Bagaimana tidak, kuota (paket internet) yang jadi kebutuhan utama mahasiswa harus memiliki alokasi dana dua kali lipat dari bisanya.
Untuk kuliah daring dengan sistem aplikasi, untuk mengerjakan tugas dengan browsing, chatting, belum lagi dipakai untuk keperluan Medsos, ditambah lagi dengan pengeluaran rutin setiap bulan seperti tagihan Listrik, PDAM, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagi mahasiswa yang mengontrak rumah atau mengekos, jika tidak pintar dalam berhemat maka donatur utama mahasiswa (orang tua) bisa stress apalagi dengan kondisi #dirumahsaja.
Tentu hal ini bisa menjadi masalah utama yang menyebabkan pengeluaran meningkat, maka tidak sedikit pula para mahasiswa yang memutuskan untuk pulang kampung dikarenakan kondisi tersebut .
Banyak juga curhatan mahasiswa di fakultas yang saya dapati mengenai sistem kuliah daring yang diberlakukan saat ini.
Sebagian besar mereka mengeluhkan implementasi yang terjadi dari pelaksanaan kuliah online, mulai dari sistem pelaksanaan belajar mengajar yang terlalu monoton terhadap target materi hingga tingkat pemahaman.
Saya pun berharap pihak fakultas terlebih Universitas dapat menjadikan ini sebagai dasar bahan evaluasi untuk kedepannya.
Terlepas dari berbagai target yang telah ditetapkan diawal oleh universitas maupun lembaga hendaknya mereka dapat memahami betul kondisi mahasiswa di tengah-tengah merebaknya wabah COVID-19, bagaimana pun juga mahasiswa menjadi bagian yang merasakan dampak dari situasi tersebut.
Universitas atau lembaga juga menyisipkan sedikit kebijakan di tingkat universitas yang pro dengan kondisi mahasiswa sekarang, entah itu memberikan keringanan terhadap biaya SKS atau BPPT (Biaya Penyelenggaraan Pendidikan Tetap) atau kebijakan lainnya yang memang betul dapat dirasakan secara nyata oleh mahasiswa.
Dengan sistem kuliah dari rumah hampir tiga bulan ini terhadap fasilitas kampus kami tidak menikmati itu, baik itu Wifi, AC, Listrik, Ruang Kelas, Ruang Perpustakaan dan lainnya.
Nah, paling tidak berangkat dari sana pihak kampus bisa sedikit lebih berempati untuk membuat kebijakan yang meringankan mahasiswa.
Sejauh ini memang kampus UPB (Universitas Panca Bhakti) Pontianak sudah mengeluarkan beberapa bantuan untuk mahasiswa mulai dari pemberian subsidi kuota sebesar Rp. 100 ribu dan membebaskan mahasiswa yang akan masuk tahun 2020 dari biaya pendaftaran serta menghapus sistem seleksi masuk.
Namun, jika menyikapi hal ini dari berbagai aspirasi rekan-rekan mahasiswa, berharap nantinya akan ada lagi perhatian khusus bagi mahasiswa aktif sekarang ini, dan untuk mahasiswa di berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia.
Sudah semestinya kita bersikap kritis jika memang ada hak mahasiswa yang harus disuarakan di situasi yang sekarang di tengah wabah COVID-19.
Sejauh ini pergerakan yang akan dilakukan mahasiswa UPB adalah ingin melakukan audiensi dengan pihak Universitas untuk menyampaikan kondisi ataupun persoalan yang terjadi di kalangan mahasiswa.
Forum diskusi BEM 4 in 1 UPB (BEM Four in One UPB) disana tergabung Ketua maupun Pengurus BEM dari Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknik tersebut menjadi wadah mereka bertukar pikiran serta berbagi cerita dengan kondisi yang ada.
berangkat dari hal tersebut mereka sepakat untuk menyuarakan apa yang menjadi aspirasi mahasiswa Universitas Panca Bhakti (UPB) Pontianak ke pihak lembaga.
Penulis: Triwibowo Intelegensius
Ketua BEM Fakultas Hukum UPB Pontianak