KALBAR SATU ID – Perkembangan dunia pendidikan dan pengalaman menyajikan hal yang lain untuk perempuan. Semua jenjang dan jenis pendidikan bebas dimasuki perempuan. Pada zaman sekarang ini, hampir tidak ditemukan lagi pendidikan khusus bagi laki-laki kecuali pendidikan di pesantren.
Semua jurusan dan program studi dari berbagai disiplin ilmu terbuka dimasuki tanpa membedakan jenis kelamin. Kebebasan untuk memperoleh pendidikan ini, ternyata secara tidak sengaja memberi kesempatan kepada perempuan untuk memenangkan persaingan dalam memperoleh pekerjaan, telah membuat kasta baru dalam kehidupan modern.
Dengan demikian, kebebasan memilih atau memasuki dunia pendidikan berarti memberi kebebasan kepada perempuan untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan pendidikan tersebut.
Di dalam Islam ilmu pengetahuan keagamaan itu wajib hukumnya untuk setiap muslim laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan mendapatkan posisi yang tinggi dalam al-Qur’an dan wajar bila para ulama banyak mendapatkan apresiasi yang begitu agung dalam al-Qur’an.
Penghormatan terhadap ilmu pengetahuan dan terhadap para ulama yang memilikinya nampak jelas dalam ayat berikut ini. Allah SWT berfirman;
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١١
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Tuhan menyampaikan ajarannya melalui Rasul-Nya Muhammad, antara lain agar umat muhammad menjadi manusia yang patuh pada Tuhan dan Rasulnya. Untuk itu Tuhan menurunkan ayat dalam surat An-Nisa’ ayat 59 yang berbunyi :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًاࣖ ٥٩
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).”
Allah juga mengatakan tentang keunggulan para ulama dan superioritas mereka atas manusia pada umumnya. Allah SWT berfirman dalam kitabnya QS. Azzumar ayat 9 :
اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِࣖ ٩
“(Apakah orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dalam keadaan bersujud, berdiri, takut pada (azab) akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran.”
Allah juga telah menghubungkan kesaksian-Nya dan kesaksian para malaikat dengan kesaksian orang-orang yang berilmu. Ini sebenarnya merupakan keistimewaan dan bukti keunggulan mereka. QS. Ali Imran: 18 :
شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَاُولُوا الْعِلْمِ قَاۤىِٕمًا ۢ بِالْقِسْطِۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ١٨
“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, (Allah) yang menegakkan keadilan. (Demikian pula) para malaikat dan orang berilmu. Tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Ayat pertama turun adalah perintah untuk membaca. Dimana Anjuran “membaca” sebenarnya sudah ada sejak dimana ketika diturunkan wahyu Tuhan untuk pertama kalinya yang diterima oleh nabi Muhammad SAW. Jibril berkata: Iqra’! (bacalah). “Ma Ana Bi Qori’ ”(Saya tak dapat membaca) jawab nabi- pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki agar beliau tetap dalam keadaan Ummi.
Perintah “membaca” adalah perintah langsung yang diturunkan oleh Allah. Dimana wahyu tersebut menekankan pentingnya ilmu pengetahuan:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبَّكَ الَّذِيْ خَلَقْ (١) خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقْ (٢) اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الاَكْرَامْ
(٣) اَلَّذِيْ عَلَّمَ بِاْلقَلَمْ (٤) عَلَّمَ اْلاِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَم ْ(۵)
Artinya:” Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah (3) Yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. 96: 1-5).
Penulis: Farida Asy’ari, Dosen Politeknik Negeri Pontianak.