligus membangun ekonomi berkelanjutan.

Berbekal izin pengelolaan seluas ±5.565 hektare dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada akhir 2021, Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Teluk Bakung terus berupaya memperkuat kelembagaan, menjaga kawasan, serta mengembangkan usaha masyarakat dengan pendampingan dari SAMPAN Kalimantan. Salah satu terobosan andalannya adalah program silvopastura—sistem integrasi antara peternakan babi dan kelestarian hutan—yang dikelola melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Silvopastura Timawank Loncek.

Bacaan Lainnya

Dengan jumlah ternak mencapai 56 ekor pada September 2025, program ini menjadi pintu masuk bagi masyarakat untuk memperoleh pendapatan alternatif sekaligus menjaga hutan tetap lestari.

Perubahan Arah Mata Pencaharian

Sekretaris LPHD Teluk Bakung, Nikosius, menekankan bahwa meski program silvopastura belum sepenuhnya menutupi kebutuhan ekonomi masyarakat, namun arah perubahan sudah mulai terlihat.

“Program silvopastura sejauh ini memang belum mampu memberikan dampak ekonomi besar bagi keluarga-keluarga. Tapi kalau dijalankan dengan baik, masyarakat bisa beralih dari penebangan kayu ke pekerjaan lain yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Harapan kami, pendampingan dari Sampan bisa mempercepat perubahan ini,” ujar Nikosius saat wawancara pada Senin 1 September 2025 di Dusun Loncek, Desa Teluk Bakung.

Selain itu, LPHD Teluk Bakung juga rutin melakukan patroli hutan dua kali sebulan untuk mencegah kebakaran dan menjaga ekosistem.

“Harapan kami, program ini bisa dikembangkan lebih besar lagi, agar manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh anggota LPHD saja, tetapi juga oleh seluruh masyarakat yang tinggal di kawasan Hutan Desa,” tutupnya.

Menurutnya, inisiatif seperti ini menjadi wadah transisi masyarakat Teluk Bakung dari aktivitas penebang pohon menuju usaha-usaha yang memberi manfaat ekonomi tanpa merusak hutan.

Babi untuk Ekonomi dan Adat

Sementara itu, Ketua KUPS Silvopastura Timawank Loncek, Sukarna, menceritakan bagaimana usaha beternak babi tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga sangat penting secara budaya.

“Dulu babi di Loncek ini sempat habis karena kena sampar. Sejak itu harga babi naik, dan sampai sekarang pun tetap tinggi. Sebagai orang Dayak, kami tidak bisa lepas dari babi karena selalu dipakai dalam ritual adat. Puji Tuhan, berkat dukungan LPHD dan Sampan Kalimantan, kami bisa memelihara lagi. Harapan saya, babi yang dipelihara bisa berkembang biak, jadi sumber penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkap Sukarna pada Senin 1 September 2025 di Dusun Loncek, Desa Teluk Bakung.

Bantuan bibit babi yang diberikan membuka peluang bagi masyarakat untuk kembali memelihara ternak, yang sebelumnya sulit dilakukan akibat penyakit ternak.

Kini, silvopastura menjadi sumber pendapatan sekaligus cara memperkuat ketersediaan babi untuk ritual adat.

Ternak sebagai Tabungan Hidup

Lebih jauh, salah satu anggota KUPS Silvopastura, Dinatus Dino, merasakan manfaat langsung dari program ini.
Meski menghadapi tantangan harga pakan yang mahal, ia menganggap beternak sebagai bentuk investasi jangka panjang.

“Ternak babi ini ibarat tabungan hidup. Dengan harga sekarang, kalau semua babi saya jual, nilainya bisa belasan juta rupiah. Jadi meski tiap minggu harus keluar Rp100.000–Rp200.000 buat pakan, itu sama saja dengan menabung. Saat dijual, uangnya kembali bahkan bisa untung,” kata Dinatus pada Senin 1 September 2025 di Dusun Loncek, Desa Teluk Bakung.

Lebih dari sekadar ekonomi, ternak juga membantu memenuhi kebutuhan adat.
“Kalau ada acara adat, tinggal ambil dari belakang rumah, tidak perlu repot beli ke luar. Ini sangat membantu kami, karena sebelumnya hanya sedikit warga yang memelihara babi. Berkat program dari LPHD dan Sampan Kalimantan, sekarang kemajuannya mulai terlihat. Dari satu ekor, babi saya sudah jadi belasan. Itu bukti nyata manfaat program ini,” tambahnya.

Kehadiran silvopastura di Teluk Bakung menunjukkan bahwa pengelolaan hutan desa bukan sekadar menjaga pohon, melainkan juga membuka ruang bagi masyarakat untuk berdaya secara ekonomi.

Dengan adanya pendampingan SAMPAN Kalimantan, LPHD Teluk Bakung berhasil menghadirkan model usaha yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga sejalan dengan kebutuhan adat dan kelestarian lingkungan.

Jika program ini diperluas dan dikelola konsisten, Desa Teluk Bakung bisa menjadi contoh transformasi ekonomi masyarakat pedesaan—dari ketergantungan pada kayu menuju kesejahteraan berbasis hutan lestari.

Ikuti GOOGLE NEWS atau Join Channel TELEGRAM

Pos terkait